Rabu, 3 Jumadil Awwal 1446 H / 22 Juli 2009 11:38 wib
6.171 views
Gara-Gara Jilbab, Anggota Militer Denmark Didepak
COPENHAGEN – Sebuah unit militer Denmark terjebak dalam sebuah perselisihan tentang Jilbab setelah mereka mengijinkan seorang wanita Muslim berjilbab menyelesaikan masa pelatihan militer.
Home Guard, korps pertahanan dalam negeri yang terdiri atas ribuan tentara sukarela, tidak mengijinkan pemakaian Jilbab dan melanggar peraturan itu ketika mengijinkan Maria Mawla, 27, mengenakannya dalam program pelatihan dasar selama 10 hari, ujar juru bicara Joergen Jensen hari Minggu.
“Kami membuat kesalahan internal,” ujar Jensen kepada The Associated Press.
Isu ini menjadi berita nasional di Denmark setelah Partai Rakyat Denmark yang populis dan terkenal akan pernyataan-pernyataan anti Muslimnya mengekspresikan keterkejutan mereka atas artikel tentang Mawla yang dipasang di website Home Guard.
Artikel tanggal 14 Juli itu, yang kini telah dihapus, menggambarkan Mawla sebagai seorang muslim taat keturunan Libanon yang mengatakan Jilbabnya tidak menjadi hambatan dalam menjalani program pelatihan. Sebuah foto dengan artikel wawancaranya memperlihatkan Mawla mengenakan Jilbab hijau di balik topi kamuflasenya.
“Saya harus katakan bahwa saya terkejut menemukan Home Guard tidak hanya mengijinkan anggotanya mengenakan Jilbab muslim, tapi juga membanggakannya,” ujar Ib Poulsen, juru bicara Partai Rakyat Denmark untuk isu-isu pertahanan. Mereka meminta Home Guard melarang Jilbab muslim, menyebutnya sebagai simbol penindasan terhadap wanita dan diskriminasi.
Hari Minggu 19 Juli yang lalu, pimpinan Home Guard Ulrik Kragh mengatakan Jilbab tidak diperbolehkan dalam korpsnya karena melanggar peraturan berseragam militer Denmark. Kragh mengatakan wanita muslim dapat tetap menjadi anggota Home Guard jika ia bersedia menghormati peraturan tersebut.
Mawla mengatakan pada media Denmark betapa ia sangat marah akan pernyataan tersebut.
“Saya rasa ini sangat diskriminatif,” ujar Mawla kepada harian Jyllands-Posten. “Dan membuat saya merasa sebagai warga negara yang buruk.”
Maria Mawla lahir di Libanon dan datang ke Denmark ketika berusia empat bulan. Ia suka mendobrak tradisi dan menunjukkan bahwa wanita muslim tidak dapat dinilai hanya dari Jilbab yang dikenakannya. Ia menceritakan mimpinya untuk ditugaskan ke suatu tempat. Mawla adalah orang Denmark dan ingin berkontribusi bagi negaranya. Ia menikah dengan seorang Denmark dan ayah mertuanya adalah mantan anggota Home Guard.
Jensen, juru bicara Home Guard, mengatakan peraturan seragam itu akan direview akhir tahun ini. Ia mengatakan artikel tentang Mawla dihapus dari website “karena artikel itu bersifat kontroversial. Kami tidak ingin ia menderita. Ia sendiri tidak membuat kesalahan apa-apa.”
Kritikus mengatakan Home Guard mendapat tekanan dari Partai Rakyat Denmark, yang seringkali curiga terhadap Muslim, untuk mengumumkan ke hadapan publik bahwa mereka melarang pemakaian Jilbab oleh anggotanya.
“Sudah cukup,” ujar Asmaa Abdol-Hamid, seorang imigran Palestina yang menjadi bahan olok-olok Partai Rakyat Denmark di tahun 2007 karena mengenakan Jilbab selama kampanye parlemen. “Ini saatnya Partai Rakyat Denmark belajar bahwa kita hidup di dalam masyarakat yang demokratis.”
Partai Rakyat Denmark memegang 25 dari 179 kursi di dalam parlemen namun merupakan penopang utama pemerintah tengah-kanan. Tahun 2006, pemimpn partai ini menimbulkan kehebohan dengan retorika anti muslimnya tentang karikatur Nabi Muhammad yang dicetak oleh koran Denmark. Dikutip dari www.suaramedia.com
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!