Jum'at, 24 Jumadil Awwal 1446 H / 4 September 2015 12:09 wib
6.462 views
Para Penakluk Ahzab dalam Lintasan Sejarah (bagian-2 Habis)
Oleh: Muntaha Bulqini
Ahzab Modern
Pasukan Ahzab modern yang dipimpin Amerika sudah hamper satu abad mengepung umat Islam di seluruh dunia jika dihitung sejak runtuhnya kekhalifahan Turki pada 1924 sampai saat ini (1924-2015 = 91 tahun ). Dramatis! 1 bulan berbanding 91 tahun.
Sementara strategi koalisi Ahzab, dahulu dan sekarang tidak pernah berubah. Abu Mush’ab As-Suri menyebutnya dengan “koalisi dalang” Salibis-Yahudi yang terdiri dari Amerika–Israel atau dahulu Quraisy-Yahudi. Ditambah dengan “koalisi wayang” yang beranggotakan para penguasa bonek seperti Negara-negara Islam Timur Tengah, Asia, Afrika yang dahulu masa Rasulullah diduduki posisi kabilah-kabilah atau suku-suku di sekitar Madinah.
Dalam rangka menghancurkan pasukan Ahzab, Rasulullah membuat skala prioritas musuh. Pertama, pasukan Quraisy-yahudi seperti Bani Sulaim, Asad, Fizarah, dan Asyja’. Untuk menggempur mereka Rasulullah membuat parit/khandaq sebagai taktik peperangan. Kedua, pasukan Yahudi bani Quraizhah yang cukup diserang dengan menggunakan peperangan opini/urat syaraf melalui sang propagandis, Nu’aim bin Mas’ud.
Sedangkan untuk menyerang pasukan Ahzab modern, mujahidin menyerukan perlawanan jihad global dengan membuat empat rangking prioritas musuh (Mush’ab As-Suri, Visdi Politik Gerakan Jihad, 2010).
Pertama, Yahudi, Nasrani Barat, Nasrani Timur. Kedua, Penguasa Kafir/ sekular, pembantu penguasa, ulama jahat, pasukan penjaga konstitusi Kafir. Ketiga, lembaga yang berafiliasi dengan penguasa, kelompok cendikiawan (kaum Liberal), kelompok fasik yang menyebarkan kekejian di masyarakat dengan berlindung di balik seni.
Keempat, Ormas yang manhajnya menyimpang, Parpol nasionalis. Sebagai tambahan, prioritas Ahzab modern untuk wilayah lokal Indonesia bisa dilihat dari dukungan setiap musuh Islam terhadap rezim kafir di negeri ini. Misalnya koalisi yang berada dalam deretan gerbang pendukung Jokowi antara lain pengusaha tertentu, kekuatan asing dan kelompok garis keras AS (hawkish), jendral-jendal, kelompok Syiah dan konglomerat hitam. (Bambang Soesatyo, Republik Komedi ½ Presiden, 2015).
Kini, para Ahzab Modern tengah menghadapi mimpi buruk sebagai bentuk ketakutan mereka akan datangnya hari-hari gelap mereka. Salah satu alasannya adalah bahwa hampir semua negara di dunia di mana umat Islam berada sedang bergejolak untuk melawan dan menghancurkan hegemoni pasukan Ahzab
Giliran Kita
Perang Ahzab / Khandaq merupakan peperangan sengit kedua yang sangat menentukan nasib umat Islam setelah perang Badar Kubra. Andaikata koalisi Musyrikin Quraisy-Yahudi menang, niscaya lembaran sejarah Islam akan berubah. Bergabungnya pasukan Ahzab tersebut menjadi peluang emas yang tidak mungkin terulang kembali, terutama jika orang-orang Yahudi gagal memobilisasi pasukan Ahzab, apalagi gagal pula dalam memenangkan pertarungan dengan umat Islam. Artinya, di masa mendatang mereka tidak akan dapat bergabung kembali dan tidak akan mampu mengalahkan tentara Islam. Berkoalisi saja gagal mengalahkan umat Islam apalagi sendirin.
Pelajaran penting lainnya adalah taktik Mubada’ah (memulai aksi lebih dahulu) di mana umat Islam telah berpindah dari fase defensive ke fase ofensif. Oleh karena itu Rasulullah mengatakan pada para sahabatnya setelah pasukan Ahzab mundur dari medan peperangan, “Sekarang, kita lah yang menyerang mereka dan mereka tidak akan menyerang kita.” Setelah perang Khandaq insiatif penyerangan berpindah dari kaum musyrikin kepada umat Islam. Bahkan umat Islam tidak pernah berhenti penyerang musuh-musuh Allah dan Rasul-Nya hingga Islam menyebar ke seluruh Jazirah Arab. Itulah kebenaran Sang Sutradara tunggal, Allah subhanahu wata’ala. (QS. Al-Ahzab: 25 ).
Dalam masa pengepungan tentara Ahzab Modern, umat Islam telah melahirkan ash-Shahwah al-Islamiyyah (gerakan kebangkitan Islam) dengan berbagai bentuk dan tujuan yakni mengembalikan Khilafah, pemerintahan Islam dan kebangkitan Islam. Rekam jejak gerakan itu menjadi catatan sejarah yang panjang, sejak eksperimen Gerakan Pemuda Maroko 1963 sampai eksperimen jihad Al-Qaidah pada 11 September 2001 yang berhasil menghancurkan symbol ekonomi dajjal Amerika, WTC.
Setelah tragedi WTC, para mujahidin ash-Shahwah al-Islamiyyah seolah ingin mengatakan kepada dunia khsusunya musuh-musuh Allah, “ Kini giliran kita yang mengepung pasukan Ahzab.” Melalui strategi The Arab Spring, fir’aun Amerika sebagai komandan Ahzab Modern itu ‘bangkrut”, negaranya dibuat miskin oleh Allah. Bahkan negara-negara boneka fir’aun modern yang nota bene negara Islam pun satu demi satu hancur: Irak, Libya, Mesir, Sudan, Pakistan, Suriah, Yaman dan tinggal menunggu Saudi Arabia.
Kini, para Ahzab Modern tengah menghadapi mimpi buruk sebagai bentuk ketakutan mereka akan datangnya hari-hari gelap mereka. Salah satu alasannya adalah bahwa hampir semua negara di dunia di mana umat Islam berada sedang bergejolak untuk melawan dan menghancurkan hegemoni pasukan Ahzab. Wallahu ‘Alam. [syahid/voa-islam.com]
Editor: RF
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!