Kebanggaan Muslim Berjilbab Lumpuhkan Kesalahpahaman

CALIFORNIA (Berita SuaraMedia) – Torri Burnell telah belajar untuk mengabaikan tatapan dan keheranan yang sering diterimanya. Tapi ada kalanya Muslim berusia 23 tahun ini tidak bisa menahan diri untuk tidak merasakan penghakiman dari orang asing. Mereka melihatnya memakai jilbab. Kebetulan yang dikenakannya adalah syal berkilauan yang dibelinya di H&M, tapi itu tidak masalah. Jilbab yang dipakainya, baik itu modern atau sederhana, adalah magnet bagi orang asing yang tidak suka.

"Saya tahu bahwa di sini masih jauh lebih baik daripada di tempat-tempat lain," ujar Burrell, yang lahir di Vallejo, California, dan telah tinggal di area San Fransisco Bay seumur hidupnya. "Tapi saya sering mendapat perkataan, ‘Kembali ke negaramu sendiri.’ Lebih dari satu kali seseorang mengatakan pada saya, ‘Yesus mencintai saya.’"

Area Bay, terkenal akan keragaman budaya dan penerimaannya, tidak kebal dari sentimen anti-Muslim yang telah menginfeksi AS. Orang-orang berdebat musim panas ini tentang rencana Masjid Manhattan di dekat lokasi serangan 11 September dan seorang pastur Kristen berjanji untuk membakar Al-Qur'an. Burrell dan teman-teman Muslimnya tahu bahwa sentimen itu ada karena mereka menerima pukulan berat dari sentimen itu. Biasanya mereka mengabaikan.

Ambil contoh satu hari di bulan Agustus, ketika Burrell tengah duduk sendirian di kedai kopi Peet di kota Concord, California. Dengan laptop dan headphonenya yang menyala, mahasiswi ini mengerjakan makalah sejarah seni. Ada banyak pelanggan yang meminum kopi atau mengantri di kafe yang sibuk itu. Salah satu dari mereka menyorot Burrell, memberikan isyarat bahwa dia ingin mengatakan sesuatu, "Saya mematikan musik dan mengatakan, ‘Maaf?’, dan dia mengatakan, ‘Yesus, Tuhan dan Penyelamat saya, mencintai Anda.’ Dan saya hanya berkata, ‘Terima kasih.’ Bagaimana merespon hal seperti itu?"

Lagipula, Yesus (Nabi Isa) dianggap sebagai seorang nabi yang penting dalam Islam, dan menarik masuk tidak terlalu membuat Burrell keberatan daripada komentar-komentar tak diminta dan hinaan lainnya yang dihadapinya sejak dia memutuskan untuk menutupi rambut setiap hari dengan jilbab. "Saya ingin mudah dikenali sebagai seorang Muslim, karena saya bangga akan hal itu," ujarnya. Ini adalah perubahan besar bagi warga Vallejo ini, yang mengenakan pakaian renang sebagai seorang pemain polo air ketika masih SMA. Anggota keluarganya yang Muslim senang bahwa dia tidak ingin memakai rok mini dan tank top, tapi mereka tidak terlalu antusias tentang pilihannya untuk berjilbab. "Saya sedikit lebih konservatif dan – saya tidak mau bilang relijius, karena mereka juga beriman – tapi saya sedikit lebih mempraktikkan daripada mereka," ujar Burrell.

Sebagian besar interpretasi dari Islam mengharuskan wanita Muslim untuk berpakaian tertutup di hadapan pria lain yang bukan bagian dari keluarga mereka. Pakaian tertutup biasanya termasuk menutupi seluruh rambut, meskipun interpretasi ini dan cara berpakaian wanita Muslim sangat beragam seperti halnya dalam agama lain. Banyak wanita juga memandang jilbab sebagai ekspresi dari keyakinan dan identitas mereka, sementara yang lain memilih untuk tidak memakainya.

Hanya sekitar 43% wanita Muslim Amerika yang mengatakan bahwa mereka memakai jilbab sepanjang waktu atau sebagian besar waktu, menurut jajak pendapat Pew Research Center di tahun 2007. Menurut jajak pendapat yang sama, lebih dari separuh Muslim Amerika khawatir bahwa wanita yang memakai jilbab akan diperlakukan dengan buruk, meskipun mereka yang benar-benar memakainya setiap saat tidak sekhawatir mereka yang tidak mengenakannya. "Ibu saya masih mengeluarkan komentar-komentar seperti, ‘Sadarlah dan lepaskan itu.’ Dia memakainya saat masih kuliah, tapi tidak sesuai dengannya," ujar Burrell. "Saya rasa mereka khawatir akan keselamatan saya. Saya rasa itu adalah kekhawatiran terbesar mereka, keselamatan saya."

Burrell, yang baru saja pindah dari Bay Point ke San Fransisco, menemukan banyak penerimaan dari rekan-rekannya, termasuk sesama mahasiswa di Diablo Valley College. Dia mempelajari sejarah seni di sekolah Pleasant Hill sebelum pindah ke San Fransisco tahun ini. Di sisi lain, beberapa orang asing, bisa menjadi tidak baik. Salah satu contoh paling baru adalah petugas polisi setempat yang mencegatnya karena menyetir di lajur yang salah.

"Lain kali, minta orang Amerika untuk mengajarimu menyetir," ujar polisi itu. Burrell, yang keturunan Afrika Amerika, tersinggung dan marah. Dia sama Amerikanya dengan polisi itu. Begitu juga dengan orangtuanya, yang mengajarinya menyetir. Tapi dia tidak mengeluh ke pihak yang berwenang. "Ini adalah kata-kata saya melawan seorang petugas," ujarnya. "Siapa yang akan mereka percaya, petugas itu atau seorang gadis Muslim kulit hitam?"

Sebagian besar dalam kehidupan Burrell berjalan normal. Tapi sentimen anti-Muslim, baik dalam berita maupun di jalan, bisa menimpa dirinya dan teman-teman Muslimnya. "Kau harus benar-benar kuat dan yakin dengan dirimu sendiri, dan pilihanmu untuk berjilbab, untuk menghadapi semua itu," ujarnya. Mereka yang menghakimi biasanya lebih tua dari dirinya, yang dia harapkan merupakan pertanda bahwa waktu akan mendatangkan iklim yang lebih menerima. "Orang-orang muda biasanya lebih mau untuk menanyakan sejumlah pertanyaan," ujarnya. "Mereka sadar bahwa mereka tidak mengetahui sesuatu jadi mereka bertanya. Saya rasa, sebelum menghakimi, orang-orang seharusnya mencari tahu dulu." (rin/kt) www.suaramedia.com

Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!

Suara Media lainnya:

• Kepolisian Kanada Tanamkan Jutaan Dolar Untuk Pahami Muslim
• Buktikan "Islamisasi", Pimpinan Partai Belgia Diganjar Hukuman
• Ulama: Kesalahpahaman 10-10-2010, Kejahilan Baru Masyarakat
• Temukan Alat Pelacak, Muslim AS Jadi Korban Intimidasi FBI
• Cahaya Monotheisme Islam Satukan Semua Agama
• Video "Taliban Jerman" Berikan Pencerahan Eropa
• Antwerp Galakkan Proyek "Selamat Datang di Masjid"
• Imam Tuntut Permintaan Maaf Atas Pembongkaran Yayasan Islam