Selasa, 13 Jumadil Awwal 1446 H / 8 Juni 2010 08:49 wib
2.093 views
Media Inggris Bongkar Dusta Mesin Publikasi Israel
TEL AVIV (Berita SuaraMedia) – Harian Inggris Guardian menyebutkan bahwa mesin publikasi Israel telah memenangkan pertempuran media mengenai pembantaian armada kemanusiaan Gaza.
Media-media non-Israel menggambarkan kejadian pembantaian di atas kapal Mavi Marmara Senin pekan lalu merupakan bencana besar, mesin-mesin propaganda Israel secara efektif telah mendominasi dan mengontrol pemberitaan mengenai Freedom Flotilla.
Artikel tersebut merupakan salah satu dari sejumlah berita yang dikumpulkan Direktorat Informasi Nasional dan dikirimkan kepada para wartawan untuk memerangi kegagalan diplomasi publik.
"Dalam sebuah operasi yang mengingatkan kembali pada minggu pertama pembantaian Gaza pada musim dingin 2008-2009, mesin humas Israel telah berhasil membelokkan kantor berita besar agar berfokus pada kejadian versi Israel dan menggunakan arahan Israel selama 48 jam," tulis Anthony Lerman di Guardian.
"Penggambaran peristiwa versi Israel sering kali tidak kritis," tulis Lerman. "Ketidakseimbangan berita mungkin sebagian teratasi, tapi penceritaan kejadian versi Israel dan pemaparan argumen legal untuk membenarkan tindakan Israel terus menjajah ranah media secara signifikan."
Koresponden surat kabar tersebut, Donald Macintyre, menuliskan bagaimana IDF menjauhkan para wartawan dari para penumpang kapal. Juga digambarkan bagaimana para pejabat Israel menyebar di antara para wartawan dan membeberkan kabar kejadian versi mereka sendiri. Hal itu diperkuat degan analisis dan penjelasan para politisi serta analis dalam tayangan langsung televisi sepanjang hari, dan pada sore harinya ada rekaman film hitam putih yang dikeluarkan IDF yang menggambarkan pasukan komando Marinir mendarat di atas kapal Mavi Marmara.
Sesaat setelah pasukan komando mendarat di atas Mavi Marmara, kapal Turki yang mengangkut lebih dari 600 aktivis, tayangan langsung satelit dari kapal itu diputus. Sejak saat itu, Israel mengendalikan penuh "bukti" macam apa saja yang bisa dipublikasikan.
Rekaman video mengenai kejadian tersebut dari para jurnalis di atas kapal tersedia dari sumber-sumber seperti Al Jazeera dan IHH (Yayasan Kebebasan, HAM, dan bantuan kemanusiaan Turki), tapi gambarnya membingungkan, tampak banyak penumpang yang terluka parah, tapi tidak mungkin mengetahui bagaimana mereka bisa mengalami luka tersebut.
Yang disaksikan seluruh dunia setelah itu adalah video editan yang direkam Israel atau video lain yang direkam para aktivis, namun disita oleh Israel lalu diedit sedemikian rupa dan disebarkan melalui sumber-sumber Israel.
Macintyre menuliskan bahwa paparan peristiwa versi Israel akan diruntuhkan oleh investigasi independen, tapi se;a,a satu hari Israel bertindak efektif dengan menebarkan bantahan media dan melakukan serangan balik dengan cepat.
Harian Minggu Inggris, The Observer, mendedikasikan sebuah kolom untuk juru bicara Perdana Menteri Benjamin Netanyahu, Mark Regev, yang diberi julukan humas pemerintah Israel oleh Ruth Sunderland.
"Jika orang-orang dari Mars ingin menciptakan pakar pencitraan, mereka akan membuat robot yang meniru Regev," tulisnya. "Betapa pun hebatnya sang pewawancara, atau seagresif apa pun pertanyaannya, dia tidak pernah jatuh di bawah tekanan. Aksen Australianya yang memperdaya dan kesopanan yang terus dilontarkan, ia menyebut pewawancara 'pak' dan menggunakan kata-kata seperti 'saya ingin mengungkapkan ketidaksetujuan,' seolah membius sang pendengar sehingga melupakan serangannya."
Para juru bicara Israel menyebut tindakan para aktivis di atas kapal sebagai "serangan teroris oleh para simpatisan al-Qaeda," menggunakan tongkat, pisau, dan senjata untuk "menyerang" pasukan komando yang melakukan operasi "damai dan legal."
Para aktivis yang menyaksikan apa yang terjadi diputus komunikasinya, sehingga bukti rekaman sekecil apa pun dapat disita.
Tentu saja media tidak bertanggung jawab atas serangan Israel yang terus berlanjut bahkan setelah para aktivis ditahan di pelabuhan Ashdod dan dideportasi, tapi seharusnya ada lebih banyak sorotan terhadap ketimpangan sumber media yang dijadikan rujukan informasi. Bahkan setelah bukti pertama disiarkan, validitasnya diragukan karena saksi yang diwawancarai hanya disebut "aktivis," atau "pro-Palestina." Click Video (dn/jp/gd) www.suaramedia.com
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!