Ahad, 14 Jumadil Awwal 1446 H / 15 April 2012 20:16 wib
6.415 views
Mesir Melarang Tokoh-Tokoh Islam Ikut Pemilihan Presiden
Mesir memasuki krisis politik yang paling hebat, sesudah Komisi Pemilihan Presiden membatalkan tokoh-tokoh Islam, seperti Khairat al-Shater calon presiden dari Ikhwan, dan Sheikh Hazem Abu Ismail. Komisi Pemilihan membatalkan calon presiden Jenderal Omar Sulaiman, yang mendapatkan dukungan militer (SCAF).
Keputusan yang sangat dramatis diambil oleh Komisi Pemilihan Presiden pada hari Sabtu, lalu. Pembatalan terhadap calon presiden al-Khairat dan Sheikh Hazem Abu Ismail, membuyarkan seluruh harapan para aktivis Gerakan Islam di Mesir, yang menginginkan perubahan. Revolusi di Tahrir Square menjadi sia-sia, bersamaan keputusan Komisi Pemilihan Presiden.
Keputusan Komisi Pemilihan Presiden ini diambil sesudah Parlemen Mesir mengeluarkan keputusan yang melarang para mantan pejabat di masa pemerintahan Hosni Mubarak. Ini tindakan para kaki tangan Mubarak, yang masih kuat bercokol di jajaran pemerintahan Mesir, termasuk yang sekarang masih berkuasa, ylaitu militer (SCAF). Mereka tidak menginginkan Mesir, jatuh ke tangan kaum Islamis.
Pemilihan presiden merupakan klimaks dari transisi politik ke pemerintahan sipil yang dipimpin oleh dewan militer (SCAF) yang berkuasa dari Mubarak pada 11 Februari 2011. Pembatalan para tokoh Islaml yang akan tampil dalam pemilihan presiden mendatang, ini sama dengan sama sekali tidak membeikan pelulang kepada kaum Islamis. Seperti yang dikaktakan oleh Jenderal Omar Sulaiman, yang mengatakan pencalonannya dalam rangka mencegah Mesir tidak jatuh ke tangan kaum Islamis.
Farouk Sultan, kepala komisi pemilihan presiden, mengatakan kepada Reuters total 10 dari 23 calon telah dibatalkan dari pencalonan. Mereka memiliki 48 jam mengajukan banding.
Sheikh Hazem Salah Abu Ismail, calon dari Salafi, didiskualifikasi karena ibunya memegang kewarganegaraan AS, ungkap kantor berita pemerintah, pengacara Abu Ismail, Nizar Ghorab, kepada Reuters ia mengharapkan "krisis besar" dalam beberapa jam ke depan dapat teratasi.
Calon Ikhwanul Muslim Khairat al-Shater juga didiskualifikasi, ujar juru bicara Ikhwan. Ini langkah yang sangat merusak upaya-upaya perubahan damai yang dilakukan para aktivis Islam, yang ingin membangun kehidupan politik yang baru, yang tidak lagi penuh dengan kekerasan dan manipulatif.
Pembatalan dua kandidat teratas yang memiloiki peluang memimpin Mesir sebagai sebuah langkah yang memang sebagai jalan yang sangat membahayakan masa depan Mesir, yang akan jatuh ke dalam kubangan konflik. Ini merupakan kerjasama antara kekukatan-kekuatan yang tidak menginginkan Mesir dipimpin oleh tokoh dari kalangan Islamis.
Jumat, para pendukung Salafi mengepung markas besar komisi pemilihan, memaksanya mengevakuasi para anggota keluar dari kantor yang sudah terkepung. Di luar kantor komisi pemilihan, ribuan pasukan militer disiagakan
"Komite presiden telah melanggar semua aturan hukum," kata Abu Ismail dalam sambutannya yang dipublikasikan di halaman Facebook. "Jika keputusan resmi untuk melanggar konstitusi, mereka harus dapat menghadapi konsekuensi," katanya.
Pengikut Abu Ismail telah tumpah di jalan-jalan melakukan protes memperingatkan terhadap setiap langkah yang mendiskualifikasi Abu Ismail. Dia menyangkal ibunya pernah diadakan kewarganegaraan ganda.
Ikhwanul, didirikan pada tahun 1928, telah pindah ke jantung kehidupan publik sejak Mubarak digulingkan. Mengantisipasi diskualifikasi Shater itu, Ikhwan telah dinominasikan Mohamed Mursi, kepala partai politik, sebagai calon cadangan.
"Kami tidak akan menyerahkan hak kami untuk memasuki pemilihan presiden," kata Murad Muhammad Ali, manajer kampanye Shater itu. "Ada upaya oleh rezim Mubarak membajak tahap terakhir dari masa transisi dan membangun kembali sistem pemerintahan lama."
Khairat al-Shater menggambarkan menit-menit terakhir keputusan Suleiman untuk mencalonkan dirinya sebagai kandidat dalam pemilihan presiden sebagai penghinaan terhadap orang Mesir yang bangkit melawan Mubarak.Nampaknya, Mesir akan memasuki babak baru yang sangat gelap, akibat kekkuatan yang pro rezim Mubarak bangkit kembali, terutama dari kalangan militer (SCAF). (af)
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!