Selasa, 3 Jumadil Awwal 1446 H / 14 Juli 2009 11:29 wib
6.698 views
Polisi Cina Tembak Lagi Dua Muslim Uighur
(voa-islam.co) - Polisi Cina tembak dua warga muslim Uighur hingga tewas, Senin (13/7), dan seorang lainnya cedera. Menurut kantor berita pemerintah Xinhua, penembakan terjadi dalam sebuah pertengkaran.
”penyelidikan awal menyebutkan bahwa tiga orang menyerang orang keempat dengan tongkat dan pisau pada 14.55 dekat rumah sakit di Jiefang Nanlu,” tulis Xinhua. ”Polisi yang berpatroli melepaskan tembakan peringatan sebelum menembak ketiga tersangka.”
Selain pernyataan resmi tersebut, tak jelas motif sesungguhnya dari insiden ini. Namun tampaknya pergumulan tidak seimbang sempat terjadi antara polisi dan tiga orang tersebut.
Dalam foto yang berhasil diambil saat insiden terjadi, menunjukkan seorang polisi mengangkat senapannya untuk menyerang si pria. Sang pria berbaju biru itu pun babak belur. Dengan darah menggenangi kaki kanannya, ia terbaring di tanah. Polisi langsung mengepungnya dan mengarahkan senjata mereka ke gedung-gedung di sekitarnya.
Selain dua orang yang tewas, seorang lagi dilaporkan cedera. Namun nasibnya tidak diketahui. Insiden tersebut kembali menunjukkan ketegangan yang masih mencekam di Urumqi, ibu kota Propinsi Xinjiang. Menurut Xinhua, polisi akan langsung menginterogasi siapapun yang tidak dapat menunjukkan kartu identitasnya. Tak hanya itu, warga juga dilarang ”meneriakkan slogan, memasang stiker, membagikan selebaran, atau berkumpul untuk mendengarkan pidato di tempat umum,” demikian kutipan pengumuman polisi.
Sikap pemerintah juga tercermin dari pernyataan Zhou Yongkang, petinggi keamanan Cina, menurutnya, ”Saat ini faktor pengganggu stabilitas masih ada dan tugas mempertahankan stabilitas masih sangat penting.”
Jumlah korban yang diumumkan secara resmi dalam kerusuhan 5 Juli lalu adalah 184 orang, dengan perincian 137 warga Han, 46 warga Uighur, dan seorang warga Hui. Namun sebagian warga Uighur meragukan data tersebut. Mereka yakin, jumlah korban di pihak mereka jauh lebih banyak.
Konflik yang meletus pada 5 Juli lalu memang tak dapat dipandang sebagai insiden tunggal. Selama ini warga muslim Uighur yang minoritas kerap merasa diperlakukan secara diskriminatif oleh Pemerintah Cina.
Seorang penjaga keamanan beretnik Uighur mengakui, ia sendiri menentang kekerasan. Namun ia bisa memahami rasa frustasi warga Uighur. ”lihatlah ke sekeliling anda, 90 persen tempat usaha dimiliki bangsa Han.” kata pria yang menolak menyebutkan jati dirinya ini.
”Pekerjaan yang saya dapatkan hanya sebagai penjaga keamanan.” kata pria yang ternyata lulusan universitas ini. ”Orang-orang Han itu bahkan tidak bisa bahasa Uighur.” (sumber: Koran Republika, selasa 14 Juli 2009)
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!