Selasa, 16 Jumadil Akhir 1446 H / 17 Desember 2024 21:30 wib
206 views
Dzikrullah Palingkan dari Perkataan Kotor
Oleh: Badrul Tamam
Al-Hamdulillah, segala puji milik Allah, Rabb semesta alam. Shalawat dan salam atas Rasulullah –Shallallahu 'Alaihi Wasallam-, keluarga dan para sahabatnya.
Lidah, seperti yang telah sering kita dengar, sangat berbahaya dan banyak dampak buruknya. Bahkan disebutkan salah satu kunci keselamatan seseorang terletak kesanggupannya menjaga lisan. Tersebut dalam ungkapan hikmah,
سَلَامَةُ الإِنْسَانِ فِي حِفْظِ اللِّسَانِ
“Keselamatan seseorang terletak pada penjagaan lisan.”
Selaras dengan ini, Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda kepada Mu’adz bin Jabal setelah menyuruhnya untuk menjaga lisannya,
ثَكِلَتْكَ أُمُّكَ يَا مُعَاذُ وَهَلْ يَكُبُّ النَّاسَ في النَّار عَلَى وُجُوهِهِمْ أَو عَلَى مَنَاخِرهِمْ إِلاَّ حَصَائِدُ أَلْسِنَتِهمْ
“Celaka kamu ini, justru kebanyakan orang dijerumuskan ke neraka di atas wajah atau hidung mereka akibat dari ucapan lisan mereka.” (Al-Tirmidzi)
Oleh sebab itu, Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam berani menjamin kepada seseorang yang bisa benar-benar menjaga ucapan lisannya,
مَنْ يَضْمَنْ لِي مَا بَيْنَ لَحْيَيْهِ وَمَا بَيْنَ رِجْلَيْهِ أَضْمَنْ لَهُ الجَنَّةَ
“Barangsiapa yang dapat menjamin bagiku sesuatu yang berada di antara jenggotnya (yaitu mulut, pen.) dan di antara kedua kakinya (yaitu kemaluan, pen.), maka aku akan menjamin baginya surga.” (HR. Al-Bukhari)
Dalam riwayat al-Tirmidzi disebutkan dengan lafadz,
مَنْ وَقَاهُ اللَّهُ شَرَّ مَا بَيْنَ لَحْيَيْهِ، وَشَرَّ مَا بَيْنَ رِجْلَيْهِ دَخَلَ الجَنَّةَ
“Barangsiapa yang Allah jaga dari kejahatan sesuatu yang ada di antara kedua jambangnya (yaitu lisan, pen.) dan kejahatan apa yang ada di antara kedua kakinya (yaitu kemaluan, pen.), maka dia masuk surga.” (HR. Al-Tirmidzi dan dinilai hasan shahih oleh Al-Albani)
Karenanya, penting sekali kita mengendalikan lisan ini agar tidak berkata yang buruk, kotor, jorok, menyakiti hati orang, dan perkataan dosa lainnya. Kemudian menyibukkannya dengan kebaikan sehingga terbiasa mengeluarkan kalimat-kalimat thayyibah (yang baik); yaitu dengan membiasakan lisan untuk berdzikikir.
Ibnul Qayyim rahimahullah dalam al-Waabil menyebutkan salah satu faidah dzikrullah akan memalingkan dari perkataan yang buruk –di urutan ke 72-.
أن في الاشتغال بالذكر اشتغالًا عن الكلام الباطل من الغيبة، والنميمة، واللغو، ومدح الناس، وذَمِّهم، وغير ذلك
“Sesungguhnya sibuk berdzikir akan memalingkan dari pembicaraan yang batil seperti ghibah, namimah, perkataan sia-sia, memuji dan mencela orang lain dan selain itu.”
Alasan beliau untuk menyibukkan lisan dengan dzikrullah, “karena lisan ini tidak bisa diam; entah dia menjadi lisan yang berdzikir atau lisan yang lalai; mau tidak mau menjadi salah satunya.”
Sebagaimana nafsu, jika tidak engkau sibukkan dengan kebenaran maka ia akan menyibukkan dirimu dengan kebatilan. Ini seperti hati, jika tidak diisi dengan mahabbatullah (kecintaan kepada Allah) maka pasti akan diisi oleh kecintaan kepada makhluk. Demikian pula lisan, jika tidak engkau sibukkan dengan dzikrullah maka lisan itu akan menyibukkan dirimu dengan perkataan sia-sia. Itu pasti merugikanmu. Maka pilihlah salah satu dari dua langkah ini dan dudukkan ia di salah satu dari dua kedudukan ini. Wallahu a’lam. [PurWD/voa-islam.com]
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!