Kamis, 13 Jumadil Awwal 1446 H / 22 November 2018 00:25 wib
8.079 views
Teladan Kepemimpinan Rasulullah; Refleksi Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW
Oleh : Fitriani, S.Sos
Kemarin, tanggal 12 Rabiul Awal merupakan tanggal bersejarah bagi umat Islam di seluruh dunia, karena pada tanggal tersebut lahir seorang rasul yang membawa risalah Islam.
Beliau adalah Nabi Besar Muhammad SAW. Peringatan maulid nabi yang diperingati setiap tanggal 12 Rabiul Awal pada hakekatnya sebagai upaya mengingat kembali hari kelahiran dan sejarah hidup nabi, meningkatkan komitmen memegang teguh ajarannya dan menjadikan beliau sebagai figur teladan utama bagi kaum muslimin khususnya dan setiap manusia pada umumnya.
Peringatan maulid nabi biasanya dilakukan dalam berbagai bentuk, ada yang mengadakan tablig akbar dengan mendatangkan ulama terkenal, membaca shalawat nabi dan aneka tradisi lainnya yang berkembang dimasyarakat. Kita percaya bahwa itu semua merupakan bentuk ekpresi kecintaan kaum muslimin terhadap nabi yang dicintainya.
Dibulan yang mulia ini, perlunya kita meneladani kembali sosok Rasulullah SAW dengan segala kemuliaan akhlak beliau dan keberhasilan beliau sebagai Pemimpin Sejati umat islam. Apalagi ditengah-tengah zaman yang kehilangan sosok pemimpin umat. Karena
Rasulullah adalah yang sosok pemimpin sejati, visioner, yang melayani dan merakyat. Sangatlah penting untuk membuka kembali lembaran sejarah Nabi Muhammad SAW serta mencontoh keteladanannya dalam mengelola kepemimpinan umat dalam menciptakan kebaikan kualitatif maupun kuantitatif.
Apalagi bagi umat Islam, Muhammad SAW, bukan sekadar cermin teladan (uswah hasanah) dalam masalah rohani, melainkan juga contoh ideal seorang pemimpin duniawi. Kepemimpinan Nabi Muhammad SAW, tidak sebatas urusan agama, akan tetapi beliau juga pemimpin negara yang mempunyai wilayah kekuasaan, rakyat, dan sistem ketatanegaraan.
Ali Syariati menggambarkan sosok, karakter, dan perilaku Nabi dalam tulisannya yang berjudul A Visage of Prophet Muhammad. Sosok Nabi sebagai pemimpin militer : “Tidak ada pemimpin militer, sehubungan dengan operasi militernya sendiri, yang mampu melibatkan dirinya dalam perang sebanyak itu (64 atau 65 kali), dalam sepuluh tahun kepemimpinannya di bidang sosial dan politik. Nabi Muhammad SAW bukan hanya sebagai pemimpin militer belaka, tetapi juga, Nabi dan Rasul yang memperlihatkan kualitas kemanusiaannya yang sangat terpuji.
Tidak dilupakan, misalnya, sebagai pemimpin yang mampu menandingi bahkan meruntuhkan sejumlah kekaisaran besar pada zamannya, Nabi berkenan menerima seorang wanita yang selama sekira satu jam mengadukan masalah rumah tangganya.
Juga sekali waktu, sepulang berperang, Nabi turun dari kudanya dan menemui seorang buruh kecil yang terkucil. Diciumnya tangan sang buruh yang kasar itu, serta menjelaskan tangan yang kelelahan mencari nafkah untuk kebaikan keluarganya ini diharamkan tersentuh api neraka.
Jika kita tengok sejarah awal berdirinya Daulah Islam di Yastrib (Madinah), Rasulullah berhasil menyatukan berbagai macam suku di bawah naungan islam. Beliau juga mendamaikan pertikaian antara suku ‘Aus dan suku Khazraj yang sudah berlangsung berabad-abad lamanya. Rasulullah membuktikan bahwa ikatan aqidah islam merupakan ikatan tertinggi yang mampu mengalahkan berbagai ikatan-ikatan lain, termasuk ikatan kesukuan.
Sebagai Rasul dan juga kepala negara, Rasulullah juga senantiasa berusaha mendakwahkan islam ke seluruh penjuru dunia dengan mengirim utusan-utusannya ke negeri-negeri di luar Madinah, termasuk ke dua imperium besar yang sudah berusia ribuan tahun, yaitu Persia dan Romawi.
Maka, dalam kurun waktu kurang dari 30 tahun, Rasulullah berhasil membuat wilayah Persia yang seluas 7.400.000 km2 masuk ke dalam wilayah islam. Hingga hari ini, tidak ada satu pun negara yang berkembang sepesat Daulah Islam.
Rasulullah benar-benar telah membesarkan nama islam. Bahkan sepeninggal Rasulullah, Daulah Islam terus berkembang hingga memiliki luas 20.000.000 km2 dan wilayahnya terbentang hingga dua per tiga dunia. Pada masa itu Islam benar-benar berjaya di mata dunia.
Berbicara tentang pemimpin dan kepemimpinan, maka teladan yang paling baik adalah kepemimpinan Rasulullah saw. Dalam kurun waktu yang singkat (sekitar 23 tahun) beliau berhasil dengan gemilang merekontruksi akhlak masyarakat Mekah dari akhlak jahiliah menjadi masyarakat yang berakhlak mulia (akhlakul karimah).
Kota Mekah yang dulu tidak dikenal dalam sejarah peradaban manusia, menjadi daerah yang masyarakatnya memiliki akhlak mulia. Keberhasilan Nabi mengubah aspek moralitas tersebut manjadi alasan Michael Hart (seorang penulis non muslim) menempatkan nabi diurutan pertama diantara 100 tokoh paling berpengaruh di dunia.
Jika kita menyimak sejarah hidup Rasulullah semakin membuat kita terpesona dengan model kepemimpinan yang beliau terapkan. Mahasuci Allah yang telah mengutus rasul-Nya menjadi suri teladan terbaik dalam kepemimpinannya. Nabi saw. adalah pemimpin terbaik sepanjang masa, karena Rasulullah selalu memimpin dengan akhlak mulia, adil dan menekankan pentingnya keteladanan.
Meskipun beliau adalah seorang kepala negara, namun beliau hidup sederhana, tidak bergelimang harta. Meskipun beliau adalah seorang panglima, namun beliau adalah panglima yang menyayangi prajurit-pajurit. Tutur katanya lembut, berwibawa dan menyenangkan siapapun yang mendengar. Tatap matanya sejuk dan menentramkan.
Setiap kebijakannya selalu dituntun Allah SWT dan tidak ada kebijakan yang menyakiti umat. Kebijakan-kebijakan beliau tidak pernah merugikan satu kelompok atau menguntungkan kelompok yang lain. Semua kebijakan ditetapkan secara adil dan bijaksana.
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang-orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah” (QS. Al Ahzab [33]: 21).
Sebagai umat Rasulullah, sudah sepatutnya kita menjadikan beliau sebagai figur teladan utama, apapun profesi, pangkat dan jabatan yang kita sandang. Pada dasarnya setiap kita adalah pemimpin. Suami adalah pemimpin dalam rumah tangga. Ibu pemimpin bagi bagi anak-anaknya. Seorang kepala negara adalah pemimpin bagi rakyatnya.
Selayaknya kita menjadi figur manusia terbesar sepanjang usia bumi itu menjadi role model dalam kehidupan kita sehari-hari. Untuk bangkit dari krisis multidimensi saat ini, Indonesia membutuhkan pemimpin yang berakhlak mulia seperti yang dicontohkan Rasulullah.
Kita merindukan pemimpin yang punya hati nurani, hidup sederhana, bukan hidup bergelimang kemewahan ketika rakyat hidup sengsara. Kita merindukan pemimpin yang adil dan bijaksana, bukan pemimpin otoriter dan sok kuasa. Kita ingin pemimpin yang pro-rakyat, bukan pemimpin yang hanya menjadikan rakyat sebagai pijakan meraih kekuasaan.
Kita merindukan pemimpin yang peduli rakyat, bukan pemimpin yang mementingkan citra politik dan melanggengkan kekuasaanya. Kita merindukan pemimpin yang tutur katanya merupakan pemecah masalah, bukan menjadi sumber masalah. Betapa rindunya kehadiran pemimpin seperti Rasulullah. Wallahu a’lam.[syahid/voa-islam.com]
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!