Senin, 13 Jumadil Awwal 1446 H / 21 Juni 2010 10:43 wib
2.287 views
Tertekan Irak, Militer AS Gelar Kampanye Anti-Bunuh Diri
DENVER (Berita SuaraMedia) - Spc. Joseph Sanders putus asa setelah kegagalan pernikahannya dan merasa kesepian di bawah tekanan panasnya musim panas di Irak ketika mengarahkan senapannya ke dirinya sendiri dan menarik pelatuknya.
Tak ada yang terjadi. Temannya, Spc. Albert Godding, sudah melumpuhkan senjata itu dengan melepaskan pin tembakan setelah Sander mengatakan padanya dia berpikir untuk bunuh diri.
Itu hanya satu hal tapi merupakan sambutan kemenangan dalam perang Angkatan Bersenjata melawan bunuh diri, yang tahun lalu menewaskan nyawa 163 tentara yang aktif bertugas dan 82 tentara penjaga dan cadangan yang tidak aktif.
Tahun 2008, Kongres memerintahkan Departemen Pertahanan untuk mempelajari cara menangani permasalahan itu, dan Angkatan Bersenjata memulai satuan tugasnya tahun lalu setelah berita mengkhawatirkann tentang bunuh diri di bulan Januari dan Februari.
Angkatan Bersenjata juga meluncurkan kampanye untuk mengajari para tentara bagaimana mengenali tanda peringatan bunuh diri dan apa yang harus dilakukan terhadap tanda itu. Godding memberikan pujian bahwa pelatihan itu membuatnya sadar tentang bahaya yang dialami Sander.
"Saya hanya bertindak seperti perang bor," ujar Godding. "Seperti memori otot, Anda tahu?"
Godding, yang sekarang ditempatkan di Fort Carson, Colorado, dan Sanders di Fort Polk, Lousiana, menceritakan kisah mereka lewat wawancara telepon setelah Godding menerima Meritorious Service Medal karena menyelamatkan nyawa Sanders.
Dua tentara itu bersama-sama ada di Irak dengan baterai artileri Divisi Gunung kesepuluh di tahun 2008 ketika istri Sanders mengatakan ia ingin bercerai, ujar Sanders.
"Saat itu pertengahan penyebaran. Keadaan sangat sibuk waktu itu, suhunya meningkat," ujar Sanders. "Saya inginnya menelepon dia untuk melepas lelah. Dia satu-satunya orang yang aku punya untuk diajak bicara. Dia malah mengucapkan selamat tinggal."
Sander menceritakannya pada Godding. Godding juga memperhatikan Sanders menarik diri dari teman-temannya, dan dia ingat Sanders menceritakan padanya secara rinci tentang cara-cara dia bisa mencabut nyawanya sendiri.
Satu malam di bulan Agustus, saat mereka berada di basis operasi depan di Baghdad untuk beristirahat dan memasok ulang, Godding menjadi cukup perhatian untuk membuang pin tembakan dari senapan Sanders. Keesokan paginya, Sanders mencoba menembak dirinya sendiri, dia mengatakan, tapi senapannya tidak berfungsi.
Awalnya dia terkejut, seolah-olah seseorang menyiramkan air dingin padanya. Kemudian dia menjadi "mode tentara", membongkar senjatanya untuk melihat apa yang salah, dan dia menemukan pin tembakannya hilang.
"Hal itu sangat mengejutkanku, 'Wow, apa yang barusan akan kulakukan?'" ujar Sander.
Kemudian ia merasa lega bercampur marah karena dia masih dalam luka emosionalnya dan masih harus menyelesaikan penyebaran yang melelahkan. "Saya berada dalam kerusakan emosional. Air mata mengalir di mata saya," ujarnya.
Godding masuk, dan Sander bertanya padanya, "Dimana pin tembakanku?"
Godding memberitahu seorang medis untuk membawa Sanders ke pusat stress perang di pos mereka sementara Godding memberitahu komandannya.
"Merasa lebih baik itu butuh waktu," ujar Sanders. "Saya percaya saya punya banyak hal untuk dibicarakan dengan spesialis kesehatan mental secepatnya."
Sanders sudah setuju untuk muncul di video kampanye pencegahan bunuh diri Angkatan Bersenjata mendatang, ujar Kolonel Chris Philbrick, direktur Satuan Tugas Pencegahan Bunuh Diri Angkatan Bersenjata.
Philbrick mengatakan ia belum memiliki data statistik untuk menunjukkan apakah kampanye itu berhasil. 245 anggota tentara yang bunuh diri di tahun 2009 nyaris 20 persen lebih banyak dibanding jumlah 197 orang di tahun 2008. per akhir Mei tahun ini, Angkatan Bersenjata hanya mendapat tiga kasus bunuh diri lebih sedikit dibanding periode yang sama di tahun 2009, ujar Philbrick.
Bonnie Carrol, anggota satuan tugas bunuh diri Departemen Pertahanan, melihat tanda upaya pendidikan itu meningkat.
"Yang kami lihat adalah perubahan kultural dalam cara anggota militer dilatih saat ini," ujar Carrol, pendiri dan pemimpin Program Asistensi Tragedi bagi Korban Selamat, atau TAPS, yang bekerja dengan anggota keluarga militer yang meninggal dalam tugas.
Dia mengutip sesi latihan terbaru bagi anggota Angkatan Laut yang dia saksikan.
"Mereka bahkan mengatakan ini bukan 'jika', tapi 'kapan' Anda akan berada di tempat yang sulit dan memilki penyelesaian yang sulit, Anda akan beralih pada teman Anda" atau orang lain, ujar Carrol.
Mike Bowman, yang anaknya, Tim, bunuh diri sekitar delapan bulan setelah kembali dari Irak bersama Pasukan Nasional Illinois di tahun 2005, juga melihat ada perubahan dalam pendekatan Militer.
"Di suatu tempat mereka menyembunyikan kepala mereka di bawah pasir dari mengatakan, 'Kami punya masalah dan kami harus terbuka soal itu,'" ujar Bowman dari Forreston, Illinois.
Bowman mengatakan dia bertempur dalam perang yang panjang dan membuat frustasi untuk membuat Angkatan Bersenjata memberikan perhatian lebih pada kesehatan mental Penjaga seperti anaknya, dan akhirnya terbayar sudah, dengan pelatihan dan evaluasi yang lebih baik di akhir penyebaran.
Kim Ruocco, yang suaminya seorang Angkatan Laut, John, membunuh dirinya di tahun 2005 setelah kembali dari Irak, mengatakan program saat ini mestinya bisa menolong suaminya.
Mencari bantuan untuk kesehatan mental seseorang dilihat sebagai kelemahan saat itu, kata Ruocco, dan orang-orang seperti suaminya, seorang mayor dan pilot, takut kehilangan kepercayaan teman-temannya dalam situasi antara hidup dan mati.
"Mereka harus mempercayai satu sama lain dengan nyawa mereka," ujar Ruocco, yang sekarang menjadi direktur pendidikan bunuh diri dan bantuan untuk TAPS. "Dia takut seseorang akan menjatuhkannya jika dia membuat kesalahan yang akan menyakiti seseorang."
Sanders mengatkan dia khawatir akan dicela, tapi itu tidak terjadi. Dia dipromosikan ke tingkat kopral dan mengharapkan promosi lain ke tingkat sersan.
"Saya tidak pernah mendengar, 'Kamu lemah' atau kata-kata semacam itu. Jika ada, yang saya dengar 'Kamu lebih kuat karena berani tampil.' saya tidak pernah menjabat tangan sebanyak itu dalam hidup saya," ujarnya. (raz/msn) www.suaramedia.com
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!