Rabu, 6 Jumadil Awwal 1446 H / 12 Mei 2010 09:58 wib
2.504 views
''2014, Peluru Kendali Iran Jangkau Eropa Barat''
LONDON (Berita SuaraMedia) – Iran dapat menjadikan Eropa Barat sebagai sasaran tembak peluru kendali pada tahun 2014, namun diperlukan waktu dua kali lebih lama sebelum Iran dapat menembak Amerika Serikat, kata para pakar dalam sebuah laporan.
Masih satu dekade lebih sebelum Teheran dapat mengembangkan peluru kendali yang mampu menjangkau pantai timur AS, kata Institut Internasional Studi Strategis (IISS) dalam sebuah laporan yang mengupas kemampuan peluru kendali balistik Iran.
Kelompok yang berbasis di London tersebut mengatakan, Iran menunjukkan “langkah kuat” dalam mengembangkan peluru kendali balistik yang disertai upaya negara tersebut mengembangkan kemampuan nuklir.
“Dua program itu tampaknya saling berkaitan, dengan tujuan utama mendapatkan kemampuan menembakkan hulu ledak nuklir di luar perbatasan (Iran),” kata kelompok tersebut.
“Peluru kendali balistik Iran dapat dipergunakan untuk melancarkan kampanye teror di Timur Tengah,” tambah kelompok tersebut, “Meski akurasi peluru kendali (Iran) saat ini terlalu rendah untuk dapat menghancurkan aktivitas militer negara lain.”
Meski Iran sama dengan Korea Utara dalam hal pengembangan kemampuan peluru kendali, Teheran kini melampaui Pyongyang dalam hal kemampuan teknis, kata para pakar IISS.
Amerika Serikat dan Eropa telah sejak lama menuding Iran berusaha mengembangkan senjata berusaha mengembangkan senjata nuklir dengan kedok program energi nuklir sipil, sebuah tudingan yang dibantah Teheran.
“Biasanya, program uji penerbangan untuk peluru kendali berbahan bakar nuklir membutuhkan waktu di atas empat tahun,” tulis laporan tersebut.
“Agar yakin benar, diperlukan puluhan kali uji penerbangan lagi. Oleh karena itu, Iran kemungkinan tidak akan bisa merakit peluru kendali berbagan bakar cair yang mampu menarget Eropa Barat sebelum 2014 atau 2015.”
“Skenario terburuk” yang diproyeksikan pada akhir abad ini, mengenai kemampuan Iran menjadikan Amerika Serikat sebagai sasaran dalam lima tahun masih belum terwujud, kata studi tersebut.
Akan tetapi, “Logika dan sejarah upaya pengembangan sertaa evolusi peluru kendali dan peluncuran luar angkasa Iran memperlihatkan bahwa Teheran dapat mengembangkan dan menembakkan peluru kendali jarak menengah sebelum memulai program pengembangan peluru kendali balistik (ICBM) yang mampu menjangkau pantai timur Amerika, 9.000 kilometer dari Iran.”
“Oleh karena itu, cukup masuk akal untuk menyimpulkan bahwa ICBM yang masih dikhayalkan, masih perlu dikembangkan selama satu dekade ke depan.”
Peluncuran program luar angkasa Iran menjadi “bukti nyata demonstrasi,” tidak memperlihatkan nilai strategis di balik simbolisme, kata laporan tersebut.
IISS memperkirakan bahwa Iran memiliki sekitar 200 hingga 300 peluru kendali Shahab 1 dan 2 yang mampu menjangkau target-target di negara tetangga.
“Peluru kendali balistik Iran dapat dipergunakan sebagai senjata politik untuk melancarkan kampanye teror terhadap kota-kota yang menjadi musuh Iran, utamanya di kawasan Timur Tengah,” tambah laporan tersebut.
“Meski serangan semacam itu mungkin saja memicu rasa takut, perkiraan jumlah korban yang ditimbulkan cukup rendah, mungkin kurang dari beberapa ratus, bahkan dengan asumsi bahwa Iran menembakkan seluruh cadangan peluru kendalinya dan mayoritas hulu ledak nuklirnya mampu menembus pertahanan peluru kendali.
“Kegunaan militer dari peluru kendali balistik Iran amat terbatas karena akurasi (peluru kendali Iran) rendah. Rudal-rudal mereka mungkin tidak mampu menutup aktivitas militer penting (negara lain).”
Awal April lalu, Departemen Pertahanan AS membantah bahwa militer negeri Paman Sam tersebut telah melakukan uji coba penembakan peluru kendali balistik yang mampu memuat hulu ledak nuklir dalam sebuah latihan pertahanan gabungan dengan Arab Saudi.
Penyangkalan tersebut dilontarkan setelah sejumlah pemberitaan mengutip ucapan seorang pejabat militer AS yang tidak bersedia menyebutkan namanya dan mengatakan bahwa ada peluru kendali Trident yang diluncurkan dari Arab Saudi.
Menteri Pertahanan AS Robert Gates membahas mengenai penambahan kekuatan pertahanan dan udara Arab Saudi dalam sebuah kunjungan ke negara kerajaan tersebut pada bulan Maret lalu.
Robert Gates juga mengatakan bahwa upaya diplomatik pemerintahan Obama dengan Iran tidak membuahkan hasil, dan Gates meminta bantuan dan pengaruh Arab Saudi untuk memenangkan dukungan terhadap sanksi ekonomi Iran. Gates meminta Arab Saudi membujuk China, pelanggan minyak terbesar kerajaan tersebut agar bersedia mendukung sanksi tersebut. (dn/af/sm) www.suaramedia.com
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!