Home | Redaksi | Advertisement | Kirim Naskah | Pedoman Pemberitaan Media Siber
Facebook RSS
Mengancam Masa Depan, Senjata Mainan Resahkan Irak

Berita Terkait

1.865 views

Mengancam Masa Depan, Senjata Mainan Resahkan Irak

BAGHDAD (Berita SuaraMedia) – Kementerian Kesehatan Irak menggelar kampanye pelarangan senjata di Irak. Namun, jenis senjata yang dilarang bukanlah senjata yang mematikan karena yang ditentang adalah senjata mainan.

Pasar mainan Baghdad dipenuhi dengan senjata plastik dengan beragam harga dan ukuran. Mulai dari senjata api mainan, tank, pisau, seragam tentara, bahkan peredam suara.

"Masyarakat bertanggung jawab menyingkirkan mainan-mainan ini," kata Dr. Emad Abdulrazaq, penasihat nasional kesehatan mental di Kementerian Kesehatan. "(Mainan-mainan tersebut) membuat seorang anak semakin mudah terjerumus ke dalam kekerasan yang sebenarnya karena setiap hari ia bersenang-senang dengan senjata."

Kementerian Kesehatan, yang tidak memiliki otoritas atas regulasi penjualan senjata, pun mendesak pemerintah agar melarang semua senjata mainan. Tapi, untuk saat ini, mereka berkonsentrasi pada satu jenis mainan, yakni pistol angin murah yang amat populer di kalangan anak laki-laki. Mainan tersebut berpeluru plastik bulat dan mengakibatkan ratusan, atau mungkin ribuan, kasus luka pada mata.

Dr. Kudair al-Tai, kepala departemen teknis di Rumah Sakit Ibn al-Haytham, rumah sakit mata utama di Irak, merupakan salah satu tokoh yang menggalakkan kampanye pelarangan senjata mainan tersebut.

Suatu pagi baru-baru ini, Dr. Tai memeriksa kondisi mata dari seorang bocah laki-laki berusia 5 tahun bernama Mustafa, ia memeriksa apakah ada luka atau pendarahan dalam di mata.

Pada akhir November, tepat pada hari raya Idul Adha, anak itu bermain dengan tetangganya. Salah satu dari mereka kemudian menembakkan pistol angin dan peluru plastik yang dimuntahkan mengenai matanya. Anak itu memang terlihat baik-baik saja, tapi selama tujuh hari tujuh malam ia terus menerus menangis dan tidak dapat tidur. Akhirnya, sang ayah membawanya ke rumah sakit mata. Dr. Tai yang memeriksanya kemudian menemukan butiran peluru plastik berwarna kuning seukuran kacang polong kecil yang menyelip di antara bola mata dan rongga mata sang anak. Bagian dalam mata mengalami pendarahan dan ada sebagian selaput mata yang bergeser.

"Dia beruntung," kata Dr. Tai. Ia mengatakan itu karena banyak anak-anak lainnya yang mengalami cedera jauh lebih parah akibat tembakan peluru plastik.

Dr. Tai mengatakan, selama lima hari perayaan Idul Adha, saat para orang tua biasanya memberikan uang kepada anak-anak untuk dibelikan mainan, setiap harinya selalu saja ada yang luka akibat peluru plastik itu. Sebagian di antaranya bahkan cukup parah hingga harus menjalani pembedahan. Tahun ini, sang dokter menyampaikan imbauan di televisi, meminta para orang tua agar tidak membelikan pistol itu untuk anak-anak mereka.

"Masalahnya bukan terletak pada orang tua yang membeli mainan-mainan ini, melainkan pada para pedagang yang mengimpor mainan semacam itu," kata Dr. Tai. Karena mainan itu demikian populer, maka orang tua pun tak dapat mengekang keinginan anak-anak mereka. Sang dokter mengaku pernah melihat sendiri pistol angin yang jarak tembakan pelurunya mencapai 45 meter.

Anak-anak di Irak hidup di tengah kekerasan sungguhan, baik yang ada di berita maupun di lingkungan tempat tinggal mereka. Di saat kekerasan antarsekte memuncak pada 2006 dan 2007, pemandangan berupa mayat-mayat bergelimpangan di jalanan selama berhari-hari sebelum diangkut merupakan hal yang biasa. Hanya sedikit anak yang mendapat akses perawatan psikiater.

Umumnya, keluarga-keluarga di Irak adalah keluarga besar, anak-anak biasanya tidur sekamar dengan orang tua mereka, jadi mereka tidak terlindungi dari tayangan televisi untuk orang dewasa atau percakapan orang dewasa.

"Kami sudah mengalami kengerian, tak perlu ditambahi," kata seorang wanita muda di rumah sakit yang merahasiakan namanya karena ia tidak diizinkan berbicara kepada wartawan.

"Segala jenis kembang api seharusnya dilarang. Beberapa waktu lalu, saya meneriaki anak-anak di kawasan sekitar yang bermain tembak-tembakan. Tapi, setidaknya mereka menembak ke kaki masing-masing, jadi mata mereka tak akan terluka."

Di pasar-pasar di Jalan Karada, tempat senjata berpeluru plastik dijual seharga $8 atau kurang dari itu, para pedagang mengatakan bahwa senjata mainan memang barang yang paling dicari.

"Budaya kekerasan dominan di sini," kata Hussein Mohammed, seorang pemilik toko yang tidak menjual senjata berpeluru plastik.

"Anak-anak tidak lagi tertarik pada permainan berbau pendidikan," katanya saat diwawancarai di tokonya. "Mainan yang mereka sukai adalah mainan yang berbau kekerasan."

Para guru mengatakan, hidup di tengah banyaknya kekersan baik di kehidupan nyata maupun fantasi membuat para murid mereka lebih gampang terpancing perkelahian dan menjadi tidak sabaran dengan mata pelajaran.

Intisar Mohammed, seorang pengajar sekolah dasar di kawasan Yarmouk yang umumnya dihuni kalangan terpelajar, mengatakan bahwa jika dulu anak-anak biasa meminta bantuan guru untuk menyelesaikan konflik, kini mereka jarang melakukannya. "Mereka lebih mudah menyelesaikan masalah dengan tinju mereka," katanya. "Mereka lebih sering berkelahi dibandingkan dulu. Setelah 15 menit berada dalam kelas, mereka tak lagi memerhatikan pelajaran dan mulai berkeliaran, lalu berkelahi," tambahnya.

Pelarangan senjata mainan kemungkinan sulit diwujudkan. Pasalnya, untuk melakukan itu diperlukan tindakan dari sejumlah menteri, dan mereka tidak bertanggung jawab atas kesehatan masyarakat. Akan tetapi, Kementerian Perdagangan tengah berdialog dengan sejumlah pakar kesehatan untuk membahas pelarangan sebagian impor barang.

Mustafa, bocah yang tertembak matanya, mengaku tidak lagi bertegur sapa dengan anak-anak tetangga yang menembaknya.

"Aku tak suka mereka," katanya. Bocah itu bercita-cita menjadi seorang dokter mata saat sudah dewasa nanti.

Sang ayah, Raad Kharaibut, 62, mengaku telah membujuk para tetangganya agar melarang anak-anak mereka bermain senjata, tapi desakan itu tak dihiraukan. "Saya tidak membeli barang seperti itu karena saya tahu itu berbahaya," katanya. "Kita sudah sering melihat kejadian serupa. Senjata bukan mainan yang baik dan beradab."

Tapi, Kharaibut mengakui bahwa bahkan tanpa senjata mainan pun, putranya akan tumbuh dalam budaya keras. "Anak itu sudah pernah melihat pos penjagaan, dia pernah melihat militer menghentikan lalu lintas," katanya. "Para prajurit mengenakan perlengkapan, dia punya hak untuk memperlihatkan kekuatannya. Anak itu ingin seperti itu."

Bahaya sebenarnya, jika anak-anak menghabiskan waktu dengan senjata, mainan atau sungguhan, mereka lebih mungkin terjerumus pada kekerasan, kata Dr. Abdulrazaq. "Dalam jangka pendek, hal itu menjadikan mereka lebih keras di rumah maupun di sekolah," katanya. "Mereka menjadi lebih kejam. Dalam jangka panjang, hal itu mendorong mereka untuk melakukan lebih banyak petualangan dengan senjata dan akan menjadi lebih mungkin direkrut sebagai polisi, kriminal, atau teroris."

"Senjata sungguhan akan menjadi kesenangan, bukan tekanan," tambahnya. (dn/nt) www.suaramedia.com

Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!

Suara Media lainnya:

+Pasang iklan

Gamis Syari Murah Terbaru Original

FREE ONGKIR. Belanja Gamis syari dan jilbab terbaru via online tanpa khawatir ongkos kirim. Siap kirim seluruh Indonesia. Model kekinian, warna beragam. Adem dan nyaman dipakai.
http://beautysyari.id

Cari Obat Herbal Murah & Berkualitas?

Di sini tempatnya-kiosherbalku.com. Melayani grosir & eceran herbal dari berbagai produsen dengan >1.500 jenis produk yang kami distribusikan dengan diskon sd 60% Hub: 0857-1024-0471
http://www.kiosherbalku.com

Dicari, Reseller & Dropshipper Tas Online

Mau penghasilan tambahan? Yuk jadi reseller tas TBMR. Tanpa modal, bisa dikerjakan siapa saja dari rumah atau di waktu senggang. Daftar sekarang dan dapatkan diskon khusus reseller
http://www.tasbrandedmurahriri.com

NABAWI HERBA

Suplier dan Distributor Aneka Obat Herbal & Pengobatan Islami. Melayani Eceran & Grosir Minimal 350,000 dengan diskon s.d 60%. Pembelian bisa campur produk >1.300 jenis produk.
http://www.anekaobatherbal.com

Innalillahi..!! Ustadzah Pesantren Tahfizh Kecelakaan, Kepala Gegar Otak Koma 5 Hari

Innalillahi..!! Ustadzah Pesantren Tahfizh Kecelakaan, Kepala Gegar Otak Koma 5 Hari

Ustadzah Salma Khoirunnisa, salah satu pengajar di Pesantren Tahfizul Quran Darul Arqom Sukoharjo mengalami kecelakaan. Kondisinya masih belum sadar, dan sempat koma selama 5 hari karena diperkirakan...

Tutup Tahun Dengan Bakti Sosial Kesehatan di Pelosok Negeri

Tutup Tahun Dengan Bakti Sosial Kesehatan di Pelosok Negeri

Diawali dengan berniat karena Allah, berperan aktif menebarkan amal sholeh dan turut serta membantu pemerintah memberikan kemudahan kepada umat mendapatkan pelayanan kesehatan, maka Ulurtangan...

Ayah Wafat, Ibu Cacat, Bayu Anak Yatim Ingin Terus Bersekolah

Ayah Wafat, Ibu Cacat, Bayu Anak Yatim Ingin Terus Bersekolah

Rafli Bayu Aryanto (11) anak yatim asal Weru, Sukoharjo ini membutuhkan biaya masuk sekolah tingkat SMP (Sekolah Menengah Pertama). Namun kondisi ibu Wiyati (44) yang cacat kaki tak mampu untuk...

Program Sedekah Barang Ulurtangan Sukses Menyebarkan Kasih dan Berkah Bagi Muallaf di Kampung Pupunjul

Program Sedekah Barang Ulurtangan Sukses Menyebarkan Kasih dan Berkah Bagi Muallaf di Kampung Pupunjul

Alhamdulillah, pada Sabtu, (18/11/2023), Yayasan Ulurtangan.com dengan penuh rasa syukur berhasil melaksanakan program Sedekah Barangku sebagai wujud nyata kepedulian terhadap sesama umat Islam....

Merengek Kesakitan, Bayi Arga Muhammad Tak Kuat Perutnya Terus Membesar. Yuk Bantu..!!

Merengek Kesakitan, Bayi Arga Muhammad Tak Kuat Perutnya Terus Membesar. Yuk Bantu..!!

Sungguh miris kondisi Arga Muhammad Akbar (2) anak kedua pasangan Misran dan Sudarti ini, sudah sebulan ini perutnya terus membesar bagai balon yang mau meletus. Keluarganya butuh biaya berobat...

Latest News

MUI

Sedekah Al Quran

Sedekah Air untuk Pondok Pesantren

Must Read!
X