Senin, 25 Jumadil Awwal 1446 H / 26 Agutus 2013 09:15 wib
8.377 views
Pengacara: Polisi Pukuli Pemimpin Ikhwan Muhammad Badie Hingga Giginya Rontok
KAIRO, MESIR (voa-islam.com) - Seorang pengacara Ikhwanul Muslimin Mesir telah menuduh polisi negara itu menyiksa pemimpin tertinggi dari gerakan tersebut, Mohamed Badie, saat ditangkap.
"Mohamed Badie telah menghadapi penyerbuan terhadap rumahnya ... Dia dipukuli dan dihina dengan kata-kata kotor terhadap ayah dan ibunya. Dia juga ditonjok di wajah di mana ia kehilangan gigi palsunya yang terpasang karena intensitas dari pemukulan, "kata pengacara Mohamed Gharieb.
Pihak berwenang Mesir menangkap Badie, 70 tahun pekan lalu. Dua orang wakilnya, Khairat al-Shater dan Rashad Bayoumy, ditahan sebelumnya.
Mereka menghadapi tuduhan 'menghasut kekerasan' sehubungan dengan protes di luar markas Ikhwan di Kairo pada bulan Juni.
Badie mengatakan dia tidak mengakui pemerintahan sementara dan telah mempertanyakan legitimasi dari jaksa pemerintahan saat ini.
Mohamed Badie dan kedua wakilnya ditetapkan untuk diadili di Kairo pada hari Ahad. Namun, pengadilan Mesir menunda sidang atas tiga pemimpin Ikhwanul Muslimin tersebut karena ketidakhadiran mereka, dengan hakim memerintahkan mereka hadir untuk sesi berikutnya di bulan Oktober.
Menurut sumber-sumber keamanan, para terdakwa Ikhwan Muslimin tidak dibawa ke pengadilan atas alasan keamanan.
Sementara itu, pengacara Shater itu, Atef el-Galaly, berpendapat bahwa tuduhan terhadap kliennya adalah politik, dan mengatakan, "Seluruh kasus ini dibuat-buT. Tuduhan itu tidak benar sama sekali. Ini kasus politik. "
Mesir telah diguncang oleh gelombang baru kekacauan politik setelah penggulingkan militer terhadap presiden negara pertama itu yang terpilih secara demokratis, Muhamad Mursi, pada tanggal 3 Juli lalu.
Pasukan keamanan Mesir telah menangkapi ribuan pendukung Mursi ini termasuk pemimpin puncak Ikhwanul Muslimin dalam beberapa hari terakhir ketika pemerintah yang didukung militer telah berusaha untuk mengakhiri berpekan-pekan protes dan menandai kekuasaan di negara Afrika Utara yang sangat terpolarisasi tersebut.
Ribuan orang tewas dalam kekerasan selama sepekan antara pendukung Mursi dan pasukan keamanan setelah polisi membubarkan kamp protes mereka dalam operasi mematikan pada 14 Agustus.
Pembantaian itu memicu kecaman internasional dan mendorong badan dunia untuk menyerukan penyelidikan independen terhadap kekerasan tersebut. (an/ptv)
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!