Selasa, 23 Syawwal 1446 H / 7 September 2010 15:38 wib
1.645 views
Bahrain Rebut Kembali Kendali Masjid Pasca Teror Syiah

BAHRAIN (Berita SuaraMedia) – Bahrain telah memutuskan untuk menegaskan kembali kendali pemerintah atas Masjid-Masjid kerajaan setelah mendakwah aktivis oposisi Syiah dengan merencanakan untuk menumbangkan pemerintahan Sunni, media resmi mengabarkan pada Senin waktu setempat (6/9).
"Memperoleh kembali kendali mimbar sehingga mereka bukanlah sandera untuk ketidakmampuan politisi atau ulama yang telah tersesat dari jalannya… adalah sebuah titik awal untuk mengembangkan sebuah orientasi suara keagamaan, Putra Mahkota Salman mengatakan dalam komentar-komentar yang dibawakan oleh agen berita resmi BNA.
Perdana Menteri Sheikh Khalifa bin Salman al-Khalifa mengatakan bahwa pemerintah akan memastikan bahwa tempat-tempat peribadatan dijalankan oleh mereka yang memajukan "nilai-niai toleransi dan moderasi," kantor berita BNA mengatakan.
Dua komentar resmi datang dalam pesan-pesan yang ditujukan kepada Raja Hamad bin Isa Al-Khalifa pada Minggu waktu setempat, satu hari setelah jaksa penuntut menekankan dakwaan terorisme terhadap aktivis Syiah, meningkatkan ketegangan pada pemilihan umum 23 Oktober mendatang.
Menurut sebuah lembar tuntutan dikeluarkan pada Sabtu waktu setempat, dua puluh tiga aktivis tersebut – sepuluh diantaranya adalah tokoh oposisi ternama - dituduh "merusak keamanan nasional". Dua diantaranya, yang tinggal di London disidangkan di luar kehadiran.
Sebagian besar dari tersangka adalah anggota dari Haq – Gerakan Kebebasan dan Demokrasi – sebuah kelompok Syiah yang menolak etika reformasi yang tidak cukup bermaksud untuk mengakhiri kericuhan yang dipimpin Syiah yang menguncang negara kepulauan dengan 35 pulau selama tahun 1990-an.
Reformasi tersebut, diabadikan pada sebuah piagam tahun 2002, mengubah emirat menjadi sebuah monarki konstitusional namun Haq memboikot pemilihan parlementer dan oposisi Syiah yang ambil bagian pada pemilihan tahun 2006, memenangkan 17 dari 40 kursi di parlemen.
Sheikh Ali Salman, pemimpin Asosiasi Penyesuaian Nasional Islam memperingatkan bulan lalu bahwa mereka akan "menuntun pada lebih banyak protes."
Ia mengejek dakwaan pihak otoritas terhadap mereka yang ditangkap mengatakan bahwa mereka tidak dapat memiliki semua yang menjadi milik sebuah organisasi tunggal rahasia karena mereka memiliki sebuah pendapat yang berbeda.
Islam adalah agama negara di Bahrain di mana hampir semua warga negaranya adalah Muslim, dengan kira-kira 70 persen dari jumlah penduduk mempercayai Syiah, sedang Sunni membentuk 24 persen dari jumlah populasi. Bagaimanapun juga, karena masuknya imigran dan para pekerja tamu dari negara-negara non-Muslim, seperti India, Filipina dan Sri Lanka, keseluruhan persentase dari Muslim di negara tersebut telah menurun sejak akhir abad ke-20.
Menurut Buku Fakta Dunia CIA (CIA’s World Factbook), sensus penduduk negara tersebut pada tahun 2001 mengindikasikan bahwa 81,2% dari jumlah penduduk Bahrain adalah Muslim (Syiah dan Sunni, 5% adalah Kristen, dan 14% yang lain menganut agama Asia dan Timur Tengah yang lain seperti Hindu.
Keluarga Al-Khalifa yang berkuasa dan suku-suku pendukung negara tersebut taat pada sekolah Maliki dari yurisprudensi Islami.
Negara konstitusi di mana Islam adalah agama resmi negara tersebut dan juga memberikan kebebasan beragama; bagaimanapun juga terdapat beberapa batasan atas hak-hak tersebut. Pada masa silam, pemerintah tidak mentolerir politik perbedaan pendapat, termasuk kelompok atau pemimpin keagamaan.
Bagaimanapun juga, pada tahun 2001, Raja negara tersebut memberikan ampunan dan membebaskan semua tahanan politik yang tersisa dan para pemimpin keagamaan, termasuk ulama Syiah. Anggota dari agama lain yang mempraktikkan agamanya secara pribadi melakukannya tanpa gangguan dari pemerintah dan diijinkan untuk mempertahankan tempat-tempat peribadatan mereka dan memperlihatkan simbol keagamaan mereka.
Walaupun terdapat perbedaan yang mencolok, minoritas Muslim Sunni menikmati sebuah status yang diuntungkan. Muslim Sunni mendominasi Bahrain secara politik dan secara ekonomi. Mereka hidup di kota-kota, di mana mereka sering membentuk mayoritas. (ppt/aby/wp) www.suaramedia.com
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!