Selasa, 7 Jumadil Awwal 1446 H / 27 April 2010 09:22 wib
3.137 views
Lacak ''Teroris'' Lokal, Drone Rahasia AS Hantui Langit Inggris
LONDON (Berita SuaraMedia) – Pesawat mata-mata tanpa awak AS dalam waktu dekat akan terbang melintasi langit kota-kota Inggris untuk mencari jaringan “teroris” tersembunyi, demikian diungkapkan dalam laporan berita media-media Inggris.
Surat kabar The Sunday Mail menyebutkan mengenai drone rahasia AS yang digunakan di Pakistan dan Afghanistan untuk melacak gerilyawan al-Qaeda dan Taliban dalam waktu dekat dapat mengangkasa di Inggris untuk mencari jaringan “teroris” tersembunyi.
Surat kabar tersebut mengemukakan bahwa pesawat mata-mata AS dengan jenis Global Hawk (Elang Global) dan berharga 23 juta poundsterling tersebut tidak dijual pada negara-negara asing, namun Washington menunjukkan komitmennya terhadap Inggris dan para penduduknya.
Langkah kontroversial tersebut memungkinkan MI5 dan GCHQ, badan intelijen pemerintah, untuk melakukan operasi pengintaian dari atas langit Inggris.
Namun, kebijakan pemerintah AS untuk tidak menjual pesawat tersebut diam-diam berubah dan Inggris kini tengah bernegosiasi untuk membeli drone tersebut. AS bersedia mendukung patroli Inggris setelah terjadi serangkaian serangan yang mengancam warga negara AS dan Inggris.
Termasuk sebuah upaya tahun 2006 untuk meledakkan bom cair di dalam sebuah pesawat yang terbang dari Inggris menuju AS. Tidak diketahui ada berapa banyak drone yang diinginkan Inggris dari pabrikan Northtrop Grumman, namun awal tahun ini, seorang pejabat bagian pembelian Kementerian Pertahanan Inggris mengunjungi Pentagon untuk memulai negosiasi.
Inggris tidak perlu menggunakan drone-drone tersebut di Afghanistan dan Pakistan karena cakupan pengamanan udara AS sudah meliputi kawasan tersebut. Pesawat-pesawat tersebut justru akan dipergunakan untuk melakukan pengintaian domestik.
Drone-drone tersebut juga dipergunakan Angkatan Laut AS di wilayah Karibia dan lepas pantai Florida untuk memerangi penyelundupan obat terlatang. Di Inggris, MI5 dan GCHQ telah menggunakan tiga pesawat yang berbasis di Pangkalan Udara Northolt di London Barat Laut untuk memata-matai para penduduk.
Tiga pesawat Britten-Norman Islander dijejali dengan perlengkapan mata-mata canggih. Pesawat-pesawat tersebut dipergunakan untuk melacak “jaringan teror” dan melacak mantan veteran perang Afghanistan yang mungkin kembali ke Inggris.
Pesawat tersebut mampu mengidentifikasi tersangka dengan melacak “jejak suara” gerilyawan dengan aksen Inggris yang datanya diambil dari pesawat mata-mata yang memonitor sinyal radio Taliban di Afghanistan.
Yang menjadi ganjalan adalah perizinan dari Otoritas Penerbangan Sipil (CAA) untuk menerbangkan drone-drone tersebut di wilayah udara Inggris.
Meski CAA memberikan izin pada Kementerian Pertahanan untuk menerbangkan drone di beberapa bagian Wales awal bulan ini, namun hal itu dilarang berbentrokan dengan penerbangan umum karena kekhawatiran keselamatan.
Akan tetapi, drone Global Hawk belakangan menjadi drone pertama yang mendapatkan sertifikasi dari Otoritas Penerbangan Federal AS untuk dipergunakan dalam penerbangan sipil tanpa pemberitahuan lebih dahulu.
Drone tersebut dapat tetap mengangkasa selama 30 jam tanpa harus mengisi bahan bakar.
Kemarin malam, sejumlah sumber di Kementerian Pertahanan Inggris mengatakan bahwa Global Hawk dipersiapkan untuk tujuan militer, namun keputusan apa pun untuk membeli drone tersebut akan sepenuhnya bergantung pada pendanaan.
Sedang CIA, agen rahasia AS, sebelumnya mengatakan bahwa mereka akan menggunakan drone dan misil dengan ukuran yang lebih kecil untuk menekan jumlah kematian warga sipil di Afghanistan dan Pakistan.
Menurut para narasumber AS dan Pakistan, perbaikan teknologi tersebut berhasil mewujudkan operasi yang lebih akurat, dan dengan demikian kericuhan publik yang timbul pun menjadi lebih kecil. Pemerintah Pakistan telah mentoleransi serangan-serangan udara yang menewaskan ratusan tersangka perusuh sejak awal tahun 2009. Walau demikian, dukungan pemerintah Pakistan tersebut tidaklah kuat. Sewaktu-waktu, pemerintah Pakistan dapat menarik kembali dukungannya. Demikian keterangan para pejabat AS dan Pakistan.
CIA tidak bersedia membahas secara terbuka operasi klandestinnya di Pakistan. Juru bicara CIA tidak berkomentar apa pun tentang jenis senjata yang digunakan oleh CIA. Namun, menurut keterangan dua orang petugas konraterorisme dalam sebuah wawancara, perubahan teknologi dan taktik telah berhasil menekan jumlah korban tewas di kalangan sipil menjadi sangat rendah.
Identitas kedua narasumber tersebut, bersama dengan para petugas AS dan Pakistan, dirahasiakan mengingat kerahasiaan dan kontroversi kampanye serangan udara.
CIA menggunakan misil Hellfire berbobot 100 pond yang ditembakkan dari pesawat Predator yang dikendalikan dari jarak jauh. Misil tersebut pada awalnya ditujukan bagi para militan yang umumya berada di daerah pedesaan. Namun, menurut para pejabat, senjata-senjata yang lebih ringan dan pesawat pengintai mini telah memungkinkan terlaksananya serangan yang menewaskan di daerah perkotaan. (dn/im/dm/sm) www.suaramedia.com
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!