Selasa, 16 Jumadil Awwal 1446 H / 19 Juni 2012 23:23 wib
5.324 views
Mahkamah Agung Memecat Perdana Menteri Pakistan Yusuf Gilani
Jakarta (voa-islam.com) Mahkamah Agung memutuskan memecat Perdana Menteri Yusuf Raza Gilani, Selasa. Tujuh anggota pengadilan Mahkamah Agung menyatakan Perdana Menteri didiskualifikasi (dipecat), atas keputusan yang bersifat retroaktif 26 April, karena Gilani menolak keputusan dan dianggap melakukan penghinaan.
Mahkamah Agung memecat Gilani karena menolak memanggil otoritas Swiss, yang bertujuan ingin membuka kembali tuduhan lama atas korupsi yang dilakukan oleh Presiden Pakistan Asif Ali Zardari.
"Sejak banding diajukan terhadap putusan ini, keyakinan telah mencapai kekuatan tetap. Karena itu, Syed Yusuf Gilani menjadi didiskualifikasi dari anggota Majlis-e-Shoora (parlemen)," menurut keputusan Mahkamah Agung, ujar Hakim Agung Iftikhar Muhammad Chaudhry.
"Ia juga tidak lagi menjadi perdana menteri Pakistan dengan akibat keputusan yang dikeluarkan pada 26 Aril, dan jabatan perdana menteri akan menjadi lowong", ujar Choudhry.
Tidak jelas apakah Gilani yang menjadi Pemimin Partai Rakyat Pakistan (PPP) akan mengajukan banding atas keputusan dan berjuang tetap menduduki jabatan sebagai perdana menteri? Analis politik Ahmed Mehboob mengatakan, bahwa perdana menteri dapat mengajukan banding putusan pengadilan atau partai yang berkuasa dapat mulai memilih pengganti.
Dipecatnya Raza Gilani yang menjadi Ketua Partai Rakyat Pakistan (PPP), akan memicu krisis politik di Pakistan. PPP didirikan oleh mendiang Zulfikar Ali Butho, yang mati dihukum gantung oleh Jenderal Zia ul Haq, dan anaknya Benazhir Butho, tewas diberondong tembakan, saat melakukan arak-arakan dalam kampanye di Karachi.
Suaminya Asif Ali Zardari tokoh paling korup, saat Benazir berkuasa, dan telah dijatuhi hukuman. Namun, semuanya itu dibatalkan saat Benazir menjadi perdana menteri, dan kemudian Zardari menjadi presiden. Sedangkan Perdana Gilani menutup penyelidikan yang dilakukan pengadilan.
PPP dikenal di zamannya Benazir sangat dekat dengan Israel dan Amerika Serikat. Saat Benazar tewas dibunuh, Presiden Israel Shimon Peres, benar-benar merasa kehilangan sekutu utamanya di sebuah negara Islam, yang memilliki senjata nuklir. Benazir telah membuka fasilitas nuklir Pakistan, dan dengan imbalan dukungan Amerika kepada Benazir.af
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!