Rabu, 24 Jumadil Awwal 1446 H / 4 Agutus 2010 11:05 wib
1.924 views
Pembantaian Warga Libanon Oleh Israel Sulut Janji Hizbullah
BEIRUT (Berita SuaraMedia) - Hizbullah menjanjikan tindakan balasan keras terhadap agresi yang dilakukan oleh Israel pada Angkatan Darat Libanon sebagai tanggapan atas pembunuhan belakangan ini oleh 'penjajah Israel' atas empat warga Libanon.
"Tangan Israel yang menargetkan Tentara Libanon akan dipotong," kata Sekretaris Jenderal gerakan perlawanan Libanon tersebut, Sayyed Hassan Nasrallah, pada hari Selasa.
"... Di tempat mana pun di mana tentara Libanon akan diserang dan di sana ada kesempatan untuk pemberontakan, dan pemberontak itu memiliki kemampuan, maka pemberontak tidak akan berdiri diam, atau menahan diri," kata Nasrallah dalam pidato yang disebarkan melalui tautan video dalam ibukota Libanon, Beirut.
Sebelumnya pada hari itu, pasukan Israel memasuki tanah Libanon, dan terlibat dalam aksi tembak-menembak dengan tentara Libanon.
Serangan ofensif yang merupakan gabungan dari Angkatan Pertahanan Israel dan Angkatan Udara rezim tersebut, meluncurkan roket militer dan serangan bom yang diduga sebagai bom fosfor di Libanon selatan.
Tiga tentara Libanon, seorang wartawan dari koran Libanon Al-Akhbar yang berbasis Beirut dan satu perwira senior Angkatan Darat Israel tewas dalam baku tembak. Hal ini juga menyebabkan cedera pada kedua belah pihak.
Presiden Libanon Michel Suleiman, Perdana Menteri Saad Hariri serta pejabat Iran dan Yordania juga telah menyuarakan kecaman mereka terhadap invasi tersebut.
Pemimpin Hizbullah selanjutnya memuji keberanian tentara Libanon melawan serangan, yang dianggap sebagai pelanggaran terhadap kedaulatan Libanon.
Dia mengatakan Tel Aviv berulang kali melanggar Resolusi1701 PBB , yang mengakhiri perang Israel pada tahun 2006 di Libanon, menyesali penolakan badan-badan internasional untuk menyelidiki insiden tersebut.
Sekitar 1.200 warga Libanon, sebagian besar warga sipil, tewas selama Perang 33 Hari. Militer Israel, bagaimanapun, disambut dengan perlawanan Hizbullah dan akhirnya terpaksa menarik mundur pasukannya tanpa mencapai salah satu tujuannya.
Nasrallah juga meminta pertanggung jawaban Israel atas pembunuhan mantan pemimpin negara itu Rafik Hariri, yang terbunuh bersama 22 orang lainnya dalam pemboman mobil di ibukota pada tanggal 14 Februari 2005.
"Saya menuduh Israel sebagai pelaku pembunuhan (mantan) Perdana Menteri Rafik Hariri dan ... saya akan membuktikan ini dengan membuka informasi yang sensitif pada sebuah konferensi pers pada hari Senin."
Sehubungan dengan serangan itu, Departemen Luar Negeri Mesir pada hari Selasa waktu setempat (3/7) menghubungi Amerika Serikat, Perancis dan PBB, menyerukan untuk segera melakukan intervensi untuk menghentikan serangan Israel di Libanon, kantor berita MENA melaporkan.
Mesir menyerukan kepada semua pihak untuk mengambil langkah untuk menekan Israel agar menahan diri dan berhenti meningkatkan situasi militer di Libanon selatan, kata laporan itu.
Mesir juga mendesak Israel untuk menghormati Resolusi 1701 Dewan Keamanan PBB dan menghentikan pelanggaran atas resolusi tersebut.
Di sebuah laporan terpisah, Presiden Syiria Bashar al-Assad mengatakan kepada Presiden Libanon Michel Suleiman dalam panggilan telepon bahwa Syiria akan berdiri di samping Libanon untuk melawan agresi "keji" yang diluncurkan oleh Israel di wilayah Libanon, sebuah sumber resmi mengatakan.
"Presiden al-Assad menilai bahwa agresi ini membuktikan sekali lagi bahwa Israel selalu berusaha untuk mengacaukan keamanan dan stabilitas di Libanon dan wilayah sekitarnya," kata sumber yang menolak untuk diidentifikasi.
Sumber itu menambahkan bahwa agresi tersebut mencerminkan keprihatinan Israel atas tanda-tanda stabilitas yang disaksikan di Libanon, mengatakan Syiria menuntut Perserikatan Bangsa-Bangsa dan masyarakat internasional untuk campur tangan untuk mengutuk dan menghentikan agresi Israel. (iw/pv/pp) www.suaramedia.com
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!