Rabu, 23 Rajab 1446 H / 6 Juni 2012 07:35 wib
4.816 views
Ribuan Muslim Myanmar Melakukan Protes Atas Pembantaian
Ribuan Muslim Myanmar melakuakn protes atas pembantaian terhadap warga Muslim Myanmar, Selasa. Mereka menuntut adanya keadilan atas sembilan Muslim yang tewas oleh gerembolon pengikut Budha.
Demonstrasi berlangsung di masjid di pusat kota Yangon. Aksi itu berlangsung secara damai, dan diakhiri menjelang sore hari, aksi itu mendapatkan pengawalan polisi yang sangat ketat.
Beberapa demonstran memperlihatkan gambar mayat berlumuran darah yang dipukuli oleh pengikut Budha. Sembilan Muslim yang tewas di Taunggoke, bagian barat negara bagian Rakhine, ketika kemarahan meletus atas isu perkosaan dan pembunuhan melaporkan seorang wanita Buddhis, Minggu.
Para demonstran Muslim menuntut keadilan, beberapa diantara para demonstran berteriak, berikan "kebebasan beragama", dan pemerintah hendaknya "membasmi terorisme", merujuk pada serangan pada bus yang penuh dengan Muslim, yang terjadi setelah selebaran dibagikan mendesak ganti rugi atas kematian wanita muda itu.
Aktivis hak asasi manusia dan beberapa warga Taunggoke mengatakan Muslim yang tewas adalah para penziarah ke Rakhine, dan tidak ada hubungannya dengan mereka yang disalahkan, karena membunuh wanita itu, ujarnya, Minggu.
Protes jarang terjadi di Myanmar, di mana aksi-aksi demonstrasi selalu ditindas para militer selama lima dekade, baru berakhir 15 bulan yang lalu ketika sebuah, reformasi sipil berlangsung.
Kolonel Polsi Thet Lwin, berusaha menangani aksi protes itu, dan menjaga agar aksi protes itu tidakk meluas, dan menimulkan di seluruh Myanmar.
"Timbulnya masalah antara Muslim dan Budha itu, tidak adanya hubungannya dengan masalah agama. Semua warga negara memiliki hak sama", tukasnya.
Burma Muslim Association mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa delapan dari korban, adalah mereka yang melakukan perjalanan menuju ke Yangon setelah menghadiri perayaan hari besar Ilsam di masjid, dan ketika mereka diserang oleh sekelompok pengikut Budha dengan pisau dan senjata tajam lainnya, ungkapnya.
"Para penduduk Rakhine mengancam umat Islam, termasuk dari kota-kota lain di negara bagian Rakhine," katanya.
Ko Mya Aye, seorang Muslim yang dipenjara karena terlibat dalam pemberontakan 1988 pro-demokrasi mahasiswa menentang junta militer kemudian, mendesak para demonstran membubarkan diri untuk menghindari konfrontasi. (af)
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!