Jum'at, 14 Jumadil Awwal 1446 H / 10 September 2010 08:34 wib
4.732 views
Prajurit AS Berlomba Bunuh Warga Afghan dan Kumpulkan Jari Mereka
WASHINGTON (voa-islam.com): Sumber pers Inggris melaporkan tentang tuntutan hukum terhadap 12 prajurit AS di Amerika Serikat atas tuduhan membentuk tim pembunuh rahasia yang dituduh membunuh warga sipil Afghanistan secara acak dan mengumpulkan jari mereka sebagai hadiah.
Menurut koran "The Guardian",lima prajurit telah dituduh membunuh tiga warga Afghanistan dalam kejadian yang berbeda tahun ini, dengan tujuan hiburan, dan tujuh prajurit lainnya dituduh menutupi pembunuhan tersebut dan mengancam prajurit baru yang melaporkan para pembunuh ini ketika melakukan pelanggaran yang lain, termasuk merokok ganja yang disita dari warga sipil.
Tuduhan-tuduhan kejahatan perang ini termasuk tuduhan yang paling serius yang dihasilkan perang di Afghanistan, dan para terdakwa yang bersalah tergabung dalam brigade infanteri raider yang berbasis di provinsi Kandahar.
The Guardian mengutip informasi ini dari para penyelidik dan dokumen pengadilan bahwa rencana pembunuhan warga sipil Afghanistan mulai setelah kedatangan Sersan Calvin Gibbs ke pangkalan Ramrod November lalu, dan dokumen tersebut menjelaskan bahwa beberapa prajurit menyampaikan kepada unit investigasi kriminal militer bahwa Gibbs bangga dengan yang dilakukannya di Irak dan dia terbebas dari hukuman, dan mengutip pengakuannya bahwa sangat mudah untuk "melemparkan granat ke arah salah satu dari mereka dan membunuhnya".
Dan menurut para penyidik, bahwa Gibbs (25 tahun) telah membuat rencana dengan prajurit lain yaitu Jeremy Morlock (22 tahun) dan beberapa prajurit lainnya dari brigade tersebut, dan membentuk tim "pembunuh" dan dituduh telah membunuh setidaknya tiga warga sipil Afghanistan selama patroli mereka.
Dokumen tuduhan tersebut menunjukkan bahwa korban pertama adalah Gul Mudin, yang terbunuh "setelah dilempar granat dan diberondong dengan senapan" ketika patroli para prajurit terdakwa tersebut memasuki desa La Muhammad Qalay Januari lalu.
Saat itu Morlock dan seorang prajurit lainnya bernama Andrew Holmes (19 tahun) dalam tugas penjagaan didekat ladang budidaya opium, ketika itu prajurit pertama melemparkan granat yang diberikan Gibbs kepadanya kearah dinding yang berdiri di depannya seorang warga sipil yang menjadi target, sementara Holmes menembaki dinding yang mengakibatkan terbunuhnya warga tersebut.
Holmes mengatakan bahwa Murlok meyakinkannya bahwa tujuan pembunuhan yang dilakukannya semata hiburan, dan mengancam akan membunuhnya jika memberitahukan hal itu kepada siapa pun.
Korban kedua bernama Marash Agha, yang ditembak di bulan berikutnya, dan Gibbs dituduh menembak Aga dan meletakkan Kalashnikov didekat tubuhnya untuk alasan menutupi kejahatannya.
Pada bulan Mei, para prajurit tersebut membunuh Mulla Adhadhad dengan sebuah granat tangan.
Surat kabar militer "Army Times" melaporkan bahwa para prajurit tersebut mengumpulkan jari-jari korban mereka untuk kenag-kenangan dan mengambil gambar dengan mayat mereka.
Lima prajurit Gibbs, Morlock dan Holmes, bersama dengan para prajurit Michael Wagnon dan Adam Winfield dikenai tuduhan pembunuhan dan penyerangan, selain tuduhan lain, dan mereka terancam hukuman mati atau penjara seumur hidup jika terbukti bersalah.
(ar/guardian)
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!