Selasa, 13 Jumadil Awwal 1446 H / 3 Agutus 2010 11:39 wib
2.179 views
Diusir Saudi, Pengungsi Somalia Kehilangan Arah
MOGADISHU (Berita SuaraMedia) – Warga negara Somalia yang dideportasi dari Arab Saudi baru-baru ini gagal melacak keluarga mereka di Mogadishu akibat seringnya berpindah-pindah tempat tinggal yang disebabkan oleh pertikaian antara pasukan pemerintah dan gerilyawan Islam.
Pemerintah Somalia mendesak Saudi untuk berhenti mendeportasi, mengatakan bahwa kondisi di negara itu tetap buruk tanpa ada penurunan konflik. Di bulan Mei, Badan Pengungsi PBB (UNHCR) mengatakan bahwa 4,000 warga Somalia telah dideportasi dari Arab Saudi dalam waktu satu tahun.
“Tidak seharusnya orang dideportasi ke Mogadishu karena itu berarti mengirim mereka ke situasi yang mematikan,” ujar Petugas Informasi UNHCR Roberto Russo pada kantor berita IRIN tanggal 26 Juli. Sebelumnya, 270 warga Somalia yang digambarkan oleh pemerintah Saudi sebagai imigran ilegal dipulangkan ke negara asalnya.
“Kami menyerukan pada otoritas Saudi untuk menampung atau memberikan pertolongan pada warga Somalia yang melarikan diri dari konflik seperti yang telah dilakukan oleh negara-negara tetangga lainnya,” ujar Mohamed Omar Dalha, Menteri Rehabilitasi dan Urusan Sosial Somalia.
Ali Sheikh Yassin, seorang petinggi di Asosiasi Hak Asasi Manusia Elman yang berbasis di Mogadishu, mengatakan , “Kami mendesak negara-negara seperti Arab Saudi, yang mampu menampung para pengungsi, untuk memperlakukan mereka dengan baik dan memberi mereka tempat berlindung dan keramahan. Kami tahu Saudi memiliki ekonomi yang lebih baik daripada Etiopia, Djibouti, dan Kenya, yang menerima para pengungsi Somalia. Bukan sebuah opsi yang bagus untuk dideportasi ke daerah konflik seperti Somalia. Otoritas Saudi harus mempertimbangkan kembali deportasi ini.”
Beberapa dari mereka yang dideportasi terdampar di Mogadishu setelah mereka tiba dan tidak bisa melacak keberadaan keluarga mereka.
“Saya bingung, saya tidak tahu mau pergi ke mana dari sini, saya dengar keluarga saya mengungsi ke kota Jowhar (90 km utara Mogadishu) dan saya bahkan tidak punya cukup uang untuk ongkos bus ke kota itu, saya tidak membawa apa-apa dari rumah saya di Saudi . Saya ditahan dan kemudian dikirim ke sini dengan tangan kosong,” ujar Omar Kuluu, salah satu pengungsi.
Pertikaian memaksa Kuluu melarikan diri dari rumahnya di distrik Wardhigley di Mogadishu. Dia baru tinggal di Saudi selama lima bulan ketika ditangkap.
Seorang imigran lainnya, Mustafa Nuriya, mencuci mobil di jalan-jalan Saudi setelah tiba di sana empat bulan lalu.
“Sekarang perjalanan saya terhenti di bandara, saya terus bertanya-tanya bagaimana bisa bertahan di kota yang terkena perang ini,” ujar Nuriye. “Seorang kerabat memberitahu bahwa keluarga saya melarikan diri ke Ellasha Biyaha (sebuah kamp IDP di selatan Mogadishu), saya harus mencari mereka. Satu-satunya masalah saya di sini adalah kekurangan makanan, saya sekarang kelaparan dan tidak punya uang. Saya berharap seseorang bisa membantu saya menjangkau keluarga saya secepat mungkin.”
Berjanji untuk berusaha kembali ke Saudi, Nuriye mengatakan, “Saya tidak berencana untuk menetap di sini, saya lebih baik mati di laut atau di bandara daripada tetap di sini, karena hampir mustahil untuk bertahan hidup. Tapi, saya tidak mau mati di sini, yang benar-benar saya inginkan adalah kedamaian dan pekerjaan. Bahkan jika saya tertangkap 100 kali, saya akan kembali ke Saudi suatu hari nanti.”
Madina Hassan, 20, yang pernah tinggal di Saudi selama satu tahun, mengatakan bahwa dulu dia bekerja sebagai pembantu rumah tangga sebelum kemudian ditangkap.
“Kami semua dikumpulkan dan ditaruh di dalam sel yang kami tinggal selama 20 hari sebelum direpatriasi,” ujarnya. “Kami punya banyak masalah di sel itu, yang lebih kuat merampas makanan dari mereka yang lemah.” Hassan berasal dari daerah Bondhere, Mogadishu. (rin/mo) www.suaramedia.com
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!