Berdasarkan data yang dirilis oleh WHO Global TB Report, pada tahun 2010 di Indonesia ada 834.000 insiden (kasus baru) yang meningkat menjadi 842.000 di tahun 2019. Kemudian puncaknya mencapai 1.060.000 kasus pada 2022. Dan di tahun 2022 juga dilaporkan angka mortalitas pasien TB tanpa HIV dan TB dengan HIV di Indonesia secara berturut-turut sebanyak 134.000 dan 6.700. Prof Dr dr Erlina Burhan, SpP(K), M.Sc, Guru Besar Tetap dalam Bidang Ilmu Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Indonesia (UI), menyatakan bahwa total pasien TB yang meninggal selama setahun sebanyak 140.700, yang artinya, terdapat 385 pasien meninggal setiap harinya atau 16 orang meninggal setiap jamnya karena TB. (republika.co.id-17 Februari 2024)
Atas fakta demikian, Menteri Kesehatan Republik Indonesia (Menkes RI), Budi Gunadi Sadikin, menyatakan adanya urgensitas percepatan dalam penyediaan vaksin TBC atau tuberkulosis baru. Oleh karena itu, saat ini Indonesia tengah mengembangkan beberapa kandidat vaksin TBC. Diantaranya adalah:
Pertama, vaksin yang dikembangkan Bill & Melinda Gates Foundation (BMGF). Vaksin yang awalnya dikembangkan oleh perusahaan farmasi asal Inggris, GSK, ini memanfaatkan protein rekombinan.
Kedua, vaksin TBC yang dikembangkan melalui kerja sama perusahaan farmasi asal Cina, CanSinoBio, dan perusahaan biofarmasi asal Indonesia, Etana. Pengembangan vaksin ini menggunakan vektor virus dan sedang uji klinis fase pertama.
Ketiga, vaksin yang dikembangkan oleh perusahaan bioteknologi asal Jerman, BioNTech, dan perusahaan farmasi asal Indonesia, Biofarma. Pengembangan vaksin ini menggunakan teknologi mRNA dan saat ini sedang penjajakan untuk lokasi uji klinis fase 2 di Indonesia.
Oleh karena itu, Indonesia memiliki PR besar dalam menuntaskan akar masalah TB, yakni kemiskinan. Sebagaimana dirilis oleh katadata.co.id (13-02-2024) bahwa sebanyak 7,94 persen warga Indonesia tinggal di rumah kumuh dengan persentase terbanyak di Papua, kemudian NTT, selanjutnya DKI Jakarta. Miris! Ibu kota pun menempati persentase ke-3 terbanyak dalam soal tempat tinggal kumuh warganya.
Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah penduduk miskin pada Maret 2023 sebesar 25,90 juta orang. Angka tersebut diklaim menurun 0,46 juta orang dari September 2022 dan menurun 0,26 juta orang terhadap Maret 2022. Namun benarkah realita di lapangan demikian? tentu tidak, karena faktanya rakyat Indonesia makin banyak yang terlilit persoalan ekonomi sehingga terjerat dalam kemiskinan. Dan kemiskinan itulah yang memperlemah daya beli masyarakat terhadap makanan bergizi seimbang dan tempat tinggal yang layak serta sanitasi yang baik. Akibatnya wajar jika kasus TB kian meningkat di tengah masyarakat.
Tingginya angka kemiskinan di negeri ini tak bisa dilepaskan dari penerapan sistem kehidupan yang rusak. Sistem inilah yang pada akhirnya melahirkan berbagai kebijakan negara yang tidak berpihak pada kesejahteraan rakyat. Sebagaimana kita tahu, bahwa negeri ini mengadopsi sistem ekonomi kapitalisme, yakni menjadikan para kapitalis berkolaborasi dengan para penguasa sehingga melahirkan kepemimpinan korporatokrasi.
Akibatnya, berbagai kebijakan negara yang lahir memfasilitasi kepentingan para kapitalis tadi. Berbagai layanan publik pun dikomersialiasasi karena negara menyerahkan pengelolaannya kepada swasta, baik asing maupun asing. Akhirnya rakyat harus membayar mahal biaya kesehatan, pendidikan, bahkan layanan-layanan publik lainnya yang semestinya menjadi hak rakyat.
Demikianlah sistem kapitalisme memosisikan negara sebatas regulator, bukan provider. Padahal dalam pandangan Islam, penguasa itu adalah raa’in yakni pemelihara urusan rakyat. Negara haram mengomersialiasi kebutuhan publik demi bisnis. Karena hakikatnya negara bertanggung jawab mengurus rakyatnya dan melayani setiap kebutuhannya.
Negara juga haram memprivatiasi sumber daya alam yang depositnya melimpah kepada pihak swasta karena sejatinya itu adalah milik rakyat secara umum. Negara lah yang wajib mengelolanya dan hasilnya dikembalikan untuk kebutuhan rakyat. Sebagaimana sabda Rasulullah saw, “Kaum muslim berserikat dalam tiga perkara yaitu padang rumput, air, dan api.” (HR Abu Dawud dan Ahmad)