"Respon Petraeus Adalah Resep Kekalahan Atas Islam"

WASHINGTON (Berita SuaraMedia) - Awal minggu ini, Jenderal David Petraeus mengeluarkan pernyataan mengutuk rencana mengerikan pastur Terry Jones' untuk membakar salinan Al-Qur'an di luar gerejanya pada tanggal 11 September (yang disebut Jones sebagai "Hari Membakar Al-Qur'an Internasional").

Petraeus mengatakan, "Hal ini dapat membahayakan para tentara dan dapat membahayakan keseluruhan usaha di Afghanistan. Ini persis dengan aksi yang digunakan Taliban dan dapat menyebabkan permasalahan signifikan. Tidak hanya di sini, tapi dimanapun di dunia dimana kita terhubung dengan masyarakat Islam."

Ia juga mengomentari rencana pembakaran tersebut, "Bahkan rumor bahwa ini akan terjadi saja sudah memunculkan demonstrasi seperti yang terjadi di Kabul kemarin."

Kami sebelumnya sudah menunjukkan bahwa suhu Islamophobia di dunia mengikuti keburukan media sayap kanan, hasutan, respon anti-Islam terhadap pusat budaya Islam Park51 yang direncanakan itu. Sebagai tambahan atas rencana Jones, gelombang anti-Muslim ini meliputi protes di seluruh dunia menentang masjid lokal dan pusat komunitas Islam, vandalisme pada masjid yang sudah ada, dan aksi menentang Park 51 membalas retorika sayap kanan yang mengganggu.

Sekarang Jenderal Petraeus membuat keterangan yang sepenuhnya jelas bahwa protes anti-Islam yang jahat ini merusak usaha anti-terorisme dan dapat mengarah pada serangan balik penuh kekerasan terhadap tentara. Bagaimana para penyulut api itu menjawab? Dengan menyerang Petraeus, tentu saja.

Ya, walaupun tiga orang ini menyimpulkan bahwa membakar Al-Qur'an adalah ide buruk, Pam Geller, Robert Spencer, dan Frank Gaffney -- diantara pemimpin pergerakan anti-Park51 -- telah mengumumkan bahwa peringatan Petraeus "sangat merepotkan" dan merupakan "resep kekalahan" terhadap perkembangan Islam. Spencer malah menyarankan bahwa Petraeus mestinya mengeluarkan pernyataan melindungi hak Masjid untuk membakar Al-Qur'an.

Dan sebagian alasan kenapa Geller dan Spencer menentang pembakaran Al-Qur'an adalah karena mereka berpikir para pembakar itu sebaiknya membaca kitab itu sehingga mereka dapat belajar tentang Syari'ah.

Menurut Geller, ia menentang rencana Jones pertama karena hal itu "merupakan tindakan yang sangat merugikan terhadap penyebab menyebarnya kesadaran tentang pengajaran Islam dan ancaman bahwa Syariah diajukan dalam gaya hidup kita" dan kedua karena "pembakaran kitab adalah salah secara prinsip." Ia juga mengatakan bahwa "Petraeus salah karena mengatakan hal ini akan mengancam tentara Amerika."

"Hal ini berdasarkan asumsi bahwa mereka melawan karena AS melakukan hal-hal yang tidak mereka sukai. Sebenarnya mereka melawan karena perintah dalam agama Islam. Mereka tidak akan pernah menyukai kita kecuali kita masuk Islam atau mengikuti aturan Islam. Jika kita berhenti melakukan hal-hal yang tidak mereka sukai, darimana kita akan memisahkannya? Sejauh mana Syariah akan diterapkan di Amerika Serikat, dengan ketakutan warga Amerika untuk menghentikan ketakutan yang meningkat tentang menyinggung perasaan Muslim dan mengarahkan mereka pada kekerasan? Asosiasi Mahasiswa Muslim sudah mendorong untuk diadakannya kafetaria halal, asrama terpisah, fasilitas olah raga terpisah di kampus. Ini tidak sesuai dengan kebebasan Amerika. Kita harus membuat batasan," ujar Geller.

Komentar Spencer cukup mirip. Ia menentang pembakaran Al-Qur'an Jones, dengan menulis: "Saya menentang pembakaran Al-Qur'an itu. Saya tidak suka ide pembakaran kitab. Saya lebih memilih isi Al-Qur'an, dan cara-cara yang digunakan para ekstrimis dalam menggunakan isi tersebut untuk membenarkan kekerasan, diketahui." Ia menulis bahwa karena "orang-orang ini bebas melakukan apa yang mereka inginkan." Petraeus "akan lebih baik memberitahukan warga Afghanistan bahwa di Amerika kita memiliki kebebasan bicara dan berekspresi, dan bahwa kita mengajukan pidato dan ekspresi yang tidak kita sukai tanpa berusaha membunuh si pembicaranya."

Spencer melanjutkan: "Ia lebih baik memberi tahu mereka bahwa tindakan kemarahan pembunuhan atas acara ini adalah kemarahan berlebihan, dan pertumparah darah apapun atas hal ini akan menjadi kejahatan yang mengerikan, jauh mengerdilkan kejahatan apapun yang mereka pikir dilakukan oleh orang-orang di Florida."

"Ia bahwa dalam waktu perang seseorang harus berhati-hati untuk tidak melakukan apapun yang tampaknya akan ditanggapi musuh dengan irasional dan bahkan kemarahan berbuah pembunuhan mungkin tampak bijaksana secara taktik pada awalnya, tapi pada akhirnya ini adalah resep kekalahan. Seseorang sudah menerima pandangan luas dan perspektif musuh, dan bekerja untuk mengakomodasi hal tersebut, bukannya bekerja dalam berbagai cara untuk menghadapi, bukan hanya secara militer, untuk menunjukkan kenapa hal ini salah dan harus dilawan."

"Tentu saja, Petraeus dan sejenisnya akan menjawab, Yah, kami tidak berperang dengan Islam atau Al-Qur'an, jadi membakar Al-Qur'an itu adalah provokasi yang tidak diperlukan. Pengabaian ini, bagaimanapun, perang yang dilancarkan oleh Organisasi Konferensi Islam dan kelompok Muslim lainnya terhadap kebebasan berekspresi -- dan mengabaikan juga cara para pejuang Islam menggunakan Al-Qur'an untuk membenarkan kekerasan dan mengumpulkan anggota baru. Tanpa menyetujui pembakaran itu, Petraeus seharusnya melindungi hak gereja Florida untuk melakukan sesuka hati mereka, dan menggunakannya sebagai momen pengajaran di Afghanistan untuk mengatakan, Kami akan melindungi visi masyarakat kami, tak peduli apa yang kalian bawa melawan kami."

Gaffnet, yang tampaknya kehilangan memo tentang bagaimana pentingnya membaca Al-Qur'an daripada membakarnya, malahan berkomentar:

"Seseorang dapat menyanggah dengan seperlunya, secara prinsip, dalam pembakaran kitab dalam bentuk apapun. Atau, seseorang dapat berpendapat bahwa pastur yang haus publisitas dari jamaah kecil itu mungkin punya hak yang sah untuk membakar Al-Qur'an, tapi - untuk memparafrasekan Presiden Obama dalam Masjid Ground Zero - tidak bijak atau benar untuk melakukannya. Atau, mereka yang menentang syariah di Amerika seharusnya juga menentang kekerdilan ini."

"Resikonya adalah bahwa, untuk mengambil pernyataan seperti Jenderal Petraeus dalam kesimpulan logis mereka, keberatan apapun terhadap program syariah yang diturunkan dari Al-Qur'an dapat dianggap membahayakan terhadap tentara kami di luar negeri. Hasilnya adalah tindakan semacam itu akan membuat resiko yang tidak dapat dihindari di sini baik bagi orang-orang Amerika dan Konstitusi mereka."

"Nyatanya, ini mengharuskan pemerintah Amerika Serikat, baik pemerintahan sipil maupun militer, untuk memperselisihkan perhitungan yang mereka punya, pada akhirnya, bersumpah dengan sungguh-sungguh dan membela Konstitusi mereka dari musuh apapun, baik di luar maupun di dalam negeri. Dalam kaitannya dengan hal itu, akan sangat membantu jika Jenderal Petraeus, yang berhati-hati dalam karakterisasi nyatanya atas kemungkinan akibat pembakaran kitab terhadap tugas menantang dalam perlindungan pasukan, untuk mengetahui kebutuhan ini dan membenarkannya di depan publik." (raz/mm) www.suaramedia.com

Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!

Suara Media lainnya:

• Pameran Kecanggihan Pengetahun Islam Buka Mata AS
• Nodai Kesucian Ramadhan, 10 Warga Aljazair Dihukum
• Kelompok Antar Agama Menentang Retorik Anti-Muslim
• Jelang Idul Fitri, Wanita Muslim Dubai Gelar Kontes Abaya
• Agenda Ibu Theresa Modern Picu Kemarahan Muslim India
• Masjid Kecil Memulai Perjalanannya Menuju Arktik
• Pemerintah Arab Saudi Sediakan Layanan Eid Online
• Guru Muslim AS Kontras Dengan Perdebatan Nasional Islam