Rabu, 23 Jumadil Awwal 1446 H / 18 Agutus 2010 10:33 wib
3.030 views
Pemutaran Lagu Membuat Presiden SBY Dicap Idap Narsis Kronis
JAKARTA (Berita SuaraMedia) - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) membantah buku karya Agus Harimurti Yudhoyono dibiayai oleh uang negara. Buku yang kini menjadi kontroversi itu dicetak memakai uang pribadi Presiden SBY.
"Itu tidak menggunakan anggaran negara, melainkan uang pribadi Presiden," kata Juru Bicara Presiden Julian Aldrin Pasha saat dihubungi, Rabu (18/8/2010).
"Presiden sangat teliti dengan masalah ini (anggaran negara)," imbuh Julian.
Julian tak habis pikir dengan pihak-pihak yang menyayangkan pembagian buku secara cuma-cuma itu. Kalau pun dianggap memanfaatkan momen acara kenegaraan, imbuh Julian, toh acara tahunan tersebut tidak terganggu.
"Acaranya tidak terganggu kan," tanya mantan Wakil Dekan Fisip UI tersebut.
Istana juga membantah pembagian buku tersebut merupakan sarana pencitraan Presiden SBY. "Sama sekali tidak benar," elaknya.
Tak cuma buku Agus saja yang dibagikan cuma-cuma. Ada juga buku Ibu Ani Yudhoyono yang berjudul "Batikku, Pengabdian Cinta Tak Berkata". Buku ini bercerita mengenai koleksi batik-batik Ibu Negara, beserta kisah yang menyertainya. Buku ini pada bagian sampulnya terdapat foto setengah badan Ibu Ani Yudhoyono berpakaian kebaya warna hijau muda dan berpose sedang membatik.
Selain itu, ada lagi buku-buku yang diterima para undangan seperti dari BPS, majalah Gatra, Kriya, dan SIKIB.
Sebelumnya, Direktur Lingkar Madani Indonesia (LIMA), Ray Rangkuti menilai, politik pencitraan yang dilakukan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, sudah melampaui batas. Pernyataan Ray ini mengkritisi pembagian majalah dan buku yang mengulas tentang dirinya dan keluarganya kepada para tamu yang menghadiri Upacara HUT RI ke-65 tahun di Istana Negara, Jakarta, kemarin pagi.
"Tingkat pencitraan Presiden sudah melewati batas yang bisa kita pahami. Saya katakan, sudah sampai pada tingkat narsisme. Ini penyakit narsis yang sudah kronis," kata Ray dalam diskusi "Stop Pemimpin Citra", di Kantor Institut Hijau Indonesia, Jakarta Selatan.
Salah satu buku yang dibagikan adalah hasil wawancara sebuah surat kabar dengan putra sulung SBY, Agus Hari Murti Yudhoyono. Menurut Ray, pembagian buku yang menceritakan tentang anaknya ini merupakan bagian dari upaya SBY untuk "mengorbitkan" sang putra.
"Bagaimana bisa buku anaknya dibagi ke para tamu dalam sebuah acara resmi kenegaraan. Kita mungkin tidak berminat membaca untuk tahu siapa anaknya, tapi setiap orang dipaksa membacanya," ujar Ray, yang juga memotori gerakan "Safari Mencari Pemimpin Sejati".
Pemutaran lagu ciptaan Presiden SBY dalam rangkaian acara Upacara HUT RI di Istana Negara, juga dinilai Ray sebagai bagian dari narsis yang disebutkannya. "Dalam sejarahnya, upacara di Istana Negara tidak ada pemutaran lagu lain kecuali lagu kebangsaan dan lagu wajib. Bagaimana bisa lagu ciptaan sendiri dinyanyikan dalam upacara resmi di Istana Negara. Seolah-olah lagu itu sama pentingnya dengan lagu perjuangan yang sudah ada dan legendaris," kritiknya. (fn/dt/km) www.suaramedia.com
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!