Selasa, 13 Jumadil Awwal 1446 H / 1 November 2016 22:39 wib
8.074 views
Hillary dan Trump: 'Pion' Dalam Pilpres AS
Sahabat VOA-Islam...
Untuk sementara ini publik dunia terfokus pada Pilpres Amerika Serikat. 8 November 2016 menjadi penentu kemenangan antara Hillary dan Trump. Partai Demokrat dan Partai Republik mempertaruhkan reputasinya dalam politik Amerika. Baik Hillary atau Trump, keduanya sudah dikenal jagad melalui tingkah polanya. Bak selebritis kelas dunia, kini Hillary dan Trump menunjukan wajah AS sesungguhnya. Mereka berdua siap membela AS dan memimpin AS agar tetap tampil sebagai super power di dunia. Nah, siapa kekuatan di balik Hillary atau Trump? Semuanya tidak bisa terlepas dari dua partai utama: Republik dan Demokrat.
Republik dan Demokrat
Di AS ada dua partai utama, yaitu Partai Demokrat dan Partai Republik. Orang hampir-hampir tidak dapat mengetahui perbedaan yang besar di antara program-program dua partai tersebut, bahkan juga pada kebijakan politik yang diambil. Dua partai itu hampir-hampir menempuh satu metode yang sama, dan hampir-hampir tidak ada perbedaan apapun dalam pergantian kekuasaan di antara dua partai tersebut, baik politik dalam negeri maupun politik luar negeri. Kalaupun terjadi perubahan-perubahan, itu hanya perubahan yang ditutut oleh situasi dan kondisi, bukan tuntutan yang muncul dari perbedaan program kedua partai tersebut.
Partai Demokrat adalah partai yang lama. Ia adalah partai rakyat dan memiliki suara mayoritas yang menentukan di tengah-tengah rakyat. Karena itu pada umumnya mayoritas Kongres tetap berada di pihaknya. Adapun Partai Republik adalah partai yang lebih baru kemunculannya dibanding dengan Partai Demokrat.
Partai Republik merupakan partai orang-orang kaya dan para kapitalis raksasa. Mayoritas anggotanya adalah pemilik modal yang besar dan pemilik perusahaan-perusahaan monopoli. Dalam partai itu terdapat sejumlah besar kaum terpelajar. Partai Republik ini tidak begitu menaruh perhatian untuk meraih dukungan mayoritas rakyat dan juga dalam merebut umumnya masyarakat untuk berada di pihaknya. Andaikata sistem pemilihan presiden tidak mendukungnya, niscaya Partai Republik tidak akan berhasil merebut kepemimpinan sama sekali, sebab ia adalah partai minoritas bukan partai mayoritas.
AS, sebagaimana halnya negara-negara kapitalis, dikuasai oleh para pemilik perusahaan monopoli dan para pengusaha. Mereka itulah yang memiliki pengaruh terhadap politik AS. Akan tetapi karena setiap individu rakyat benar-benar menikmati haknya sebagai warga negara dan mampu mempengaruhi jalannya pemerintahan –baik dalam pemilu maupun dalam pengawasan, maka pemerintahan AS lebih nampak sebagai pemerintahan seluruh rakyat dibandingkan negara-negara kapitalis lainnya.
Kekayaan AS merupakan penolong yang tidak kunjung habis, juga karena tercukupinya jumlah kaum terpelajar dan pemikir, serta adanya suasana kebebasan dan kesungguhan yang menguasai AS, maka kekuatan AS adalah kekuatan yang nyata, bukan kekuatan yang hanya nampak secara lahiriah. Meskipun AS bukan bangsa yang asal-usulnya sudah ada sejak dulu, yang sebenarnya hanya merupakan kumpulan individu atau komunitas dari berbagai macam negeri, tetapi kewarganegaraan atau kebangsaan telah menghimpun mereka dalam suatu ikatan yang kuat. Bahkan orang asing yang hidup beberapa tahun di AS, kemudian mengambil kewarganegaraan AS dan memiliki hak kewarganegaraan, akan menjadi orang yang lebih mendukung negara, rakyat, dan kepentingan AS daripada negara asalnya. Hal ini dihasilkan dari kekuatan yang dinikmati oleh para individunya dan dalam interaksi antara manusia.
Kans Hilarry dan Trump
Hillary Clinton dari Partai Demokrat terlihat begitu merakyat. Dukungan dari beragam kalangan dinikmatinya. Penampilan yang keibu-ibuan serta pengalaman politiknya tidak diragukan lagi. Mendampingi Bill Clinton sebagai ibu negara dan menjadi Mentri Luar Negeri AS menjadi poin penting kemenangan Hillary. Kesalahannya dalam berpolitik tidak begitu mencederai AS. Kondisi yang ditampilkan Hillary tampak sebagaimana yang ditampilkan Partai Demokrat yang mampu bersama rakyat AS. Isu-isu yang ditampilkan Hillary lebih menarik simpati dan mendapatkan hati warga AS. Tampaknya Partai Demokrat bisa sedikit terbang di atas Partai Republik.
Berbeda dengan Donald Trump dari Partai Republik. Tabiatnya yang arogan dan kasar merupakan wujud sejati bangsa AS. Trump juga dikenal sebagai kapitalis sejati. Jaringan bisnisnya menggurita di seantero dunia. Kepercayaan inilah yang menjadikannya maju sebagai kontestan pilpres. Banyak catatan buruk yang tidak disukai dari Trump oleh warga AS. Terungkapnya pelecehan kepada wanita dan arogansinya menolak MUSLIM MASUK AMERIKA dengan alasan ektrimis dan radikalis.
Warga AS saat ini masih melihat sosok calon pemimpin, karena mereka meyakini bahwa demokrasi adalah pilihan terbaik. Sehingga tidak ada yang menggugat sistem politik demokrasi, meski beragam masalah telah mendera di negeri itu. Kondisi itulah yang menyebabkan gelap mata mayoritas warga, sehingga demokrasi masih dianggap wajar meski terkadang kurang ajar.
Siapapun yang terpilih nanti menjadi presiden AS: Hillary atau Trump, bisa dipastikan mereka berdua adalah pion-pion yang siap dibenturkan di arena politik lokal dan internasional. Mereka akan tetap bermain di panggung yang sama. Sebagaimana yang sudah dilalui oleh presiden AS sebelumnya. Baik yang dikenal arogan dan radikal atau santun dan menyejukkan. Ingatlah bahwa Hillary dan Trump adalah Wajah Amerika Serikat sesungguhnya dengan ideologi kapitalisme-demokrasi dalam pemikirannya. Dunia bersiap-siap menghadapi tantangan baru untuk melayani kepentingan AS di seluruh dunia.
Negara mana pun yang menjadikan AS sebagai mitra abadi, sama halnya berlindung di bawah ketiak penjajah. Karena AS juga sama-sama negera yang terjajah dan tersandera oleh kepentingan pengusaha. Waspadalah! [syahid/voa-islam.com]
Penulis: Hanif Kristianto
(Lajnah Siyasiyah Hizbut Tahrir Indonesia DPD Jawa Timur)
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!