Senin, 13 Jumadil Awwal 1446 H / 1 Oktober 2012 11:37 wib
6.778 views
Adnin Armas: Peradaban Islam Tidak Dihasikan dari Generasi Karbitan
JAKARTA (VoA-Islam) - Untuk melahirkan generasi baru Islam seperti di masa keemasan Islam terdahulu, harus dimulai dari usia dini, tidak karbitan. Itulah sebabnya harus dimulai dari SD. Jika upaya ini dilakukan secara berkesinambingan, maka generasi Islam yang diharapkan akan terbentuk.
Ha itu dikatakan Pemimpin Redaksi Majalah Gontor Adnin Armas yang juga Direktur INSIST kepada Voa-Islam di Jakarta, belum lama ini.
Sejarah mencatat, di zaman keemasan Islam banyak lahir ilmuwan yang juga mumpuni di bidang agama Islam. Temuan-temuan mereka menjadi inspirasi pembangunan ilmu pengetahuan saat ini.
Di bidang matematika, misalnya para pakar matematika Muslim telah memberi kontribusi nyata dalam menemukan berbagai macam teori seperti sistem bilangan decimal dan sistem operasi matematika. Mereka antara lain, al-Khawarizmi, al KIndi, al Karaji, al-Battani, al-Biruni, dan Umar Khayyam. Mereka mengenalkan angka-angka dan lambang bilangan, termasuk angka nol (zero), bilangan phu, algoritma, fungsi sinus, cosines, tangen, dan lain-lain,
Di bidang kimian, ada nama Jabir Ibnu Hayyan, al-Burini, Ibnu Sina, ar-Razi, dan al-Majriti. Di bidang biologi ada al-Jahiz, ytar, al-Qazwii al-Damiri, Abu Zakariya Yahya, Abdullah bin Ahmad bin al-Baytar, dan al-Mashudi dan al-Mashudi.
Al-Jahiz adalah pencetus pertam teori evolusi. Sedangkan di bidang fisika ada al-Haitham, Ibnu Bajjah, al-Farisi, dan Fakhruddin ar-Razi. Selain jago fisika, ia juga jagi matematika, astronomoi, dan ahli kedokteran. Ia adalah ulama yang intelek.
“Namun, sayang nama-nama penemu itu tidak banyak disebutkan dalam buku-buku pelajaran di sekolah, maupun di perguruan tinggi. Pelajar dan mahasiswa lebih mengenal ilmuwan Barat dibanding ilmuwan Muslim,” ujar Adnin.
Menurut Adnin, Islam itu tidak hanya sebatas soal fiqih dan ritual. Islam juga tidak terpisahkan dari ilmu-ilmu seperti matemika, fisika, astronomi, dan sebagainya. Meski hukumnya fardhu kifayah untuk mempelajari ilmu-ilmu itu, tapi harus ada orang Islam yang menguasai ilmu tersebut.
“Sejujurnya, sangat kurang sekali kita mengeksplor karya-karya ulama dan ilmuwan Islam terdahulu yang boleh dibilang masih terpendam. Kalaubidang tafsir sudah banyak, tapi bidang nalar masih kurang. Setidaknya, anak-anak generasi Islam dapat mengenal tokoh-tokoh dan karyanya. Inilah upaya kita menghidupka tradisi ulama yang intelek,” kata Adnin.
Dikatakan, matematika adalah salah satu parameter kecerdasan, dan ilmu dasar bagi pembuka dari kecerdasan yang lain, Emotional dan Spiritual.
Belajar matematika, fisika sebetulnya bisa menimbulkan ketakwaan seseorang. Karena itu, agar anak-anak menyenangi matematika, sebaiknya beri guru yang baik dan menyenangkan, sehingga matematika tak lagi menjadi momok buat anak-anak seolah adalah pelajaran yang sangat sulit. “Selama mengajar, saya tidak bilang yuk belajar matematika, tapi katakan yuk kita bermain. Sehingga anak-anak pun merasa senang,” ujar Adnin yang juga aktif di MIUMI. (Desastian)
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!