Rabu, 13 Jumadil Awwal 1446 H / 7 April 2010 09:16 wib
1.665 views
Hamas Peringatkan Soal Skema Penghancuran Generasi Muda Palestina
GAZA (SuaraMedia News) – Gerakan perlawanan Islam Hamas mengatakan bahwa sejak pemerintah Perdana Menteri Salam Fayyad dan Presiden Mahmoud Abbas berkuasa di Tepi Barat, universitas-universitas Palestina masuk dalam pengawasan musuh.
Zionis dan Amerika Serikat berniat untuk membunuh dan mengubur semangat gerakan perlawanan dalam hati dan pikiran generasi penerus Palestina, yaitu para mahasiswa universitas.
Gerakan tersebut mengomentari mengenai meningkatnya ketegangan di Universitas Nasional An-Najah, yang membuat para petinggi universitas dievakuasi dan diungsikan dari kampus untuk mengendalikan bentrokan yang pecah antara mahasiswa dan para pemimpin dan anggota gerakan pemuda Fatah.
Sebuah perdebatan di situs jejaring sosial Facebook berubah menjadi buruk setelah para mahasiswa Universitas An-Najah terlibat bentrok satu sama lain dan mengakibatkan puluhan orang terluka.
Setelah berdebat di situs tersebut, mahasiswa An-Najah di Tepi Barat mengeluarkan rantai dan tongkat besi dan mulai terlibat tawuran pada hari Minggu lalu.
Banyak di antara mereka harus dirawat di rumah sakit, kata para polisi seperti dikutip oleh RIA Novosti pada hari Selasa.
Kantor berita Palestina, Ma’an, menyebutkan bahwa seisi kampus dievakuasi dan keamanan kampus didatangkan.
Bentrokan tersebut awalnya dipicu oleh perdebatan panas antara para mahasiswa minggu lalu, namun perdebatan tersebut mereda.
Akan tetapi, argumen kembali mengemuka dan meluas menjadi bentrokan pada hari Minggu. Beberapa orang mahasiswa mengalami luka memar dalam insiden tersebut, kata Makram Daraghma, ketua Senat mahasiswa An-Najah.
Dalam sebuah pernyataan, Hamas menyebutkan: “Tidak diikutsertakannya blok Islam dan pembekuan aktivitas mereka, ditambah dengan penculikan putra putri serta para pemimpinnya oleh kelompok-kelompok Abbas dan Israel merupakan bagian dari skema kotor. Blok Islam adalah baris pertahanan universitas. Dan jika pertahanan itu tidak ada, maka akan ada banyak penyalahgunaan di universitas.
Hamas menambahkan, “Ada kekhawatiran mengenai upaya membuat lupa budaya tanah tumpah darah di kalangan mahasiswa yang turut berperan dalam Intifada sebelunya, di mana ada ratusan orang martir dan ribuan tahanan yang saat berjuang dapat mengancam para penjajah.”
Hamas mengatakan: “Lebih dari separuh mahasiswa di Birzeit dan Hebron membenarkan bahwa dikeluarkannya blok Islam tidak mempengaruhi keberadaan dan popularitas gerakan. Namun bisa mengorganisir gerakan dari luar negeri, menyusun rencana untuk melawan Zionis dan Amerika serta para sekutunya guna memproklamirkan negara Palestina baru.”
Kesimpulannya, Hamas mengatakan, “Para petinggi universitas dan departemen harus menjaga anak didiknya dan menghentikan apa yang terjadi di depan mata mereka. Dengan skema penghancuran yang ditujukan kepada mahasiswa, serta mengembalikan peranan universitas dalam menghasilkan para ilmuwan dan pemikir, serta pemimpin gerakan perlawanan dan politik.” (dn/im/sf) www.suaramedia.com
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!