IHATEC Dukung Kesiapan Penguatan Jaminan Produk HalalSabtu, 02 Nov 2024 08:30 |
Allah memberikan hidayah kepada Ahlus Sunnah wal Jama'ah untuk berkata yang baik, karenanya mereka bersikap pertengahan antara mengingkari takdir dan melampaui batas dalam menetapkannya.
Ahlus Sunnah mengakui takdir dengan empat tingkatannya: ilmu, kitabah (penulisan), masyi-ah (kehendak/keinginan), dan khalqu (penciptaan).
Mereka membedakan antara Iradah Kauniyah yang disebut masyi-ah (keinginan) dengan Iradah Syar'iyah yaitu taklif (beban hukum syari'at) yang di antara tuntutannya adalah kecintaan. Mereka berkata, "terkadang terjadi dalam kekuasaan Allah sesuatu yang tidak diinginkan oleh-Nya secara syar'i dan tidak diridlai-Nya, seperti kufur, syirik, dan seluruh bentuk dosa; namun sesuatu yang tidak diinginkan-Nya secara kauni tidak akan pernah terjadi."
Allah Ta'ala berfirman,
وَالَّذِينَ كَذَّبُوا بِآَيَاتِنَا صُمٌّ وَبُكْمٌ فِي الظُّلُمَاتِ مَنْ يَشَأِ اللَّهُ يُضْلِلْهُ وَمَنْ يَشَأْ يَجْعَلْهُ عَلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ
"Dan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami adalah pekak, bisu dan berada dalam gelap gulita. Barang siapa yang dikehendaki Allah (kesesatannya), niscaya disesatkan-Nya. Dan barangsiapa yang dikehendaki Allah (untuk diberi-Nya petunjuk), niscaya Dia menjadikannya berada di atas jalan yang lurus." (QS. Al An'am: 39)
فَمَنْ يُرِدِ اللَّهُ أَنْ يَهدِيَهُ يَشْرَحْ صَدْرَهُ لِلْإِسْلَامِ وَمَنْ يُرِدْ أَنْ يُضِلَّهُ يَجْعَلْ صَدْرَهُ ضَيِّقًا حَرَجًا كَأَنَّمَا يَصَّعَّدُ فِي السَّمَاءِ
"Barang siapa yang Allah menghendaki akan memberikan hidayah kepadanya, niscaya Dia melapangkan dadanya untuk (memeluk agama) Islam. Dan barang siapa yang dikehendaki Allah kesesatannya, niscaya Allah menjadikan dadanya sesak lagi sempit, seolah-olah ia sedang mendaki ke langit." (QS. Al An'am: 125) petunjuk dan hidayah berada di tangan Allah semata, tetapi kehendak-Nya untuk menyesatkan tidak berarti Dia meridlai dan mencintainya.
Petunjuk dan hidayah berada di tangan Allah semata, tetapi kehendak-Nya untuk menyesatkan tidak berarti Dia meridlai dan mencintainya.
Allah Ta'ala berfirman,
إِنْ تَكْفُرُوا فَإِنَّ اللَّهَ غَنِيٌّ عَنْكُمْ وَلَا يَرْضَى لِعِبَادِهِ الْكُفْرَ وَإِنْ تَشْكُرُوا يَرْضَهُ لَكُمْ
"Jika kamu kafir, maka sesungguhnya Allah tidak memerlukan (iman) mu dan Dia tidak meridai kekafiran bagi hamba-Nya; dan jika kamu bersyukur, niscaya Dia meridai bagimu kesyukuranmu itu." (QS. Al Zumar: 7) Sungguh Allah tidak meridlai kekufuran terhadap hamba-hamba-Nya, walaupun terjadinya di alam ini juga karena iradah (kehendak)-Nya 'Azza wa Jalla.
Allah Ta'ala berfirman,
يَحْلِفُونَ لَكُمْ لِتَرْضَوْا عَنْهُمْ فَإِنْ تَرْضَوْا عَنْهُمْ فَإِنَّ اللَّهَ لَا يَرْضَى عَنِ الْقَوْمِ الْفَاسِقِينَ
"Mereka akan bersumpah kepadamu, agar kamu rida kepada mereka. Tetapi jika sekiranya kamu rida kepada mereka, maka sesungguhnya Allah tidak rida kepada orang-orang yang fasik itu." (QS. Al Taubah: 96). Sungguh Allah tidak ridla terhadap kaum fasikin, tetapi kefasikan yang mereka lakukan terjadi dengan iradah (kehendak)-Nya 'Azza wa Jalla.
Allah Ta'ala berfirman,
يَسْتَخْفُونَ مِنَ النَّاسِ وَلَا يَسْتَخْفُونَ مِنَ اللَّهِ وَهُوَ مَعَهُمْ إِذْ يُبَيِّتُونَ مَا لَا يَرْضَى مِنَ الْقَوْلِ
"Mereka bersembunyi dari manusia, tetapi mereka tidak bersembunyi dari Allah, padahal Allah beserta mereka, ketika pada suatu malam mereka menetapkan keputusan rahasia yang Allah tidak ridai." (QS. Al Nisa': 108) ini adalah kesepakatan tipudaya mereka yang tidak diridlai Allah, namun terjadi dengan iradah-Nya 'Azza wa Jalla walaupun Dia tidak meridlai dan mencintainya.
Ahlus Sunnah juga mengakui kehendak makhluk dan kemampuannya untuk berikhtiar (memilih dan berusaha), tetapi kehendak dan kemampuannya tersebut tidak bersifat mutlak. Tetapi kehendak dan kemampuan mereka berada di bawah kemampuan dan kehendak Allah 'Azza wa Jalla.
Sesungguhnya letak taklif (beban hukum syari'at) berada pada akal, kemampuan (qudrah), dan sampainya hujjah.
Allah Ta'ala berfirman,
وَتِلْكَ الْجَنَّةُ الَّتِي أُورِثْتُمُوهَا بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ
"Dan itulah surga yang diwariskan kepada kamu disebabkan amal-amal yang dahulu kamu kerjakan." (QS. Al Zukhruf: 72)
فَذُوقُوا بِمَا نَسِيتُمْ لِقَاءَ يَوْمِكُمْ هَذَا إِنَّا نَسِينَاكُمْ وَذُوقُوا عَذَابَ الْخُلْدِ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ
"Maka rasakanlah olehmu (siksa ini) disebabkan kamu melupakan akan pertemuan dengan harimu ini (Hari Kiamat); sesungguhnya Kami telah melupakan kamu (pula) dan rasakanlah siksa yang kekal, disebabkan apa yang selalu kamu kerjakan." (QS. Al Sajdah: 14)
Dua ayat di atas sangat jelas menerangkan bahwa amal hamba dan usahanya disandarkan kepadanya; dia punya kuasa melakukan perbuatannya dan dia memiliki kehendak yang karenanya akan diberi pahala atau disiksa.
. . .bahwa amal hamba dan usahanya disandarkan kepadanya; dia punya kuasa melakukan perbuatannya dan dia memiliki kehendak yang karenanya akan diberi pahala atau disiksa.
Allah Ta'ala berfirman,
وَمَا تَشَاءُونَ إِلَّا أَنْ يَشَاءَ اللَّهُ رَبُّ الْعَالَمِينَ
"Dan kamu tidak dapat menghendaki (menempuh jalan itu) kecuali apabila dikehendaki Allah, Tuhan semesta alam." (QS. Al Takwir: 29) Ayat ini sangat jelas menunjukkan bahwa kehendak hamba tidaklah mutlak, tetapi berada di bawah lingkup kehendak Allah 'Azza wa Jalla dan merupakan bagian dari qudrah-Nya.
Allah Ta'ala berfirman,
وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ يَحُولُ بَيْنَ الْمَرْءِ وَقَلْبِهِ
"Dan ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah membatasi antara manusia dan hatinya." (QS. Al Anfal: 24). Artinya seseorang tidak akan beriman dan kufur kecuali dengan izin-Nya. Oleh karenanya, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam sering berdoa,
اللَّهُمَّ مُصَرِّفَ الْقُلُوبِ صَرِّفْ قُلُوبَنَا عَلَى طَاعَتِكَ
"Ya Allah, Dzat yang mengarahkan hati, arahkanlah hati kami untuk taat kepada-Mu." (HR. Muslim)
Allah Ta'ala berfirman,
لَا يُكَلِّفُ اللَّهُ نَفْسًا إِلَّا وُسْعَهَا
"Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya." (QS. Al Baqarah: 286). Maksudnya adalah Allah tidak akan membebani seseorang melebihi kemampuannya. Ini bentuk kelembutan Allah terhadap makhluk-Nya, kasih sayang-Nya terhadap mereka, dan kebaikan-Nya untuk mereka. Karenanya, orang gila yang tidak berakal, orang jahil yang tidak berilmu, dan mukrah (orang yang dipaksa dan diancam) yang tidak punya pilihan, maka mereka itu tidak termasuk ahli taklif (yang terbebani hukum Syari'at).
Allah Ta'ala berfirman,
وَمَا كُنَّا مُعَذِّبِينَ حَتَّى نَبْعَثَ رَسُولًا
"Dan Kami tidak akan mengadzab sebelum Kami mengutus seorang rasul." (QS. Al Isra': 15) Ayat ini mengabarkan tentang keadilan Allah Ta'ala. Dia tidak akan mengadzab seseorang kecuali setelah ditegakkan hujjah (argumentasi) padanya, yaitu dengan mengutus seorang rasul kepadanya.
Allah Ta'ala berfirman,
وَأُوحِيَ إِلَيَّ هَذَا الْقُرْآَنُ لِأُنْذِرَكُمْ بِهِ وَمَنْ بَلَغ
"Dan Al Qur'an ini diwahyukan kepadaku supaya dengannya aku memberi peringatan kepadamu dan kepada orang-orang yang sampai Al Qur'an (kepadanya)." (QS. Al An'am: 19) Al Qur'an adalah sebagai pemberi peringatan kepada siapa yang Al Qur'an sampai padanya. Dan siapa yang Al Qur'an telah sampai padanya, maka seolah-olah dia telah melihat Nabi shallallahu 'alaihi wasallam.
Allah Ta'ala berfirman:
وَاللَّهُ أَخْرَجَكُمْ مِنْ بُطُونِ أُمَّهَاتِكُمْ لَا تَعْلَمُونَ شَيْئًا وَجَعَلَ لَكُمُ السَّمْعَ وَالْأَبْصَارَ وَالْأَفْئِدَةَ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ
"Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu pun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur." (QS. Al Nahl: 78) Allah telah membekali hamba-hamba-Nya dengan alat-alat untuk memahami perkataan dan membekali sarana-sarana untuk sampainya hujjah, yaitu telinga, penglihatan, dan mata hati.
Kemudian Allah menjelaskan bahwa manusia akan ditanya tentang sarana-sarana ini, bahwa taklif yang telah tertuju padanya sangat dipengaruhi dengan berfungsinya alat-alat tersebut padanya. Karenanya Allah berfirman,
إِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ أُولَئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْئُولًا
"Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya." (QS. Al Isra': 36) Kelak, Allah akan menanyakan pada mereka tentang semua itu ketika mereka dikembalikan kepada-Nya.
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, "telah diangkat pena (hukum syariat) dari tiga orang: Dari bayi sehingga dia baligh, dari orang yang tidur sehingga dia bangun, dan dari orang gila sehingga dia waras (berakal)." (HR. Abu Dawud, al Tirmidzi, al Hakim, dan dia menyahihkannya)
Jadi, ketiga golongan tersebut tidak termasuk orang mukallaf yang terbebani hukum, karena tidak terpenuhinya syarat taklif pada diri mereka.
(PurWD/voa-islam.com)
Bersambung . . . . Insya Allah
Tulisan Terkait:
* Kesalahan dalam Memahami Takdir
* Memahami Ungkapan ''Sudah Suratan Takdir''
* Gay dan Lesbi Bukan Takdir Tapi Penyimpangan
* Tengok Masa Lalu, Buka Lembar Baru
* Kebahagiaan Hidup Menurut Islam
FREE ONGKIR. Belanja Gamis syari dan jilbab terbaru via online tanpa khawatir ongkos kirim. Siap kirim seluruh Indonesia. Model kekinian, warna beragam. Adem dan nyaman dipakai.
http://beautysyari.id
Di sini tempatnya-kiosherbalku.com. Melayani grosir & eceran herbal dari berbagai produsen dengan >1.500 jenis produk yang kami distribusikan dengan diskon sd 60% Hub: 0857-1024-0471
http://www.kiosherbalku.com
Mau penghasilan tambahan? Yuk jadi reseller tas TBMR. Tanpa modal, bisa dikerjakan siapa saja dari rumah atau di waktu senggang. Daftar sekarang dan dapatkan diskon khusus reseller
http://www.tasbrandedmurahriri.com
Suplier dan Distributor Aneka Obat Herbal & Pengobatan Islami. Melayani Eceran & Grosir Minimal 350,000 dengan diskon s.d 60%.
Pembelian bisa campur produk >1.300 jenis produk.
http://www.anekaobatherbal.com