Jum'at, 23 Jumadil Awwal 1446 H / 3 April 2015 08:42 wib
8.773 views
Ummat Islam Lemah, Banyak Tokoh Islam Alami Krisis Aqidah
SOLO (Voa Islam) - Merenungi keadaan kaum muslimin Indonesia yang semakin centang perenang di tengah lumbung keindahan dan kekayaan alam serta beragam macam latar belakang primordial yang mengagumkan, Ketua Syamina Institute Solo mengaku amat prihatin.
Abu Fatih Abdurrahman yang mendirikan Syamina Institute pada bulan Sya'ban 1434 lalu bersama aktivis Solo lainnya, mengungkapkan bahwa kenapa kaum kafir, munafik dan murtad bisa semena-mena terhadap ummat Islam Indonesia, terutama dengan kasus diblokirnya beberapa situs-situs dakwah Islam oleh pemerintah, adalah karena didalam tubuh kaum muslimin sendiri mengalami krisis ukhuwwah yang luar biasa.
"Krisis ukhuwwah ini bukan tanpa sebab, krisis ini bermula dari rapuhnya pondasi aqidah yang justru menimpa banyak tokoh Islam di negri ini," kata Abu Fatih.
Hal itu juga nampak jelas adanya krisis hubungan internal antar media Islam itu sendiri. Bayangkan, untuk mengadukan nasib saja, mereka seolah berebut dengan 'legowo'-nya meninggalkan yang lainnya. Apakah ketika ke DPR atau ke Dewan Pers kemarin-kemarin ini. Malah ada yang dituduh oleh yang lainnya sebagai merebut panggung...?
Ketua Syamina Institute ini lalu mengutip Al Qur-an Surat Al Mukminuun ayat ke 53, yang intinya menerangkan bahwa pengikut-pengikut Rasul, dalam konteks ini adalah Ummat Islam, menjadikan agama mereka terpecah-belah dengan saling memotong urusan satu dengan yang lainnya.
Kemudian Abu Fatih mencontohkan sebuah peristiwa saat Ustadz Abu Bakar Ba'asyir fakkallohu asroh kedatangan seorang Ustadz muda yang cemerlang keilmuannya. Hal ini berdasar ungkapan ustadz Abu sendiri yang disampaikan kepada Abu Fatih seusai pertemuan beliau dengan ustadz muda tersebut.
Ustadz muda itu walau datang bersama sesama aktivis dakwah lainnya, namun secara sopan menyampaikan teguran kepada ustadz Abu hanya 4 (empat) mata dan hanya disaksikan pembantu dekat ustadz muda tersebut.
Ustadz muda itu menanyakan alasan ustadz Abu dalam Surat Kepada Penguasa yang ditulisnya, masih menggunakan kata 'Saudara' dan mengawali suratnya dengan salam syar'i yang dipakai dalam Islam. Waktu itu (tahun 2008) yang menjadi Presiden RI adalah Susilo Bambang Yudhoyono. Terjadilah diskusi hangat di ruang tamu kediaman ustadz Abu.
Terlihat dari kejadian itu, ustadz Abu yang sudah sepuh dan 'senior' dalam perjuangan Islam di negri ini mau menerima kritik atau nasehat dari seorang ustadz yang relatif masih muda. Tidak ada emosi atau kemudian saling mencela di belakang jika kalah hujjah dalam forum, bahkan ustadz Abu memuji ustadz muda tersebut tentang hafalan sang ustadz muda akan dalil-dalil syar'i dan aqwal (perkataan-perkataan) Ulama.
"Hal itu bisa terjadi karena aqidah yang diyakini dan diperjuangkan Ustadz Abu dengan ustadz muda itu adalah sama, yakni aqidah Islamiyah yang berporos Al Qur-an dan As Sunnah yang sesuai dengan pemahaman Salafus Sholeh," jelas Abu Fatih.
Sedangkan apa yang terjadi sekarang ini, tambah Abu Fatih, hubungan yang dibangun antar tokoh-tokoh Islam lebih kepada kepentingan parsial dan jangka pendek saja. Kebanyakan mereka tidak lagi melihat problematika, dinamika dan solusi keummatan berdasar kacamata yang fundamental Islami karena takut dituduh radikal.
"Sehingga kebanyakan kita seolah lupa bahwa ada yang lebih berkuasa dari penguasa Indonesia dan Amerika sebagai lokomotif kekufuran dunia, yakni Alloh Azza wa Jalla yang telah menciptakan dunia seisinya ini." katanya.
Kecuali yang dirahmati Alloh, kebanyakan tokoh muslim di banyak negri seperti di Indonesia akhirnya banyak tidak konsisten dengan ilmu dan ucapannya sendiri saat mengajari ummat tentang kebenaran dan ketinggian Islam. Mereka bermain mata dan datang ke istana-istana penguasa kemudian membenarkan apa saja yang di'dawuh'kan sang penguasa.
Tidak sedikit, bahkan, dianatara para tokoh muslim itu malah menjadi figur atau lembaga pembenaran (lembaga stempel, red.) bagi setiap kebijakan dan langkah-langkah tindakan penguasa sekalipun mengkhianati Diinul Islam itu sendiri. Begitu tandas Abu Fatih. Wallohu Ta'ala A'lamu bis Showwab. (AF/Voa-Islam.com)
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!