Jum'at, 23 Jumadil Awwal 1446 H / 8 Mei 2015 07:04 wib
4.166 views
Persetujuan Nuklir Amerika Serikat-Iran Terhambat Oleh Konggres
WASHINGTON (voa-islam.com) - Amerika Serikat bersama negara-negara Barat mencapai kesepakatan tentang program nuklir Iran di Laussane, Swiss, awal April lalu. Sebuah perundingan yang berlangsung sangat alot, dan kemudian tercapai kesepakatan.
Namun, para senator Amerika Serikat mengesahkan sebuah RUU yang akan memberi otoritas pada Kongres untuk mengkaji ulang kesepakatan internasional nuklir Iran, Kamis, 6/5/2015.
Gedung Putih mengatakan Presiden Barack Obama akan menandatanganinya menjadi undang-undang jika Dewan Perwakilan juga mengesahkannya.
RUU ini merupakan sebuah kompromi antara para anggota Kongres, yang merasa disingkirkan selama perundingan nuklir itu- dan presiden, dan merupakan campur tangan Kongres, nampaknya akan menghambat perundingan.
Sejauh ini yang dicapai baru merupakan kerangka kerja sedangkan kesepakatan akhir masih akan disusun pada Juni mendatang.
Pemerintah Washington dan mitranya ingin mencegah Iran mengembangkan senjata nuklirnya dan menawarkan imbalan pencabutan sanksi ekonomi yang sudah berlangsung selama 12 tahun belakangan. Teheran selalu menegaskan progran nuklirnya untuk kepentingan energi.
Tercapainya kesepakatan nuklir Iran ini dikecam oleh Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, yang sempat mengatakan setiap kesepakatan nuklir apapun akan menjadi ancaman bagi Israel. Nampaknya, lobi-lobi dari kalangan lobi Yahudi Amerika terus melancarkan ke Capitoll Hill menghentikan program nuklir Iran.
Selain itu, perjanjian nuklir antara Amerika Serikat dan negara-negara Barat dengan Iran, menimbulkan kekawatiran negara Arab dan Teluk, terutama stabilitas keamanan di kawasan itu. Apalagi, Iran menampakan ambisi menjadi kekuatan baru yang ingin melakukan hegemoni atas kawasan Timur Tengah.
Satu-satu negara-negara Arab jatuh ke tangan Syi'ah, seperti Lebanon, Irak, Bahrain, dan sekarang Yaman. Negara-negara lainnya, seperti Arab Saudi, Kuwait, Qatar dan Uni Emerit Arab, nasibnya pasti tidak akan berbeda dengan yang dialami oleh Yaman. Amerika memainkan kartu 'Iran' guna menjadikan negara Arab bergantung kepada Amerika Serikat. (jj/wp/voa-islam.com)
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!