Senin, 21 Jumadil Awwal 1446 H / 7 Juni 2021 22:32 wib
23.096 views
Mau Masuk Surga? Bersihkan Hati Terhadap Kaum Muslimin
Oleh: Badrul Tamam
Al-Hamdulillah, segala puji milik Allah, Rabb semesta alam. Shalawat dan salam atas Rasulillah –Shallallahu 'Alaihi Wasallam-, keluarga dan para sahabatnya.
Memperbaiki hati adalah urusan paling penting bagi orang yang berjalan menuju Allah. Hati menentukan baik dan buruknya ucapan serta perbuatan. Peran hati terhadap anggota tubuh laksanan raja terhadap prajuritnya. Seluruh anggota tubuh bekerja atas perintah hati. Semua tunduk kepadanya. Karena perintah hatilah, adanya istiqomah dan penyimpangan. Begitu pula semangat untuk beribadah dan bekerja. Sehingga keselamatan dan kebahagiaan seseorang ditentukan kondisi hatinya.
Dari Al-Nu’man bin Basyir Radhiyallahu 'Anhu, Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda,
أَلاَ وَإِنَّ فِى الْجَسَدِ مُضْغَةً إِذَا صَلَحَتْ صَلَحَ الْجَسَدُ كُلُّهُ ، وَإِذَا فَسَدَتْ فَسَدَ الْجَسَدُ كُلُّهُ . أَلاَ وَهِىَ الْقَلْبُ
“Ingatlah bahwa di dalam jasad itu ada segumpal daging. Jika ia baik, maka baik pula seluruh jasad. Jika ia rusak, maka rusak pula seluruh jasad. Ketahuilah bahwa ia adalah hati.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Di akhirat kelak, tidak ada orang yang akan selamat dari siksa neraka dan beruntung dengan surga kecuali yang datang kepada Allah membawa Qalbun Salim. Yaitu hati yang bersih dengan iman, tauhid, dan ketaatan. Bersih pula dari kesyirikan, kekufuran, dan penyimpangan.
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman,
وَلَا تُخْزِنِي يَوْمَ يُبْعَثُونَ يَوْمَ لَا يَنفَعُ مَالٌ وَلَا بَنُونَ إِلَّا مَنْ أَتَى اللَّهَ بِقَلْبٍ سَلِيمٍ
“Dan janganlah Engkau hinakan aku pada hari mereka dibangkitkan. (Yaitu) di hari harta dan anak-anak laki-laki tidak berguna. Kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih.” (QS. Al-Syu’ara: 87-89)
Kebersihan hati untuk Allah adalah pokok utama. Kemudian bersih hati terhadap hamba-hamba Allah yang mengabdi kepada-Nya dari kalangan muslimin ikut kepadanya. Artinya, hatinya selamat terhadap kaum muslimin. Senantiasa menginginkan kebaikan untuk mereka dan senang dengan anugerah yang mereka peroleh. Bersedih dengan penderitaan kaum muslimin dan berusaha mengindarkan mereka darinya.
Dari Anas bin Malik Radhiyallahu 'Anhu, dari Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda,
لَا يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى يُحِبَّ لِأَخِيهِ مَا يُحِبُّ لِنَفْسِهِ
"Tidak sempurna keimanan seseorang dari kalian, sebelum ia mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri." (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
Karenanya, siapa yang menghendaki kebahagiaan hidup yang sesungguhnya, di dunia dan nanti sempurna di akhirat, hendaknya ia tidak menggunjing kaum muslimin dan tidak merusak kehormatan mereka, tidak iri dan dengki dengan nikmat yang mereka dapatkan, dan tidak menginginkan keburukan menimpa mereka. Ia selalu berusaha memberikan kebaikan kepada mereka, menghindarkan diri dari menyakiti mereka, dan menghindarkan mereka dari semua keburukan. Lisannya tidak pelit meminta ampunan dan mendoakan kebaikan bagi mereka kepada Allah Subahanahu wa Ta'ala.
[Baca: Doakan Kebaikan untuk Suadaramu Tanpa Sepengetahuannya]
Dari Anas bin Malik Radhiyallahu 'Anhu, ia berkata: kami pernah duduk bermajelis bersama Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam, tiba-tiba beliau bersabda, “Akan datang seorang laki-laki ‘calon’ penghuni surga.”
Kemudian datang seoang laki-laki dari kalangan Anshar yang basah jenggotnya dengan air wudhu’nya dan kedua sandalnya tertenteng di tangan kirinya.
Keesokan harinya, Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda yang serupa. Lalu datang lagi laki-laki itu. Di hari ketiga, Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda serupa. Kembali, laki-laki tadi muncul seperti kedatangannya yang pertama.
Ketika Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam selesai dari majelisnya dan berdiri meninggalkan tempat, Abdullah bin ‘Amru bin al-‘Ash mengikutinya sampai ke rumahnya. Ia menyampaikan keinginannya untuk menginap di rumah laki-laki tadi selama tiga hari. Alasannya, ia sedang cekcok dengan bapaknya dan bersumpah tidak kembali ke rumah selama tiga hari.
Laki-laki tadi mempersilahkan Abdullah bin Amru bin al-‘Ash untuk menginap di rumahnya.
Selama menginap tiga malam di rumah laki-laki tadi, Abdullah bin ‘Amru tidak melihat ia bangun shalat malam, selain saat ia terbangun dan merubah posisinya ia berdzikir dan bertakbir sehingga ia bangun untuk shalat Shubuh.
Abdullah menambahkan, “Hanya saja aku tidak pernah mendengar ia berucap kecuali kebaikan.”
Setelah berlalu tiga malam, hampir-hampir Abdullah meremehkan amalannya. “Aku berkata –tuturnya-, “Wahai Hamba Allah, sesungguhnya aku tidak punya masalah dengan bapakku, aku tidak sedang marah dan kabur darinya, akan tetapi aku mendengar Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda tiga kali, ‘sekarang hadir kepada kalian seorang laki-laki penghuni surga’, lalu kamu muncul di tiga kali itu, aku ingin menginap di rumahmu untuk melihat amalmu sehingga aku bisa meneladaninya. Aku tidak melihat engkau punya amal yang banyak. Lantas amal apa yang membuat dirimu bisa meraih apa yang disabdakan Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam itu?”
Ia menjawab, “tidak ada amalku kecuali apa yang engkau telah lihat, hanya saja aku tidak memiliki sifat curang dalam diriku terhadap kaum muslimin dan aku tidak dengki kepada seseorang atas apa yang Allah berikan kepadanya.” Kemudian Abdullah berkata, “inilah amal yang mampu kamu kerjakan yang kami tak sanggup mengerjakannya.” (HR. Ahmad dan selainnya)
Penutup
Subhanallah, amal yang bisa menyampaikan seseorang kepada surga bukan semata amal ibadah ritual, tapi juga amal yang berkaitan dengan sesama atau ibadah sosial. Jaga hati terhadap kaum muslimin maka Allah akan merahmati kita dengannya. Wallahu A’lam. [PurWD/voa-islam.com]
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!