Kamis, 24 Jumadil Awwal 1446 H / 8 Juli 2010 10:07 wib
1.536 views
Kekonyolan AS Selamatkan Muka Dari Profiling Muslim
NEW DELHI (Berita SuaraMedia) - Setelah pidatonya di Universitas Kairo banyak ahli kebijakan luar negeri mengklaim tidak seperti pemerintahan Bush, kepresidenan Obama di Amerika Serikat akan mengurangi profiling berdasarkan agama/rasial terhadap Muslim, tapi ketika kasus ahli biologi terkenal India Fayyaz Khudsar merupakan sesuatu yang perlu ditangani, tampaknya monster Amerika masih perlu banyak latihan.
Sehari setelah TwoCircles.net (TCN) memberitakan penolakan visa pada ahli biologi terkemuka India, Fayyaz Khudsar, oleh kedutaan Amerika Serikat, kedutaan membuat beberapa percobaan konyol untuk menyelamatkan muka mereka.
Tanggal 29 Juni pukul 9:32 pagi kedutaan mengirimkan email pada Khudsar, memintanya untuk menyerahkan verifikasi kantor polisi lokal dan kantor paspor regional. Kemudian pukul 16:30 di hari yang sama, kedutaan mengirimkan padanya email yang lain yang menyebutkan bahwa ia harus tahu bahwa ia diminta untuk menyerahkan dokumen yang disebutkan di atas.
Bereaksi terhadap perkembangan ini, Khudsar mengatakan pada kantor berita TCN bahwa "dua email dari kedutaan Amerika Serikat tersebut tidak lain hanya usaha putus asa untuk menyelamatkan muka. Semua orang tahu bahwa bagian verifikasi datangnya di awal aplikasi visa. Ini konyol, bahwa setelah melakukan wawancara dengan saya tiga kali dan memastikan saya bahwa saya akan mendapatkan visa secepatnya, mereka meminta verifikasi polisi."
Khudsar yang juga merupakan ilmuwan Muslim yang bertanggung jawab atas Yamuna Biological diversity Park yang berbasis di Delhi, mengatakan pada TwoCircles.net: "Saya diberi tiga kali wawancara di kedutaan Amerika Serikat setelah mereka meyakinkan saya hanya tinggal beberapa prosedur lagi untuk diselesaikan dan saya akan diberi visa sebelum tanggal keberangkatan saya, 1 Juni. Tapi saya tidak mendapatkannya sehingga saya terus menulis tentang mereka dan akhirnya tanggal 1 Juni saya meminta kedutaan Amerika Serikat mengembalikan paspor saya."
Keseluruhan episodenya sangat menyakitkan baginya yang jadwalnya sebulan penuh ini terganggu.
"Jika mereka tidak ingin memberikan visa pada saya, mereka semestinya menolak saya dari awal, itu akan lebih baik bagi saya tapi ini bukan hanya sangat menyakitkan dan memalukan tapi juga penyangkalan terhadap hak legal saya."
Sekarang ia memikirkan tindakan legal terhadap pemerintahan yang bersangkutan.
"Saya adalah pejuang seumur hidup saya. Saya berjuang untuk alasan lingkungan, sekarang saya akan berjuang untuk hak dan martabat saya. Pihak kedutaan tidak punya hak memperlakukan saya seperti ini dan saya akan melawannya."
Fayyaz, yang juga merupakan pemenang Carl Zeiss Wildlife Conservation Award 2008, bersama dengan tim berjumlah sepuluh orang ahli konservasi margasatwa lainnya, mendapat undangan dari institut Smithsonian bergengsi yang berbasis di Virginia untuk menghadiri program pelatihan dua minggu untuk konservasi macan di institut tersebut, mulai tanggal 1-15 Juni 2010. Sementara anggota tim yang lain pergi dan menghadiri program yang dijadwalkan, ia tidak dapat pergi karena ia tidak mendapatkan visanya sebelum tanggal 1 Juni tanggal resmi dimulainya program tersebut.
TCN harus tahu bahwa dia adalah satu-satunya anggota beragama Muslim dalam timnya. Sementara anggota tim yang lain mendapatkan visanya dalam dua hari, visanya ditolak tanpa penjelasan; dan setelah satu bulan 24 hari ia diminta untuk menyerahkan dokumen verifikasi polisi.
Walaupun Khudsar tidak ingin menekankan identitas agamanya dan takut kontroversi yang mungkin terjadi, berbicara dengan wartawan ini, dari awal kejadian ini, ia dengan cepat menolak segala kemungkinan profiling agama dan untuk berada di sisi aman, tapi malah dituduh profiling rasial. Ia mengatakan pada agensi berita TwoCircles.net bahwa ia menggarisbawahi: "Saya tidak ingin menekankan pada identitas agama saya tapi tampaknya ada sesuatu di nama saya yang karena itu pengajuan visa saya ditolak. Saya akan langsung menyebutnya profiling agama kalau tidak tampaknya tidak ada alasan kenapa saya tidak diberi visa Amerika. Jika sesuatu sekonyol ini bisa terjadi pada saya maka apa yang akan terjadi pada orang biasa lainnya?"
Tapi siapapun dapat mengatakannya, kalau ini bukan kasus profiling rasial, sepuluh anggota timnya yang lain tidak akan mendapatkan visa hanya dalam dua hari setelah pengajuan mereka.
Jadi tidak sulit untuk menyimpulkan bahwa, cara kedutaan Amerika Serikat menangani keseluruhan kasus, menandakan profiling agama.
Terkejut karena kesalahan di saat terakhir ini dia juga menulis surat pada duta besar Amerika Serikat untuk menanyakan "di bawah situasi apa saya ditolak mendapat visa?". Ia meneruskan surat itu ke banyak menteri India dan pemerintah seperti menteri urusan luar negeri, lingkungan dan masalah minoritas selain direktur, Institut Margasatwa India. Tapi hanya Menteri Serikat Lingkungan Jairam Ramesh yang menanggapi kasus ini dengan serius dan menulis surat pada duta besar Amerika Serikat untuk memperhatikan persoalan ini.
Khudsar, yang terkenal karena usaha peloporannya dalam pengembangan Cagar Alam Margasatwa Kuno untuk Program Pengenalan Kembali Singa Asia terpilih disamping sepuluh ahli konservasi terkenal lainnya untuk program pelatihan ini yang diselenggarakan oleh Institut Margasatwa India dan Institut Smithsonian, Virginia. (raz/mn/tcn) www.suaramedia.com
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!