Jum'at, 3 Jumadil Awwal 1446 H / 5 Maret 2010 16:55 wib
13.012 views
Sadarlah Wahai Pencela Mu'awiyah !
الحمد لله رب العالمين، والصلاة والسلام على نبينا محمد وعلى آله وصحبه، أما بعد:
Allah Ta’alaa telah menetapkan dengan hikmahNya bahwa NabiNya yang mulia shallallahu alaihi wasallam memiliki shahabat-shahabat yang mulia, yang merupakan manusia terbaik setelah para Nabi, merekalah yang memikul risalah agama ini dan menyebarkannya keseluruh penjuru dunia, dan Allah mengkhususkan mereka untuk menjadi shahabat dan pendamping RasulNya shallallahu alaihi wasallam demi mengemban amanah dari Allah memperjuangkan kebenaran dan memenangkannya diatas kebatilan.
Namun terkadang terjadi diantara sebagian shahabat semoga Allah meridhoi mereka sedikit khilaf dalam perkara yang mereka ijtihadkan, sehingga setiap mereka menganggap dirinya diatas kebenaran, tetapi perselisihan mereka bukan karena dunia yang mereka kejar atau kekuasaan yang lain yang hendak direbut – sebagaimana sangkaan sebagian orang awam – tetapi sebab dari semua perselisihan ini adalah: memberikan hak bagi kebenaran, dimana setiap dari mereka melihat kebenaran ada padanya, maka semoga Allah meridhoi semuanya.
Yang sangat disayangkan sebagian berani melontarkan ucapan yang tidak pantas terhadap para shahabat pilihan, dan mencela mereka yang telah menemani Rasulullah shallalahu alaihi wasallam, yang telah disaksikan para pemimpin umat ini setelah Rasulnya dengan kebaikan dan keshalehan,.
Diantara para shahabat mulia yang mengalami hal ini adalah seorang shabat agung, khalifah kaum muslimin, raja serta komandan perang, yang telah memimpin kemenangan islam, orang yang cerdas dizamannya: yaitu Mu’awiyah bin Abi Sufyan radhiallahu anhu.
Siapakah beliau ?
Beliau adalah Mu’awiyah bin Abi Sufyan, dan nama Abu Sufyan: Shakr bin Harb bin Umayyah bin Abdu Syams, kuniyahnya Abu Abdur Rahman.
Aslam maula Umar berkata: telah datang kepada kami Mu’awiyah beliau adalah orang yang putih kulitnya dan paling tampan diantara mereka.
Beliau masuk islam bersama ayahnya, saudaranya Yazid, dan ibunya saat Fathu Makkah.
Keutamaan Mu’awiyah:
1- beliau salah satu juru tulis Rasulullah, diriwayatkan juga beliau termasuk penulis wahyu, namun masalah ini diperselisihkan, namun beliau biasa menulis surat-surat Nabi shallallahu alaihi wasallam kepada para pemimpin kabilah arab.
2- Beliau ikut dalam perang Hunain, dan beliau diberi seratus ekor unta, dan empat puluh uqiyah emas yang ditimbang oleh Bilal radhiallahu anhu.
3- Beliau ikut serta dalam perang Yamamah, sebagian ahli sejarah menukil bahwa Mu’awiyah termasuk yang andil membunuh Musailamah Al kadzab.
4- Selalu menyertai Rasulullah shallallahu alaihi wasallam dan meriwayatkan dari beliau banyakl hadits, baik dalam shahih Bukhari dan Muslim, maupun dalam kitab-kitab sunan atau musnad.
5- Sejumlah shahabat dan tabi’ien telah meriwayatkan darinya.
Pujian kepada Mu'awiyah:
Diantara pujian shahabat dan tabi’ien kepada beliau:
Telah berkata Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib radhiallahu anhu sekembalinya dari Shiffin: ( jangan kalian membenci kepemimpinan Mu’awiyah, demi Allah seandainya kalian kehilangannya seolah- olah aku melihat kepala-kepala yang hilang dari pundak-pundaknya)
Telah berkata Sa’ad bin Abi Waqqash radhiallahuanhu: (aku tidak melihat seorangpun setelah Utsman yang lebih benar dalam keputusannya dari pemilik pintu ini – yakni Mu’awiyah ).
Telah berkata Ibnu Abbas radhiallahu anhuma: ( aku tidak melihat seorangpun yang lebih berakhlak dalam kekuasaan dari Mu’awiyah, tidak menyempitkan atau membatasi).
Telah berkata Ibnu Umar radhiallahu anhu: (aku tahu bagaimana Mu’awiyah dapat mengalahkan manusia, apabila mereka terbang dia turun, apabila mereka turun dia terbang).
Diriwayatkan juga dari beliau berkata: ( aku tidak melihat seorangpun setelah Rasulullah shallallahu alaihi wasallam yang lebih berkuasa dari Mu’awiyah) lalu beliau ditanya: tidak juga Abu Bakar dan Umar? Maka beliau menjawab: ( Abu Bakar dan Umar lebih baik darinya, aku tidak melihat setelah Rasulullah yang lebih berkuasa darinya).
Telah berkata Ka’ab bin malik radhiallahu anhu: ( tidak akan berkuasa seorangpun dari umat ini seperti Mu’awiyah).
Telah berkata Qabishah bin jabir: ( aku menyertai Mu’awiyah, aku tidak melihat seorangpun yang berat keceerdasannya, dan lebih mengalahkan kejahilan, lebih jauh dari kelambatan darinya).
Hukum mencela shahabat:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم): لا تسبوا أصحابي، فوالذي نفسي بيده لو أنّ أحدكم أنفق مثل أُحد ذهباً، ما بلغ مدّ أحدهم ولا نصيفه ]( متفق عليه [
Rasulullah shallallahu alihi wasallam bersabda: ( janganlah kalian mencela shahabatku, demi yang jiwaku ditanganNya, seandainya salah seorang dari kalian meninfakkan emas sebesar gunung Uhud, tidak akan menyamai infakknya segenggam tangan mereka ataupun setengahnya) Muttafaqun ‘alaihi.
وقال رسول الله صلى الله عليه وسلم) : خير الناس قرني، ثم الذي يلونهم، ثم الذي يلونهم (رواه البخاري ومسلم.
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda: ( sebaik-baik kurun adalah kurunku, kemudian sesudahnya, kemudian sesudahnya ) HR Bukhari dan Muslim.
Jadi mereka semua mudah-mudahan Allah meridhoi mereka lebih baik dari Hawariyin para shahabat Isa, lebih baik dari para Nuqaba shahabat Musa, lebih baik dari orang-orang yang beriman kepada Hud, Nuh dan yang lainnya. Tidak ada diantara pengikut para nabi yang lebih baik shahabat Rasulullah. Dalilnya adalah kedua ayat diatas.
Syaikhul Islam rahimahullah pernah ditanya tentang orang yang melaknat Mua’wiyah, maka apa yang wajib atasnya?
Beliau menjawab: ( Alhamdulillah, barangsiapa yang melaknat salah satu shahabat Nabi seperti Mu’awiyah bin Abi Sufyan, dan Amru bin Ash dan semisalnya, atau yang lebih afdhal dari mereka: seperti Abu Musa Al-Asy’ari, dan Abu Hurairah dan semisalnya, atau yang lebih afdhal lagi: seperti Thalhah, Zubair, Utsman, Ali bin Abi Thalib, atau Abu Bakar Ash shiddiq dan Umar, atau ‘Aisyah Ummul Mukminin, dan selain mereka dari para shahabat maka mereka berhak mendapat hukuman yang berat menurut kesepakatan para ulama, namun mereka berselisih: apakah dihukum bunuh atau dibawahnya? Sebagaimana telah kami bentangkan dalam tema lain) [Majmu Fatawa:35].
Lalu mengapa sebagian orang bersikeras menjerumuskan diri kedalam permasalahan yang terjadi antara Ali dan Mu’awiyah radhiallahuanhuma, sedangkan kebanyakan ulama menasihati kita untuk tidak mencampuri fitnah seperti ini, karena sebagian mereka telah berijtihad untuk kebenaran bukan kepentingan dunia ataupun pribadi, namun untuk mengarahkan umat menuju yang benar. Inilah ketetapan para ulama ahlu sunah.
Mu’awiyah mengakui keutamaan Ali bin Abi Thalib radhiallahu anhu, bahwa beliau lebih baik darinya, Ibnu Asakir rahimahullah menyebutkan dalam Tarikh Dimasyq:
( Abu Muslim Al Khaulani datang bersama sebagian orang kepada Mu’awiyah dan berkata: anda berusaha merebut kekuasaan Ali atau anda seperti dia? Maka Mu’awiyah berkata: Tidak, demi Allah ! sungguh saya tahu bahwa Ali lebih afdhal dari saya, dan bahwa dia lebih berhak atas urusan ini dari saya, akan tetapi bukankah kalian tahu bahwa Utsman terbunuh secara terdholimi sedangkan aku anak pamannya? Aku hanya menuntut darah Utsman, maka datanglah kepadanya dan katakanlah: untuk menyerahkan para pembunuh Utsman kepadaku, alu aku serahkan urusannya kepadanya).
Secara logika dan riwayat, sepatutnya seorang muslim berpaling dari perselisihan ini, barangsiapa yang mendengar perselisihan yang terjadi dinatara mereka maka hendaklah dia mengikuti Imam Ahmad ketika ditanya tentang hal ini, dimana beliau berpaling. Lalu dikatakan kepadanya: Ya Abu Abdillah ! dia dari Bani Hasyim, lalu beliau kembali dan berkata: bacalah :
)تِلْكَ أُمَّةٌ قَدْ خَلَتْ لَهَا مَا كَسَبَتْ وَلَكُمْ مَّا كَسَبْتُمْ وَلاَ تُسْأَلُونَ عَمَّا كَانُوا يَعْمَلُونَ( ]البقرة:134]
Artinya: (Itulah umat yang telah lalu, baginya apa yang telah mereka usahakan, dan bagimu apa yang telah kamu usahakan. Dan kamu tidak akan diminta pertang jawaban atas apa yang mereka kerjakan) QS Al Baqarah: 134.
Inilah jawaban yang benar tentang fitnah ini, bukan menyalahkan yang ini, atau membenarkan yang ini.
Jadi Mu’awiyah adalah shahabat yang mulia, tidak boelh kita membicarakan yang buruk tentang beliau, beliau telah berijtihad, sepatutnya ketika seorang muslim menceritakannya untuk menyebutkan keutamaan-keutamaannya, bukan mencelanya.
Padahal Ibnu Abbas yang ikut mengalami peristiwa yang terjadi antara Mu’awiyah dan Ali, sehingga lebih berhak menentukan hukumnya, meskipun demikian, ketika beliau ditanya tentang Mu’awiyah beliau menjawab: ( anak laki dari Hindun, alangkah mulia nasabnya, alangkah mulia kedudukannya, demi Allah dia tidak pernah mencaci kami sedikitpun diatas mimbar, tidak juga dibawah mimbar,..).
Telah diriwayatkan dari Imam Ahmad berkata: ( jika engkau melihat seorang yang menceritakan keburukan pada salah satu shahabat Muhammad shallallahu alaihi wasallam, maka curigailah keislamannya ).
Ketika Ibnu Mubarak rahimahullah ditanya tentang Mu’awiyah: apakah dia lebih afdhal atau Umar bin Abdul Aziz ?beliau menjawab: ( sungguh debu yang ada di hidung Mu’awiyah ketika bersama Rasulullah lebih afdhal dari Umar bin Abdul Aziz).
Jadi Umar bin Abdul Aziz radhiallahu anhu, meskipun mulia kedudukannya, ilmunya, zuhudnya, keadilannya, tidak bisa disetarakan dengan Mu’awiyah, karena beliau shahabat nabi, sedangkan Umar tabi’ien.
Barangkali yang patut digaris bawahi disini adalah bahwa kebanyakan yang dikatakan mengenai Mu’awiyah tidak benar, barangkali karangan kaum Rafidhah yang sebabnya tidak lain adalah tidak mahu tunduk kepada Ali radhiallahu anhu.
Ibnu Jauzi berkata dalam kitabnya “ Al Maudhu’at”: ( sungguh telah fanatic sebagian kaum yang mengaku pengikut sunah mereka meletakkan hadits-hadits tentang keutamaan Mu’awiyah untuk membuat kaum Rafidhah marah, dan sebagian kaum dari Rafidhah juga meletakkan hadits-hadits yang mencelanya, kedua golongan tersebut dalam kesalahan yang fatal).
Wallahu A'lam Bishowab
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!