Perang Ketiga Libanon – Israel Bisa Berujung "Kiamat"

BEIRUT (Berita SuaraMedia) - Sebuah kelompok think tank pro-Israel telah menyatakan dalam sebuah laporan bahwa perang ketiga antara Israel dan Libanon bisa menjadi kiamat bagi yang kalah.

"Perang baru kemungkinan akan lebih besar dan luas dalam lingkup geografis dan lebih merusak," kata laporan yang dirilis minggu ini oleh Institut Washington untuk Kebijakan Timur Dekat (WINEP).

"Dalam semua kemungkinan, itu akan menjadi konflik besar, perebutan satu daerah yang luas di Libanon, Israel, dan mungkin Syiria, yang menampilkan kekuatan militer besar yang melakukan kegiatan kompleks dan mengakibatkan korban yang besar (militer dan sipil) serta kerusakan infrastruktur utama di semua negara yang terlibat, "kata laporan itu.

Penulis, Jeffrey White, veteran analis intelijen dan pertahanan, menulis bahwa perang baru antara Israel dan Libanon akan berpotensi ditandai dengan "operasi intensitas tinggi dari awal," menurut pemberitaan The Daily Star Libanon pada hari Rabu setempat (22/9)

"Dan untuk pihak yang kalah, konsekuensinya mungkin akan menentukan," tambahnya.

Dalam laporannya, White mengklaim bahwa Israel akan muncul sebagai pemenang jika mereka berinvestasi dalam mengamankan sumber daya yang diperlukan, Ali Rizk, koresponden Press TV di Beirut, melaporkan pada hari Selasa.

Objektif ganda militer Hizbullah mungkin adalah  meluncurkan roket dan rudal "pada sasaran militer dan sipil dengan maksud menimbulkan korban dan kerusakan yang signifikan" sementara melawan serangan udara Israel, darat dan laut ke wilayah Libanon, kata laporan itu.

Laporan ini juga menyarankan bahwa potensi keterlibatan Syiria akan ditujukan untuk "mendirikan kembali kehadiran militer di Libanon," lima tahun setelah tentara Syiria terakhir meninggalkan negara itu berada di bawah pengawasan tentara selama tiga dekade .

"Persiapan Hizbullah untuk perang masa depan dimaksudkan untuk mencegah Israel, mengeser keseimbangan militer untuk mendukung kelompok itu, dan mendukung tujuan politiknya," tulis White.

Pembicaraan tentang perang tidak pernah terlalu jauh dari komandan Israel dan Hizbullah. Bulan lalu saja terjadi sebuah ledakan di sebuah lokasi yang diduga gudang senjata Hizbullah di Libanon selatan dan beberapa manuver militer Israel dekat dengan Garis Biru. Komentar Presiden Israel Shimon Peres pada bulan April menyatakan bahwa Hizbullah telah menerima rudal SCUD jarak jauh dari Syiria telah meminta perhatian internasional atas prospek pertempuran baru dan berdarah.

Amerika dikritik pada tahun 2006 atas keputusan Menteri Luar Negeri Condoleezza Rice yang menolak saran gencatan senjata, bahkan saat artileri Israel menghantam daerah berpenduduk berat Libanon. White merekomendasikan bahwa AS harus mempersiapkan untuk perang Israel-Libanon yang baru, tetapi seharusnya tidak terburu-buru terlibat.

"Jika perang terjadi, AS  sebaiknya tidak  segera mengambil langkah-langkah menuju akhir dengan cepat," tulisnya.

"Tekanan untuk meningkatkan kemungkinan akan lebih besar daripada mekanisme kontrol, sehingga mengakibatkan perang cepat meningkat," tulis White. "Sebagai pencegahan perang tampaknya melemah, baik Israel dan Hizbullah sedang mempersiapkan untuk konfrontasi serius yang tidak mampu kehilangan."

Israel mengobarkan perang terhadap negara itu pada tahun 2000 dan 2006 namun dikalahkan oleh banyak gerakan perlawanan Libanon, Hizbullah, dan terpaksa menarik diri pada kedua kesempatan.

Sekitar 1.200 warga Libanon, kebanyakan warga sipil, tewas dalam putaran kedua serangan tersebut.

Hizbullah telah berjanji untuk membalas, seandainya Tel Aviv memperbaharui serangan.

Gerakan perlawanan secara terbuka mengumumkan bahwa mereka memiliki kemampuan untuk mencapai target dalam ke Israel dan untuk menyerang kapal Angkatan Laut Israel bahkan sebelum mereka mencapai perairan Libanon, Rizk menambahkan.

Berbicara kepada wartawan Press TV, Timur Goskel, mantan penasehat Interim PBB di Libanon Force, yang diamanatkan untuk berpatroli di Libanon selatan, mempertanyakan klaim White dalam laporan WINEP.

"Dia tidak tahu sisi lain dari cerita itu. Dia tidak tahu apa yang terjadi di sini atau apa yang Hizbullah lakukan atau apa yang Hizbullah mampu lakukan. Dia hanya menebak dari surat kabar dan apapun dan Hizbullah bukanlah organisasi yang bisa Anda baca di koran dengan akurat. Mereka tidak berbicara terlalu banyak," tambah Goskel. (iw/pv/ds) www.suaramedia.com

Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!

Suara Media lainnya:

• "Mooz-lum", Upaya Film Muslim Tangkal Citra Buruk Islam
• Jejak Warisan Islam Ungkapkan Akar Budaya Portugis
• Film Mengenai Sholat Ditayangkan Perdana di AS
• Motor di Pemakaman Inggris Geramkan Umat Muslim
• Masjid texas, Tonggak Dedikasi Muslim Untuk Amerika
• Ancaman Anti-Muslim Pendukung EDL Berujung Hukuman
• Picu Konflik Agama Yang Meluas, MUI Tak Setuju Pencabutan SKB
• Jemaat HKBP Tak Menurut, Wali Kota Angkat Tangan