Sabtu, 16 Jumadil Awwal 1446 H / 16 Juni 2012 23:40 wib
6.012 views
Siapa Pemenang Pemilu Presiden Mesir?
Sejak pagi rakyat Mesir sudah mengular memasuki tempat-tempat pemungutan suara.
Pemerintah Mesir pemilihan presiden menjadi hari libur nasional. Sehingga, seluruh rakyat libur, terutama mereka yang berkerja di kantor-kantor dapat melaksanakan hak pilihnya.
Pemerintah Mesir menetapkan pemilihan presiden berlangsung tanggal 16-17 Juni, dan secara nasional diberlakukan hari libur.
Rakyat Mesir nampak antusias memberikan suaranya di kotak-kota tempat pemungutan suara. Meskipun, banyak diantara rakyat Mesir, yang merasa skeptis, sesudah Mahkamah Konstitusi membatalkan parlemen hasil pemilihan yang lalu, dan Mahkamah Konstitusi juga membatalkan keputusan parlemen yang baru yang melarang pejabat di masa rezim Mubarak ikut pemilihan presiden.
Pemungutan suara dimulai pukul 0.800 pagi sampai pukul 19.00 malam. Komisi Pemilu memperpanjang waktu satu, dan memberikan waktu kepada para pemilih yang ingin menggunakan haknya. Pemilihan akan dilangsungkan pada hari Minggu pagi, di mana sangat banyak kehadiran polisi dan kehadiran tentara di tempat pemungutan suara.
Kedua kandidat Mohammed Mursi, calon Ikhwanul Muslimin, menggunakan hak pilihnya di Zagazig, di Propinsi Delta Nil, di mana di kota ini Mursi menghabiskan waktunya selama puluhan tahun untuk mengajar. Marsekal Ahmed Shafiq, menggunakna hak pilihanya di pinggiran Kairo, di Tagammu al-Khamis.
Wartawan di yang ada di tempat pemungutan suara itu, mengatakan bahwa Shafiq menyelinap masuk melalui pintu belakang di tengah-tengah pengamanan yang sangat ketat. Karena, saat memberikan suaranya di tempat pemungutan suara pada pemilihan presiden putaran pertama, Ahmad Shafiq telah dilempari sepatu dan batu oleh penduduk.
Abdel Mun’im Abul Futuh, yang ikut dalam pencalonan presiden dari independen, selanjutnya berjuang dan mendukung Mursi, dan menolak keras Marsekal Ahmed Shafiq, yang merupakan tokoh yang menjadi kroni Hosni Mubarak. Hamdeen Sabbahi, seorang tokoh Sosialis yang memimpin Partai Nasseris, yang ikut dalam pemilihan presiden di putaran yang pertama, yang memiliki dukungan yang besar 22 persen, selanjutnya mendukung Mohamad Mursi, dan menolak Shafiq.
Di Alexandria, yang mendukungSabbahi, salah satu pemilih muda mengatakan kepada Al- Jazeera bahwa dia tidak akan memilih seorang calon presiden yang menjadi kroni rezim yang lama.
"Saya ingin presiden yang dapat memperbaiki sistem pendidikan," kata Suhaila Nassar. "Sebagai warga negara saya memilih Muhammad Mursi. Karena dia bukan bagian dari rezim lama”, ungkapnya. "Jika saya telah memilih tokoh dari rezim lama, maka revolusi akan menjadi sia-sia",tambahnya.
Di Damanhour, sebuah kota yang berpenduduk sekitar 240.000 jiwa berada di jantung kota Delta Nil, yang mnerupakan daerah pertanian, jumlah pemilih tampaknya rendah sepanjang hari.
Damanhour adalah Gubernuran Beheira, di mana Morsi memenangkan pemilu di putaran babak pertama. Di Damanhour pengaruh kaum Islamis yang kuat, dan Shafiq menduduki posisi kelima di sana.
Hosni Omar, seorang insinyur sipil dan anggota Ikhwanul Muslimin yang mengamati tempat pemungutan suara, mengatakan jumlah pemilih Ikhwanul diperkirakan di daerah Damanhour hanya mencapai 10 persen pada tengah hari.
Omar mengatakan ia prihatin bahwa "preman" dibayar oleh tokoh-tokoh dari rezim lama, yang sekarang mendukung Shafiq mencoba para pendukung Ikhwan berkelahi, jika mereka tidak mendukung Shafiq.Tapi dia masih memperkirakan "rekor" kemenangan bagi Morsi. "Beheira selalu menjadi salah satu dari mereka yang anti-rezim ," katanya.
Hakim yang mengawasi pemungutan suara di daerah tersebut dijelaskan proses mulus dan lancar. Di tempat-tempat pemungutan suara, Al Jazeera menyaksikan mereka memeriksa ID dan menjaga kerahasiaan.
Beberapa saksi mengatakan mereka telah menerima daftar nama tambahan, yang diambil dari daftar pemilih pada hari Jumat, tetapi hanya dalam jumlah kecil. Inilah pemilihan presiden pertama di era pasca-Mubarak.
Belum bisa diprediksi siapa yang bakal memenangkan pemilihan presiden.Karena Shafiq didukung militer, dan jaringan partai NDP, partai yang pernah menjadi alat kekuasaan Mubarak, dan dibubarkan saat usai revolusi di Mesir.
Tetapi, Mesir bisa terjerumus ke dalam kekacauan politik, sejak Mahkamah Konstitusi membubarakan parlemen, dan membatalkan larangan parlemen terhadap Marsekal Shafiq, bila pemilu nantinya dimenangkan Mursi, dan militer melakukan intervensi, di mana presiden terpilih tidak memiliki wewenang apapun, karena tidak ada konstitusi yang mengaturnya. mi
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!