Senin, 22 Syawwal 1446 H / 27 September 2010 11:14 wib
1.261 views
Protes Menentang Larangan Jilbab Berlebihan?

BRUSSELS (Berita SuaraMedia) – Setahun yang lalu, kepala sekolah Royal Athenaeum of Antwerp, berada di tengah badai larangan jilbab ketika dia melarang pemakaian penutup kepala itu di sekolahnya. Sekarang dia mempublikasikan sebuah buku tentang masalah itu dengan judul "Een tip van de sluier" ('Ujung Jilbab’, yang dalam bahasa Belanda juga bisa berarti puncak gunung es). Berikut ini adalah petikan dari buku itu:
Lapangan bermainnya ramai malam itu. Sekitar 50 orang berkumpul di halaman dalam. Tidak jelas siapa yang berasal dari sekolah, siapa yang wali murid, dan siapa yang datang ke sekolah untuk memulai keributan.
Dalam pidato saya, saya mengatakan telah mengunjungi Masjid Al Aqsa di Yerusalem dan di sana, untuk menghormati Islam, saya melepas sepatu dan memakai jilbab.
Kemudian lapangan bermain itu menjadi heboh. Saya tampaknya telah menyinggung beberapa orang yang sensitif. Saya ingin bicara timbal balik, tapi saya tidak bisa menyelesaikan kalimat saya. Ada caci maki, teriakan. Kemudian saya bisa menyelesaikan cerita saya untuk memberikan waktu berbicara pada Imam Taouil.
Yang mengejutkan saya, dia tidak memegang kesepakatan kami beberapa jam sebelum itu, tapi mulai mengajak anak-anak di lapangan bermain.
Dia mendesak para murid untuk tidak pergi ke Antwerp dan Hoboken Athenaeum selama larangan berjilbab masih berlaku. "Islam mulai meluas. Orang-orang takut pada kita. Itu adalah kehendak Allah."
Menanggapi itu seluruh lapangan bermain mulai meneriakkan takbir. Saya melihat sejumlah wartawan terkejut. Persis karena mereka pernah melalui momen itu, pers selalu tetap sangat baik pada saya. Mereka bisa melihat saat itu kenapa saya mengambil keputusan tersebut. Setelah Taouil, beberapa provokator lain menghasut isu itu dan mengutip ayat-ayat Al Qur'an.
Jika mereka akan mempublikasikan gambar-gambar itu, Flanders akan heboh. Karena rasa tanggung jawab pers-lah mereka tidak melakukannya.
Setelah pidato, beberapa Muslim progresif berbicara dengan para wartawan untuk memohon mereka agar tidak menayangkan gambar-gambar itu. "Jika tidak, orang-orang akan berpikir apa tentang kami."
Kaum Muslim datang padaku sambil menangis untuk meminta maaf. "Maafkan kami bu, tapi kami tidak seperti itu."
Imam Nordine Taouil adalah seorang ekstrimis, ujar Alain Winants, admonistrator umum di Agensi Keamanan Negara Belgia.
Winants mengatakan bahwa berdasarkan informasi yang mereka miliki tentang Nordine Taouil, mereka berpendapat bahwa dia adalah ekstrimis dari gerakan yang secara aktif di lingkaran Salafi. Taouil diduga mengadakan pelatihan untuk generasi muda Muslim Belgia di sekolah di Pakistan.
"Itu (Salafisme) sebenarnya adalah sebuah gerakan yang ingin kembali ke Islam asli dan menolak segala pengaruh Barat pada Islam," menurut Winants.
Taouil menjadikan dirinya sendiri sebagai juru bicara untuk komunitas Muslim di Belgia dan dalam beberapa bulan terakhir telah membuat pernyataan-pernyataan tajam tentang debat jilbab. Dia juga ketua dari Dewan Muslim, yang mewakili semua gerakan di dalam komunitas Muslim. Tapi tidak semua Muslim setuju dengannya. Para pendukungnya adalah minoritas ultra-konservatif kecil.
Sementara itu, sebuah organisasi Muslim baru, Muslim Rise, telah berkembang di Belgia untuk mengorganisir sebuah protes menentang larangan jilbab. Organisasi itu juga mengundang radikal Inggris yang terkenal, Anjem Choudary.
Meskipun mengatakan akan mengadakan demonstrasi yang damai, teladan mereka adalah orang-orang seperti Khalid Ibn Waleed, Salahedinne Al Ayoubi, Mehmet Fatih adalah para penakluk, dan Omar Al Mokhtar adalah pejuang perlawanan Libya terhadap pendudukan Italia. (rin/ie) www.suaramedia.com
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!