Rabu, 13 Jumadil Awwal 1446 H / 28 Juli 2010 10:27 wib
1.440 views
Berkembang Cepat, Pasar Halal Diincar Universitas Oxford
OXFORD (Berita SuaraMedia) – Sekolah Bisnis Saïd di Universitas Oxford akan menjadi tuan rumah sebuah konferensi besar pada Pasar Muslim global.
23 persen dari populasi dunia adalah Muslim. Dengan meningkatnya kekuasaan pembelian, dan kebiasaan konsumsi yang spesifik, para konsumen Muslim menyajikan sebuah suara yang kuat bahwa globalisasi dunia bisnis lebih memperhatikan hal tersebut, namun masih belum dengan sepenuhnya memahami hal tersebut.
Diperkirakan bahwa pasar untuk produk yang bersifat menurut Syariah baru-baru ini bernilai $2 triliun dan berkembang cepat. Sebagai negara-negara Muslim berkembang, terdapat keuntungan yang kuat dari perusahaan-perusahaan non-Muslim yang ingin memahami hal tersebbut, masuk ke dalam pasar besar tersebut yang menjangkau industri makanan dan minuman, kosmetik retail, kesehatan, farmasi, industri perjalanan dan pariwisata, dan industri logsitik di antara yang lain. Tantangan bagi mereka adalah bagaiamana melakukan hal tersebut.
Menjangkau pasar Muslim tidaklah mudah. Contohnya upaya-upaya KFC dalam menjalankan sebuah percobaan pembukaan 80 cabang halal di Inggris menghasilkan bermacam-macam reaksi. Beberapa Muslim menyambut dengan baik gerakan tersebut, terdapat pertanyaan seperti apakah ayam-ayam tersebut benar-benar halal.
Untuk perusahaan-perusahaan Islam tantangannya berbeda. Bagaimana bisa merek dagang Islami dibangun untuk pasar Muslim global? Contohnya, apakah sesuai untuk produsen keripik udang dari Brunei memiliki sebuah logo halal Brunei pada paket untuk menjamin pasar Muslim global masuk dan sukses? Jawabannya mungkin tidak. Secara universal tidak ada sistem akreditasi halal jadi perbedaan dalam standar kualitas antara negara-negara sering mencegah merek halal, akreditasi dalam sebuah negara individu, untuk memasuki pasar besar seperti Uni Eropa.
Malahan, Ogilvy & Mather's baru-baru ini meluncurkan praktik merek Islami, 'Ogilvy Noor', mengatakan masalah negara asal berkurang. Penelitian mereka baru-baru ini dibawakan dengan spesialis penelitian pasar, TNS menyoroti bahwa kesuksesan merek produk bergantung pada menjadi empatik terhadap kebutuhan konsumen Muslim melalui fokus penawaran dan komunikasi. Peringkat perusahaan Indeks Merek Ogilvy Noor menurut persepsi mereka mencapai aturan Syariah oleh konsumen. Indeks pertama dari jenisnya mengungkap bahwa organisasi global Nestle, Lipton dan Kraft semua muncul di peringkat lima besar, mengkonfirmasi penemuan mereka terhadap merek-merek tersebut yang konsisten dengan nilai-nilai inti dari merek Islami dengan baik. jadi di mana merek dagang Islami dan mengapa merek-merek tersebut tidak berjalan dengan baik?
Forum Pemasaran dan Merek Islami Global Oxford akan menyediakan pandangan ke dalam pemahaman terakhir dari pasar dan konsumen Muslim, strategi pasar apa yang sukses, tantangan-tantangan pasar apa untuk industri halal global, dan masa depan Keuangan Islami. Membawa bersama para pemimpin Muslim dan non-Muslim dan delegasi perusahaan-perusahaan dari Inggris, AS dan Timur Tengah, Asia Selatan dan Asia Tenggara akan mendapatkan kesempatan untuk membahas bagaimana mengembangkan perdagangan dan hubungan bisnis yang lebih baik dan untuk belajara dari satu sama lain tentang pasar.
Forum tersebut akan memasukkan para pembicara seperti Shaukat Aziz, mantan Perdana Menteri Pakistan Sir Iqbal Sacranie, pendiri Sekretaris Jenderal Dewan Muslim Inggris. (ppt/iqn) www.suaramedia.com
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!