Kamis, 21 Jumadil Awwal 1446 H / 19 Oktober 2017 19:02 wib
14.008 views
Berbuat Jahat Dengan Dalih Nasihat
Oleh: Badrul Tamam
Al-Hamdulillah, segala puji milik Allah, Rabb semesta alam. Shalawat dan salam atas Rasulillah –Shallallahu 'Alaihi Wasallam-, keluarga dan para sahabatnya.
Nasihat adalah salah satu pilar penting ajaran Islam. Dengannya, seseorang mendapat keberuntungan dan terselamatkan dari kerugian.
Allah Subahanahu wa Ta'ala berfirman,
إِلَّا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ
“Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasihat menasihati supaya menaati kebenaran dan nasihat menasihati supaya menetapi kesabaran.” (QS. Al-‘Ashr: 3)
Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam juga bersabda,
إن الدينَ النصيحةُ ، إن الدينَ النصيحةُ ، إن الدينَ النصيحةُ . قالوا : لمَن يا رسولَ اللهِ ؟ قال : للهِ ، وكتابِه ، ورسولِه ، وأئمةِ المؤمنين وعامَّتِهم ، وأئمةِ المسلمين وعامَّتِهم
“Sesungguhnya agama itu nasihat, sesungguhnya agama itu nasihat, sesungguhnya agama itu nasihat. Para sahabat bertanya: ‘untuk siapa, wahai Rasulullah?’ Beliau menjawab: ‘Untuk Allah, Kitab-Nya, Rasul-Nya, Imam kaum Muslimin atau Mukminin, dan bagi kaum Muslimin pada umumnya’.” (HR. Abu Dawud dan dishahihka Syaikh Al-Albani di Shahih Abi Dawud, no. 4944)
Ketika memberi nasihat, ‘dipastikan’ berdampak baik untuk orang yang dinasihati. Yakni dengan memilih metode dan sarana terbaik untuk menyampaikan nasihat kepadanya. Di antaranya, memberi nasihat dengan cara lembut dan tidak dihadapan khalayak.
Allah Subahanahu wa Ta'ala berfirman,
اُدْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ وَجَادِلْهُمْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ إِنَّ رَبَّكَ هُوَ أَعْلَمُ بِمَنْ ضَلَّ عَنْ سَبِيلِهِ وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِينَ
"Serulah (manusia) kepada jalan Rabbmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Rabbmu, Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.” (QS. Al-Nahl: 125)
Berikan nasihat dengan sembunyi-sembunyi, jangan diumbar depan publik atau dipublish di media sosial. Jangan ada kesengajaan untuk menyakiti perasaannya dan menjatuhkan harga dirinya.
Berkata Ibnu Rajab rahimahullah,
وكان السلف إذا أرادوا نصيحة أحدٍ وعظوه سرًّا، حتى قال بعضهم:من وعظ أخاه فيما بينه وبينه فهي نصيحة، ومن وعظه على رؤوس الناس فإنما وبَّخه
"Dahulu para salaf jika hendak memberikan nasehat kepada seseorang, maka merekapun menasehatinya secara rahasia. Sampai-sampai sebagian mereka mengatakan; "Barangsiapa yang menasehati saudaranya berduaan saja maka itulah nasehat. Dan barangsiapa yang menasehatinya di hadapan orang banyak, maka tiada lain dia telah mempermalukannya”.” (Jamiul 'Ulum wal Hikam: Ibnu Rajab 77)
Al-Fudhail bin 'Iyadh mengatakan,
المؤمن يستر وينصح، والفاجر يهتك ويعيِّر
"Seorang mukmin akan menutupi aib saudaranya dan menasihatinya. Adapun orang yang jahat akan membongkar aibnya dan mempermalukannya."
Ya, seseorang yang memberi nasihat kepada saudaranya di hadapan khalayak ramai sehingga kesalahannya diketahui banyak orang, sesungguhnya sedang berbuat jahat kepada saudaranya. Ia sedang mempermalukan saudaranya di hadapan umum. Dan nasihat semacam ini sangat sulit diterima jiwa. Lihatlah perkataan Imam Al-Syafi’i rahimahullah,
تغمدني بنصحك في انفرادي *** وجنبني النصيحة في الجماعة
“Sampaikan nasihatmu kepadaku secara pribadi *** jangan nasihati aku di depan khalayak.”
فإن النصح بين الناس نوعٌ *** من التوبيخ لا أرضى استماعه
“Karena nasihat yang disampaikan di depan orang banyak adalah bentuk *** menjelekkanku, aku tidak ridha mendengar seperti itu.”
Ada pendapat mengatakan bahwa nasihat itu berat. Jangan jadikan semakin berat dengan cara kasar. Maka ringankan dengan penyampaian yang lembut.
Selain itu, tidak boleh menutupi kesalahan saudara yang dinasihati. Beri tahu kepadanya tentang kesalahan dan aibnya. Jangan tutup-tutupi sehingga ia tak sadar dengan kesalahan tersebut.
Semoga dengan nasihat yang baik saudara kita menjadi lurus dan benar. Kita bahagia dengan kembalinya ia kepada kebenaran. Sebagaimana kita suka kepada kebenaran itu untuk diri kita. Wallahu A’lam. [PurWD/voa-islam.com]
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!