Rabu, 21 Jumadil Awwal 1446 H / 22 Juli 2009 12:00 wib
13.962 views
Fenomena Kesurupan
Meningkatnya jumlah anak remaja yang mengalami kesurupan massal di beberapa daerah perlu ditangkap sebagai warning bagi orangtua, sekolah, dan masyarakat. Apa sebetulnya yang terjadi? Kalau memang setan atau jin, lalu setan atau jin manakah yang harus bertanggung jawab?
Akhir-akhir ini, kita sering dikejutkan berita kesurupan yang dialami sejumlah pelajar di sekolah. Yang kerap kita dengar, kejadian itu menimpa pelajar SMP dan SMA. Mahasiswa perguruan tinggi dan kelompok karyawan juga ada, namun jarang yang sifatnya massal. Fenomena apakah ini? Saking “uniknya”, sampai-sampai seorang wartawan yang meliput kejadian itu ikut-ikutan pula kesurupan.
Menurut laporan media tahun 2007, dalam satu bulan, peristiwa kesurupan pernah terjadi di empat kota secara berurutan: Yogyakarta (6/3), Surabaya (20/3), Banjarmasin (20/3), dan Bogor (21/3). Bahkan, di tahun 2008 ini, tiga peristiwa kesurupan terjadi di hari yang sama (25/11) di tiga kota: Jambi, Banjarmasin dan Malang.
Di Jambi, kesurupan dialami puluhan siswi SMK Negeri 4 Jambi. Seorang guru juga ikut kesurupan. Tiga hari sebelumnya peristiwa yang sama juga terjadi di sekolah itu. Sementara di Banjarmasin, puluhan siswi SMA PGRI II kesurupan saat mengikuti pelajaran. Kesurupan di sekolah ini hampir setiap tahun terjadi.
Di Malang, kesurupan massal terjadi di SMP PGRI I Pakisaji. Kesurupan justru terjadi saat sekolah mengadakan ritual untuk mengusir roh jahat. Karena sekolah ini memang sudah langganan menjadi korban kesurupan massal.
Di Padang, menurut laporan Majalah Gatra (Edisi 51, 31 Oktober 2003) pernah terjadi kesurupan beruntun dan sepertinya terpola. Mula-mula, pada bulan Juli, kesurupan menimpa 10 santriwati Pondok Pesantren Khairul Ummah, Tunggul Hitam. Sebulan kemudian merambah ke Pesantren Tungkar, Luhak, Limapuluh Kota. Beberapa santriwatinya mengalami kejadian yang sama.
Lalu pada bulan September, giliran Madrasah Aliyah Negeri 2 Payakumbuh yang dihebohkan dengan kejadian serupa. Sedikitnya 11 siswi mengalami kesurupan dengan gejala yang mirip. Karena kejadian itu memiliki proses yang sama, menimpa pada pelajar yang satu model, yakni pesantren dan madrasah Aliyah, atau pelajar Islam, sampai-sampai ada isu yang mengaitkan kejadian itu dengan upaya pemurtadan oleh pemeluk agama tertentu terhadap pemeluk Islam. Beruntunglah isu itu tidak sampai menimbulkan kerusuhan massal.
Ragam Sebab Kesurupan
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, baik itu kesurupan atau kerasukan, keduanya punya arti sama, yaitu masuknya roh jahat, setan, jin, atau semisalnya, ke dalam tubuh manusia. Sama dengan possession. Menurut kamus Marriam Webster’s, possession adalah dominasi kekuatan lain dalam diri seseorang, seperti energi setan, roh, atau ide.
Ini bisa diartikan juga, suatu kondisi psikis seseorang yang kepribadian normalnya dikuasai/tergantikan oleh kekuatan lain.
Bagaimana dengan agama? Istilah kesurupan memang jauh dari pembahasan tema keagamaan yang ada selama ini. Tapi, kalau kita melihat sejumlah wasiat Nabi, baik yang terekam dalam sunnah ataupun hadis, banyak yang menyuruh kita untuk berdoa agar terlindung dari masuknya setan ke dalam tubuh kita. Setan di sini bisa dalam arti makhluk (material), atau bisa juga dalam arti energi negatif (marah, benci, kufur, stress, kosong, dst.).
Sekadar contoh, Nabi menyuruh kita membaca ta’awwud (”Aku berlindung dari godaan setan yang terkutuk”). Setiap masuk ke kamar mandi, kita diperintahkan membaca doa. Isinya, minta perlindungan kepada Allah dari setan laki-laki dan setan perempuan. Menurut Al-Ghazali, kamar mandi termasuk tempat favoritnya setan. Kita juga disuruh berpuasa karena dapat mempersempit aliran darah yang dipakai setan untuk masuk ke tubuh kita.
Sampai di sini bisa dikatakan, meski istilah kesurupan nyaris tidak terdefinisikan dalam agama, tapi adanya kejadian masuknya setan, entah setan materi ataupun energi, ke tubuh manusia sudah banyak penjelasannya. Termasuk di dalam Al-Quran, bahwa ”orang yang memakan riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan setan karena tekanan penyakit gila...” (QS. Al-Baqarah [2]: 275).
Penjelasan ini sebetulnya sama sekali tidak bertentangan dengan pandangan para psikolog atau psikiater soal kesurupan yang akhir-akhir ini marak di Indonesia. Kalau mencermati pandangan para pakar soal kesurupan massal, umumnya mereka itu tidak melihat adanya kejadian masuknya setan materi (makhluk) ke dalam tubuh manusia. Setan yang masuk atau yang muncul pada remaja yang mengalami kesurupan adalah setan dalam bentuk energi negatif yang gagal diolah menjadi energi positif.
Prof. Dr. Dadang Hawari, psikiater dari Universitas Indonesia, menjelaskan, kesurupan adalah reaksi kejiwaan yang dinamakan reaksi disosiasi atau reaksi yang mengakibatkan hilangnya kemampuan seseorang untuk menyadari realitas di sekitarnya, yang disebabkan oleh tekanan fisik maupun mental (berlebihan). Tetapi kalau kesurupannya massal, itu melibatkan sugesti. Reaksi disosiasi dapat terjadi secara perorangan atau bersama-sama, saling memengaruhi, dan tidak jarang menimbulkan histeria massal.
Sama juga dengan yang dikatakan oleh Prof. Dr. dr. H. Soewadi, MPH, Guru Besar Ilmu Kedokteran Jiwa Fakultas Kedokteran Universitas Gajah Mada. Dia yakin kesurupan bukan disebabkan oleh masuknya makhluk halus, seperti jin, kuntilanak, atau lainnya. Soewadi memandang tekanan sosial sebagai biang kesurupan. Kesurupan, menurut ahli jiwa ini adalah gejala gangguan jiwa pada seseorang yang diikuti orang lain dan mengakibatkan hilangnya kepribadian yang asli.
Menurut Sartono Mukadis, pakar Psikologi Universitas Indonesia, munculnya fenomena kesurupan jika dilihat dari sudut pandang psikologi disebabkan oleh faktor labilitas kepribadian. “Yang terkena pada umumnya orang-orang yang labil dan yang mencari pegangan. Anak badung sekali pun biasanya tidak ada yang kena,” kata Sartono, seperti dikutip di detik.com (25/3/2006).
Penjelasan soal kesurupan tidak bisa tunggal. Menurut psikolog Setiyo Purwanto, S. Psi, MSi, dalam psikologi fenomena kesurupan itu bisa dijelaskan dalam tiga hal: pertama, keadaan disosiasi, saat seseorang seakan terpisah dari dirinya; kedua, histeria, saat seseorang tidak dapat mengendalikan dirinya, dan ketiga, split personality, saat diri seseorang tampil dengan beragam perilaku yang dimunculkan oleh “pribadi” yang berbeda.
Sebagai umat yang beriman, tentu kita tak bisa mengingkari keberadaan setan di dunia ini. Setan itu ada, dan bahwa kesurupan itu memang terjadi karena ada setan yang masuk ke tubuh anak kita. Hanya, yang masih dalam perdebatan adalah, apakah yang masuk itu setan materi (makhluk sebangsa jin, gondoruwo, dst.) ataukah setan energi (berpikir negatif, mentalitas negatif, keyakinan lemah, amal sholeh sedikit, terlalu lelah, dst). Bisa salah satunya dan bisa dua-duanya atau juga bisa yang satu memengaruhi yang lain. Wallahualam.
**AN. Ubaedy dan Abdul Kohar-Majalah Edukasia
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!