Senin, 27 Jumadil Akhir 1446 H / 15 Februari 2016 22:10 wib
6.252 views
Jangan Mendholimi Eksistensi Jamaah
Sahabat VOA-Islam...
واتقوا فتنة لا تصيبن الذين ظلموا منكم خاصة
“Dan peliharalah dirimu dari siksaan yang tidak khusus menimpa orang-orang yang zhalim saja di antara kamu.” (QS. al-anfal : 25)
Syaikh As-sa’dy dalam tafsirnya menjelaskan bahwa firman-Nya, “Dan peliharalah dirimu dari siksaan yang tidak khusus menimpa orang-orang yang zhalim saja di antara kamu,” yakni bahkan menimpa pelaku kezhaliman dan orang selainnya , hal ini terjadi bila kezhaliman sudah begitu nyata , namun tidak dirubah sehingga siksaan-Nya mencakup pelakunya dan orang selainnya.
Cara memelihara diri dari fitnah (siksaan) ini adalah dengan mencegah kemungkaran, melibas pelaku kejahatan dan kerusakan dengan tidak memberikan kesempatan kepada mereka untuk berbuat maksiat dan berbuat zhalim sebisa mungkin. (Taysiirul kariimir Rahmaan fii tafsiir kalaamil mannaan karya syaikh Nashir as-Sa’dy).
Terkadang kemaksiatan seseorang atau sekelompok ikhwah bisa mengakibatkan seluruh bagian dari jamaah merasakan pengaruh buruknya. Bisa jadi juga kemaksiatan itu menjadi faktor kehancuran dan malapetaka atau menjadi sebab hadirnya ujian yang sangat berat. Khususnya jika yang melakukan hal tersebut adalah seorang tokoh uswah teladan atau pemimpin dari sebuah jamaah.
Sejarah merekam berbagai kisah yang memberikan berbagi pelajaran mengenai hal tersebut.
Beberapa diantaranya dialami oleh generasi terbaik umat ini. Merekalah para sahabat Nabi shollallaahu ‘alayhi wasallam rodhiyallaahu ‘anhum ajma’iin. Manakala tengah berada di medan jihad misalnya.
Perang Uhud misalnya, manakala pasukan muslim hampir mencapai kemenangannya, namun karena kealpaan para pasukan bagian pemanah yang tidak sam’ah wa aththo’ah kepada Nabi untuk tetap stand diatas gunung, manakala mereka turun dari gunung uhud untuk ikut mengambil ghanimah dibawah. Maka seketika itu musuhpun mengambil celah lantas mengambil alih posisi dan akhirnya pasukan muslimin. Inilah implikasi dari kemaksiatan personal atau sekelompok kecil yang memacu timbulnya bencana dalam jamaah.
اولما اصابتكم مصيبة قد اصبتم مثليها قلتم انى هذا. قل هو من عند نفسكم
“Dan mengapa ketika kamu ditimpa musibah (pada peperangan uhud), padahal kamu telah menimpakan kekalahan dua kali lipat kepada musuh-musuhmu (pada peperangan badar) kamu berkata, “Dari mana datangnya (kekalahan) ini? Katakanlah,”itu dari (kesalahan) dirimu sendiri.” (QS. Ali Imron: 165).
Menjadi sebuah kemakluman manakala segala bencana yang menimpa itu adalah akibat perbuatan tangannya sendiri. Para salaf amat sensitif mengenai kemaksiatan pribadinya.
Ibnu Rajab al-Hanbali berkata: Tatkala Ibnu Sirin rahimahullah dililit oleh hutang dan dipenjara karena hutang tersebut, ia berkata: “sunguuh aku mengetahui dosa yang menjadikan aku ditimpa musibah ini. Aku telah mengejek seseorang empat puluh tahun yang lalu, aku berkata kepadanya: “Wahai si bangkrut” (Majmu’ Rasaail ibni Rajab 2/413).
Menurut buku itu dampak buruk dosa pasti akan nampak meskipun tidak seketika.
Pada saat setelah melakukan dosa itu, Syaikh Abdullah mengutip beberapa pernyataan orang-orang sholih zaman dulu:
Ammar bin muurroh berkata: aku pernah melihat seorang gadis yang menarik perhatianku, dan sekarang aku buta. Semoga musibah ini menghapus dosaku itu.
Dahulu tangan-tangan saudara Nabi Yusuf ‘Alayhissalaam menyiksa beliau, kemudian yusuf dibeli oleh orang mesir, akan tetapi pada masa berikutnya, tangan-tangan merekalah yang justru meminta makanan sebagaimana dikisahkan dalam firman Allah di dalam QS.Yusuf 88
Hasan al-Bashri mengatakan bahwasanya melakukan suatu kebaikan betapapun kecilnya, ia akan menawarkan cahaya dalam hatinya dan memberikan kekuatan pada amalnya. Barangsiapa melakukan kejahatan betapapun kecilnya lalu ia meremehkannya, maka hal itu akan mewariskan kegelapan pada hatinya dan kelemahan pada amalnya.
Al-fudhoil bin ‘Iyyad berkata : jika aku melakukan suatu maksiat, maka aku melihat akibatnya dalam perilaku pembantu dan hewan tungganganku.
Utsman annaisabury menceritakan suatu saat tali sandalnya putus, tatkala ia melakukan perjalanan untuk sholat jumat, beliau berhenti untuk memperbaikinya, beberapa saat kemudian ia berkata, ini semua karena saya tidak mandi untuk sholat jumat.
Al-Hajjaj seorang pejabat di masa kekhalifahan Bani Umayyah , dikenal karena kesadisannya , kekejamannya, pembunuh para ulama sholih termasuk di dalamnya Said bin Zubair. Sekalipun kekayaannya banyak, kedudukan dan paggkatnya tinggi, namun ia hina disisi Allaah Ta’ala dan kaum muslimin yang mencintai kebaikan. Akhirnya ia mati dalam keadaan mengenaskan, tubuhnya dipenuhi bisul, yang apabila muncul rasa sakit darinya terdengar suara yang keras dari mulutnya seperti banteng yang meregang nyawa.
Ahmad bin duad, seorang tokoh mu’tazilah ikut andil menyiksa Imam Ahmad bin Hanbal, beliaupun mendoakan kebinasaannya, maka Allaah menimpakan padanya suatu penyakit yang sering membuatnya mengatakan , adapun separuh tubuhku ini apabila dihinggapi seekor lalat, dirasakan sakit yang bukan kepalang, hingga dirasakan dunia ini seakan kiamat. Sedang separuh tubuhku yang lain andaikata digerogoti oleh catut sekalipun, niscaya aku tidak merasakannya.
Abu Huroiroh berkata: sesungguhnya seekor burung akan mati di sarangnya karena perbuatan zhalim seseorang. Mujahid berkata : sesungguhnya binatang ternak melaknat ahli maksiat dari keturunan Adam. Jika paceklik menimpa dan hujan tidak turun mereka berkata , ini akibat maksiat yang dilakukan oleh keturunan Adam.
Ikrimah berkata: binatang melata dan serangga di bumi hingga kumbang kelapa dan kalajengking berkata, kami tidak merasakan walau setetes hujan karena dosa-dosa Bani Adam.
Orang-orang sholih sangat sensitif terhadap dosa, sehingga mereka masih ingat dosa-dosa puluhan tahun lalu. Mereka merasakan, bahwa hal-hal buruk yang terjadi pada mereka tidak lain disebabkan oleh dosa mereka sendiri. Mereka memohon ampunan dan kasih sayang Allah atas diri mereka. Sedangkan orang yang fasik tidak merasakan hal itu karena mereka menunda-nunda taubat. Sehingga hati mereka terkunci rapat dari mendengarkan kebenaran setiap kali mendapat suatu musibah, mereka tidak sadar akan dosa mereka.
Rasulullaah shollallaahu ‘alayhi wasallam bersabda: “Jangan sekali-kali meremehkan dosa , karena sesungguhnya ia bisa semakin bertambah dan bertumpuk pada sesorang hingga ia menghancurkannya.” [syahid/voa-islam.com]
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!