Rabu, 13 Jumadil Awwal 1446 H / 21 Juli 2010 18:41 wib
1.977 views
Balas Pembantaian Flotilla, Hacker Turki Kepung Israel
TEL AVIV (Berita SuaraMedia) – Kian hari, ketegangan antara Turki dan Israel bertambah. Terakhir, ketegangan itu diperpanas oleh pembantaian yang dilakukan pasukan Komando Marinir Israel di atas kapal Turki yang membawa bantuan ke Gaza.
Karena geram, Turki pun menyerang Israel, meski itu hanya terjadi di dunia maya. Sejumlah perusahaan informasi keamanan terkemuka Israel diserang oleh sejumlah hacker asal Turki.
Para peretas asal Turki menyebarkan nama pengguna, alamat email dan kata kunci milik lebih dari 100.000 orang warga Israel. Yang dibobol termasuk banyak email dari perusahaan keuangan besar, kementerian, dan perusahaan penyimpan data. Situs kota Tel Aviv juga mendapat serangan lebih dari satu kali.
Banyak nama pengguna yang terkena saat para hacker menyerang Homeless.co.il, sebuah situs real estate. Mereka berusaha mendapatkan informasi pribadi warga Israel sejak peristiwa pembantaian Freedom Flotilla Mei lalu.
Informasi yang disediakan Homeless tidak memungkinkan para hacker melakukan sesuatu selain mendaftarkan apartemen palsu melalui iklan atas nama seseorang. Tapi, ada banyak orang yang menggunakan nama dan kata kunci yang sama untuk semua akun milik mereka, termasuk email, Facebook, dan layanan keuangan macam PayPal.
Dari sejumlah alamat Gmail, Hotmail, dan Yahoo, 17 di antaranya milik para karyawan Departemen Kehakiman, 10 di antaranya milik karyawan Bank of Israel, ada juga identitas milik sejumlah karyawan Kementerian Dalam Negeri, Kementerian Keuangan, dan aparat keamanan Israel.
Di sektor swasta, ada antara lima hingga sepuluh identitas karyawan dari perusahaan-perusahaan seperti Bank Happoaim, Harel Insurance, Clal Insurance, Bank Leumi, dan Leumi Card.
Banyak juga pekerja teknologi informasi yang ada dalam daftar tersebut: 54 di antaranya bekerja di perusahaan raksasa software Amdocs, 35 di antaranya di Comverse, 25 dari ECI Telecom, 24 dari HP, dan 23 asal Intel. Tak ketinggalan, ada juga nama perusahaan keamanan seperti NICE Systems (19) dan Check Point (9).
Juni lalu, para peretas Turki yang menamakan diri TurkSec membobol situs game online Travian.
Para hacker mem-posting foto seorang anak yang badannya dibungkus bendera Palestina dan menulis "Kalian tidak sendiri" di samping slogan-slogan mengecam Israel.
Setelah serangan Israel terhadap konvoi perdamaian pembawa bantuan Gaza, para hacker Turki memang meluncurkan kampanye penyerangan terhadap situs-situs pemerintahan, sosial, dan perbankan Israel.
Di situs yang telah diretas, mereka meninggalkan pesan yang menyebutkan bahwa aktivitas Israel patut dikecam dan mereka akan melanjutkan kampanye mereka. Para hacker Turki bertujuan menciptakan hantaman finansial terhadap Israel.
Januari lalu, sejumlah hacker Turki menyerang website surat kabar Yahudi berbendera Inggris, mengganti halaman utamanya dengan sebuah bendera Palestina, ujar editor surat kabar tersebut.
Para hacker pro-Palestina itu berhasil membobol website The Jewish Chronicle dan melakukan perombakan pada tampilannya.
Versi terbajak dari website itu, yang sempat tertangkap oleh Google, memperlihatkan sebuah bendera Palestina besar dengan latar belakang hitam. Dalam sebuah pesan yang dimasukkan dalam bahasa Inggris dan Turki, kelompok yang menyebut dirinya sebagai "Mujahid Palestina" itu mengutip beberapa ayat dari Al-Quran.
"Tidakkah kalian merasa malu telah memberikan toleransi terhadap kaum Yahudi yang merupakan aktor utama dalam perang dengan menjadi pembunuh anak-anak?" seperti itu bunyi sebagian pesan yang tertulis. "Tidakkah kalian merasa malu memberikan dukungan kepada vampir yang tidak peduli terhadap kehidupan manusia? Tidakkah kalian merasa malu menunjukkan rasa hormat kepada Yahudi yang menciptakan rasa balas dendam, kebencian, dan rivalitas antar manusia?"
Serangan di dunia maya itu tampaknya merupakan aksi unjuk rasa atas blokade Israel terhadap Jalur Gaza.
Staf surat kabar bertindak cepat dengan memberitahu bagian perbaikan yang segera mematikan website tersebut. The Jewish Chronicle tidak dapat diakses selama 18 jam sementara hal itu diselidiki. (dn/hz/yn/pa/sm) www.suaramedia.com
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!