Jum'at, 23 Jumadil Awwal 1446 H / 8 Mei 2015 14:16 wib
10.153 views
Raja Salman Melakukan Revolusi di Kerajaan Arab Saudi
RIYADH (voa-islam.com) - Belum genap tiga bulan kekuasaan Raja Salman bin Abdul Aziz, benar-benar mengubah kebijakan Arab Saudi, dan menolak didikte oleh AS dan sekutunya, dan mengedepankan independensi dalam pengambilan keputusan.
Raja Salman membuang sebagian besar pejabat penting Kerajaan Arab Saudi di zaman Raja Abdullah.
Langkah Raja Salman yang terbilang berani itu, dan menggganti seluruh pejabat penting yang diangkat oleh Raja Abdullah, di antaranya:
1. Khalid At-Tuwaijiri, penasihat utama Raja Abdullah.
2. Pangeran Bandar bin Sulthan, Kepala Badan Intelijen Saudi.
3. Pangeran Muqrin bin Abdul Aziz, Putera Mahkota Saudi Arabia.
4. Pangeran Suud Al-Faishal, Menlu Saudi selama lebih dari 4 dekade.
5. Pangeran Mut'ib bin Abdullah, Pengganti Putera Mahkota Saudi dan Komandan Garda Kerajaan, jabatan yang diberikan Raja Abdullah.
Kelima tokoh di atas adalah tokoh sentral Saudi Arabia yang mendukung kudeta Jenderal Al-Sisi di Mesir terhadap Presiden Mursi. Juga tokoh sentral dalam setiap perlindungan yang diberikan kepada mantan Presiden Yaman, Abdullah Saleh.
Diprediksi, Raja Salman benar-benar "membersihkan" jajaran kerajaan Saudi dari pihak-pihak yang selama ini memperburuk hubungan Saudi dengan Jamaah Ikhwanul Muslimin, Qatar, Turki. Efeknya, justru pengaruh Iran semakin kokoh di kawasan Timur Tengah.
Satu hal yang patut diperhatikan, keputusan Raja Salman membuat Amerika dan sekuturnya wait and see. Perubahan putera mahkota dan naiknya Muhammadain (Muhammad bin Nayef dan Muhammad bin Salman) di posisi kunci Saudi masa depan, menyulitkan Amerika membaca arah kebijakan Saudi sebagai sekutu utama hampir 100 tahun lebih.
Terlebih AS sulit membaca file calon pengganti Putera Mahkota Muhammad bin Salman (33) tahun yang masih belia. Untuk menenangkan Amerika atas strateginya, Raja Salman mengangkat Adil Al-Jubair sebagai Menlu. Adil Al-Jubair adalah sosok pakar studi Amerika dan mantan Dubes Saudi di Washington.
Kita menunggu langkah Raja Salman membatalkan dukungan Saudi kepada junta militer di Mesir. Kemudian menghukum Uni Emirates Arab (UEA) yang cenderung merusak soliditas Sunni.
Raja Salman juga mengingatkan Raja Jordania Abdullah yang sangat pro-Israel. Semua dengan strategi: airnya jernih, tangkap ikannya. Untuk sementara, tidak dengan strategi konfrontasi memutus hubungan dengan AS atau perang terbuka dengan Iran dan sekutunya.
Kita optimis, Raja Salman mampu memikul harapan besar umat Islam dan menjadi Raja bagi 'Rumah Besar umat Islam'. Tentu, umat Islam mengharapkan lahirnya pemimpin-pemimpin besar mulai dari Raja Salman, Erdogan, dan pemimpin binaan Ikhwanul Muslimin. Mengisi kekosongan pemimpin di dunia Islam, di tengah perang dan konflik yang terus berkecamuk. (nandangbur/abimantrono/islamedia/voa-islam.com)
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!