Selasa, 17 Jumadil Akhir 1446 H / 5 November 2013 12:18 wib
7.709 views
Amerika Serikat dan Arab Saudi Setuju Bashar al-Assad Harus Pergi
Riyad (voa-islam.com) "Tidak ada perbedaan dengan Arab Saudi tentang tujuan di Suriah", kata Menteri Luar Negeri AS John Kerry saat konferensi pers bersama dengan Menteri Luar Negeri Arab Saudi, Pangeran Saud al-Faisal di Riyadh, Senin, 4/11/2013.
"Assad telah kehilangan semua legitimasi , dan dia harus pergi , " tambah Kerry , yang menggambarkan hubungan dengan Riyadh sebagai " strategis " dan " abadi".
Washington " menghargai komitmen Arab Saudi untuk perdamaian di Suriah , tetapi krisis tidak akan berakhir melalui kekuatan militer , " kata Kerry .
Sementara ia mengatakan Washington akan terus mendukung oposisi Suriah , ia memperingatkan bahwa " ekstremis " di negara tersebut tumbuh dalam kekuatan dan harus dihentikan .
Dia mengatakan, bagaimanapun , bahwa Amerika Serikat " tidak akan berpangku tangan , " tapi tidak rumit.
Menteri Luar Negeri Saudi Pangeran Saud al- Faisal mengatakan perbedaan antara negaranya dan Washington " yang sebagian besar pada taktik " daripada " tujuan . "
" [ AS- Saudi ] hubungan selalu didasarkan pada kemandirian dan rasa hormat dan berdasarkan melayani kepentingan bersama , " dikutip Reuters Pangeran Saud mengatakan .
" Perbedaan adalah hal yang normal dan kami berusaha untuk memperbaikinya melalui komunikasi antara kedua negara , " tambahnya .
Mengacu ke Suriah, menteri mengatakan negosiasi penting namun pembicaraan tidak harus pergi pada " tanpa batas . "
" Tapi kami , pada saat yang sama , menyadari bahwa negosiasi tidak boleh begini terus , terutama tugas-tugas yang luar biasa ada di depan kita dan mereka membutuhkan intervensi menentukan. "
Dia menambahkan: " Masyarakat internasional telah gagal dalam menghentikan kekerasan mematikan di Suriah , "
Dia juga mengatakan PBB pembongkaran situs senjata kimia di Suriah tidak menghentikan kekerasan mematikan di negara itu .Inilah langkah kompromi antara Riyad-Washington, tentang masa depan Suriah, dan solusi terhadap krisis yang terjadi di negeri itu.
Sebelumnya, Arab Saudi sempat marah kepada Washington, karena Obama tidak jadi menggunakan militernya guna menghancurkan Bashar-Assad yang sudah melakukan pembantaian massal dengan menggunakan senjata pemusnah massal (senjata kimia).
Amerika Serikat dan Arab Saudi setuju bahwa Presiden Suriah Bashar al-Assad, tidak memiliki kekuasaan apapun, di masa transisi apapun, Senin, 4/11/2013.
"Tidak ada perbedaan dengan Arab Saudi tentang sikap terhadap Suriah", kata Menteri Luar Negeri AS John Kerry saat konferensi pers bersama dengan Menteri Luar Negeri Arab, Saudi, Pangeran Saud la-Faisal di Riyadh.
Namun, ini langkah yang mundur dari Amerika Serikat, dan mengesampingkan sikap Arab Saudi yang menginginkan sikap tegas terhadap Suriah dengan menggunakan kekuatan militer mengakhiri kekuasaan Bashar al-Assad.
"Assad telah kehilangan semua legitimasi, dan dia harus pergi", tambah Kerry, yang menggambarkan hubungan dengan Riyadh sebagai hubungan "strategis" dan "abadi".
Ini hanya menggambarkan Arab Saudi tidak memiliki daya tawar dengan Amerika Serikat, dan hanya mengekor kepada kepentingan Amerika Serikat, dan tidak ingin menghancurkan rezim Bashar al-Assad. Amerika Serikat tetap akan memainkan "kartu" Suriah, di Timur Tengah.
Washington " menghargai komitmen Arab Saudi untuk perdamaian di Suriah , tetapi krisis tidak akan berakhir melalui kekuatan militer", kata Kerry .
Sementara itu, John Kerry mengatakan, Washington akan terus mendukung oposisi Suriah, dia memperingatkan bahwa "ekstremis" di negara itu yang tumbuh menjadi ancaman, dan harus dihentikan, tambah Kerry. Inilah sebuah skenario Amerika Serikat, tidak ingin Bashar al-Assad runtuh, kemudian kekuatan baru yang dapat mengancam keamanan Zionis-Israel, seperti Jabhah al-Nusrah.
Kerry mengatakan, bagaimanapun bahwa Amerika Serikat tidak akan berpangku tangan", tegas Kerry. Menteri Luar Negeri Saudi Pangeran Saud al- Faisal mengatakan perbedaan antara Arab Saudi dan Washington hanyalah sifatnya taktis, bukan prinsip dan ujuan, ujar Faisal.
"Amerika Serikat-Arab Saudi hubungan selalu didasarkan pada kemandirian dan saling menghormati, dan melayani kepentingan bersama", ujar Faisal seperti dikutip Reuters.
Arab Saudi menjadi sekutu utama Amerika Serikat, dan terlibat aktif dalam perang Irak, dan mendukung seluruh kebijakan Amerika di Timur Tengah, termasuk penggulingan Presiden Mohamad Mursi.
Arab Saudi, pemasok minyak terbesar bagi kepentingan Amerika Serikat. Sementara itu, Amerika memberikan senjara berbagai jenis mutahir, dan terakhir Amerika Serikat telah mengirimkan pesawat tanpa awak (drone) yang digunakan menumpas kelompok teroris, yang mengancam kekuasaan Raja.
Kalangna oposisi di Suriah, kelompok-kelompok jihad, seperti Jabhah al-Nusrah, tidak tergantung kepada Arab Saudi maupun Amerika, dan negara manapun, mereka akan terus melakukan perjuangan menghadapi rezim Bashar al-Assad yang telah membantai ratusan ribu rakyat Suriah. af/hh
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!