Ahad, 22 Rabiul Akhir 1446 H / 22 Mei 2011 10:19 wib
2.729 views
Di Balik Wikileaks; Dari Al-Qur'an Emas Hingga Lokasi Bin Laden
WASHINGTON (Berita SuaraMedia) – Saat Pentagon berusaha memperbaiki keadaan akibat bocornya data intelijen perang Afghanistan, kini para pejabat senior pemerintah Obama beranggapan bahwa sudah waktunya memeriksa kualitas informasi yang dikirimkan ke pangkalan terpencil AS di negara tersebut. Dalam salah satu cerita yang masih diragukan kebenarannya, seorang sumber di Afghanistan membahas mengenai sebuah plot Taliban menggunakan sebuah "Al-Qur'an emas" yang dijadikan bom kendali jarak jauh untuk membunuh para pejabat senior.
Dalam cerita WikiLeaks lainnya pada Agustus 2006, Osama bin Laden konon secara pribadi bertemu dengan pemimpin Taliban yang bermata satu, Mullah Muhammad Omar di Pakistan guna merancang serangan bunuh diri di Afghanistan.
Philip Smucker, penulis buku "My Brother, My Enemy America and the Battle of Ideas across the Islamic World" menyataka bahwa sebagian bocoran Wikileaks tersebut mirip dengan kisah yang ia dengar saat meliput perang tersebut dalam sembilan tahun terakhir, khususnya perang di Tora Bora pada 2001. "Dalam perang itu, al Qaeda membayar sumber-sumber yang sama yang bekerja sama dengan kami," tulisnya.
"Saya masih mendapat pesan teks larut malam dari sejumlah warga Afghanistan yang sama jumpai bertahun-tahun lalu dan menawarkan informasi orang dalam terkait plot dan keberadaan Osama bin Laden. Sebagian dari mereka menyatakan bin Laden berada di kawasan bersalju di utara, sebagian lain menyatakan bahwa pemimpin al Qaeda itu menyamar dengan mengenakan burqa warna biru, menaiki unta, dan berkelana dari satu oasis ke oasis lainnya di selatan," paparnya.
Menurutnya, jika benar rasa malu akibat kebocoran WikiLeaks bisa dihilangkan, "Maka itulah yang kita perlukan, (mengirim) lebih banyak prajurit dan mengurangi staf yang duduk di depan komputer dalam ruangan berpendingin udara."
"Di AS, Pentagon masih berusaha melakukan hal yang tidak mungkin, yakni menerapkan metode intelijen konvensional pada sebuah medan tempur yang tidak simetris. Mengapa tidak mengalihkan saja dana yang dikeluarkan untuk 265.000 pakar 'amat rahasia' yang sebagian besar di antaranya justru ada di AS, dan menggunakan dana itu langsung di lapangan untuk membantu para prajurit memenangkan lebih banyak dukungan," tambahnya.
"Karena, pada akhirnya, bukanlah 'intelijen Amerika' yang akan menangkap bin Laden dan menyukseskan perang terpanjang dalam sejarah AS.
Saat pergi ke Afghanistan dan Pakistan untuk melakukan penelitian untuk bukunya, Smucker menemukan bahwa ada banyak orang di Asia Selatan yang bertanya-tanya, mengapa intelijen AS berlaku begitu kasar. "Mereka benar-benar bertanya, mengapa Osama bin Laden masih berkelaran di gunung-gunung di Pakistan?" katanya.
Menurutnya, banyak yang yakin bahwa Amerika ingin menggunakan "perburuan bin Laden" sebagai dalih untuk menjajah negara itu secara permanen.
Smucker beranggapan hal itu aneh. Ia kemudian menambahkan, "Tapi, para prajurit terbaik dan tercerdas Amerika, yang sebagian besar saya amati di Afghanistan, tahu benar teka-teki sebenarnya yang mereka hadapi."
"Mereka semua sudah tahu bahwa membunuh itu perkara mudah, tapi menemukan musuh nyaris tidak mungkin. Mereka juga tahu bahwa meningkatkan pemahaman terhadap tradisi Pashtun, 'Pashtunwali', membantu mereka berteman dengan penduduk Afghanistan yang sebelumnya curiga.
"Saya pernah melihat prajurit Angkatan Darat, Laut, dan Udara AS memperoleh data intelijen yang solid dan bisa dipercaya kepada para tetua suku di Afghanistan setelah minum teh dan makan makanan manis. Dalam beberapa kasus, Amerika memberikan sumbangan yang membuka jalan dengan menjanjikan perbaikan jalur untuk membawa orang-orang yang sakit dan calon ibu ke klinik," katanya.
Menurutnya, Presiden Obama mencoba membenahi pemerintahan pendahulunya yang percaya dengan "data intelijen buruk, khususnya di Irak, yang sama sekali tidak ada hubungannya dengan acaman al Qaeda. Presiden berpura-pura ingin membersihkan sarang penjahat di Asia Selatan dan melanjutkan dengan upaya lebih besar untuk mendamaikan bagian lain dunia Islam yang bermasalah."
"Untuk melakukan itu, ia (Obama) baru saja menunjuk seseorang yang paling lihai dalam bidang antipemberontakan untuk memimpin misi Afghanistannya," tambah Smucker.
"Jenderal David Petraeus hanya tahu satu hal saat ini: Jika Anda hanya membayar untuk mendapat yang diinginkan di Asia Selatan, maka warga setempat akan memberitahukan apa yang ingin Anda dengar dan membuat Anda terus kembali.
"Misi (Afghanistan) tidak akan menjadi misi biasa yang mudah. Tapi, saat warga Afghanistan dan Pakistan mulai mendapatkan bantuan untuk pengembangan dan mendapatkan perlindungan yang lebih baik, maka mereka akan memberikan data intelijen yang lebih akurat kepada para prajurit kita dengan dasar orang per orang," paparnya.
"Mungkin hanya itu harapan kita untuk bisa menangkap sang 'Sheikh" (Osama bin Laden) dan lekas-lekas angkat kaki dari keganasan Asia Selatan," pungkasnya. (dn/hp) www.suaramedia.com
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!
