Kamis, 13 Jumadil Awwal 1446 H / 10 Juni 2010 10:13 wib
2.301 views
''Penculikan Ilmuwan Nuklir, Upaya Israel-AS Gulingkan Rezim Iran''
NEW YORK CITY (Berita SuaraMedia) –Iran mengklaim bahwa ilmuwan nuklirnya yang "menghilang" beberapa waktu lalu diculik dan dibawa ke Amerika Serikat oleh CIA. Shahram Amiri menghilang ketika tengah dalam perjalanan umrah ke Arab Saudi pada Juni 2009. Kala itu, media AS melaporkan bahwa Amiri telah membelot kepada AS dan membantu CIA untuk menggagalkan ambisi nuklir Iran. Sementara Iran mengatakan bahwa Amiri diculik AS dan tinggal di negara bagian Arizona.
"Mungkin saja kedua (kabar) itu sama-sama memiliki unsur kebenaran," kata pensiunan agen CIA dan aktivis politik Raymond McGovern.
Dalam rekaman video tersebut, Amiri menyatakan bahagia di Arizona, tapi ada pula yang mengatakan dia disiksa. Di masa lalu, CIA pernah dinyatakan bersalah atas kasus penculikan orang.
McGovern mengatakan AS mungkin saja melakukan langkah semacam itu demi mempelajari program nuklir Iran.
"Iran telah menghentikan pengerjaan hulu ledak nuklir yang menjadi bagian dari programnya. Kapan? Pada musim gugur 2003. Tidak ada yang mengubah perkiraan tersebut," kata McGovern.
McGovern mengatakan bahwa kesepakatan pertukaran bahan bakar nuklir yang diperantarai Turki dan Brazil seharusnya sudah bisa memuaskan Israel dan Amerika Serikat. Pengurangan uranium di Iran memperkecil ancaman senjata macam apa pun, tapi, tetap saja dua sekutu tersebut menginginkan sanksi.
"Itu memperlihatkan keinginan yang arogan, bukan kekhawatiran kita akan senjata nuklir, tapi kengototan kami untuk melakukan perubahan rezim. Pada masa aktif saya, hal itu disebut penggulingan pemerintahan, khususnya pemerintahan para Mullah dan Ahmadinejad," kata McGovern.
Meski sejarah menunjukkan bahwa AS telah menggunakan taktik-taktik semacam itu, ada banyak kalangan di AS yang tidak percaya bahwa CIA atau pemerintah AS secara umum memilih unuk menculik orang dan membawanya ke AS. Menurut McGovern, mereka tidak memperhatikan informasi yang tersedia bagi mereka.
"Sebagian besar warga Amerika mendapatkan informasi dari yang kita sebut media mainstream. Saya menyebutnya organisasi media budak karena saluran televisi dan situs-situs tersebut dikendalikan. Setelah mendapatkan informasi dari media-media tersebut, warga AS sudah merasa mendapatkan informasi yang benar. Jika Anda menghabiskan malam dengan menonton Fox News, Anda tidak mendapat informasi," kata McGovern.
McGovern mengatakan masyarakat harus memanfaatkan alat-alat yang ada dan mendapatkan lebih banyak sumber informasi di internet, bukannya menelan mentah-mentah berita standar dari pers mainstream.
Amiri, jika terbukti berada di AS dan dijaga CIA, kemungkinan akan diberikan identitas baru, perlindungan, dan kehidupan baru. Pada akhirnya dia akan memilih untuk menyeberang kembali ke Iran, tambah McGovern.
McGovern yakin Amiri kemungkinan diculik dan dipenjarakan oleh CIA. Akan tetapi, ia juga menduga Amiri mungkin bekerjasama atas keinginan sendiri dan mungkin memiliki informasi mengenai kelanjutan atau upaya mengawali lagi program senjata nuklir.
"Bukan senjata nuklir Iran atau AS yang diinginkan Israel. Yang mereka inginkan adalah perubahan rezim. Mereka berharap dapat melakukannya melalui sanksi, dan jika itu gagal, melalui aksi militer. Kita harus waspada dengan itu karena ada rezim bersenjata nuklir yang keras dan tidak dapat diprediksi di Timur Tengah saat ini. Rezim itu bukan Iran melainkan Israel," pungkas McGovern.
Maret lalu, dilaporkan bahwa pendukung oposisi Iran di luar negeri sedang didesak untuk bersatu dalam sebuah gerakan Green Wave baru untuk bekerja ke arah yang akan menggulingkan rezim Islam yang terbagi di Teheran.
Amir Jahanchahi, pengusaha Iran yang diasingkan, hari ini menyerukan untuk menyatukan bangsanya dan bertindak lebih tegas, menyatakan bahwa unsur-unsur dari Pengawal Revolusi dapat dibujuk untuk berbalik melawan presiden, Mahmoud Ahmadinejad.
"Pihak oposisi tidak bisa memimpin jalan menuju kemenangan," kata Jahanchahi dalam sebuah wawancara pada hari libur malam tahun baru Iran. "Para pemimpin tidak siap untuk menerima perubahan rezim penuh. Rakyat Iran siap untuk menerima kebenaran bahwa rezim ini tidak akan berubah oleh revolusi beludru. Ini harus diubah dengan kekerasan." (dn/rt/sm) www.suaramedia.com
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!