Rabu, 14 Jumadil Awwal 1446 H / 17 Maret 2010 08:37 wib
1.984 views
Konflik Palsu AS - Israel, Kedok Penghancuran Al-Aqsa
YERUSALEM TERJAJAH (SuaraMedia News) – Israel telah membuka kembali sebuah sinagog di Yerusalem Timur (Al-Quds). Langkah Israel tersebut mendapatkan dukungan AS, meski memantik protes dan kemarahan warga Palestina di kota suci tersebut dan juga di kawasan Tepi Barat.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu turut ambil bagian dalam pembukaan kembali sinagog Hurva, yang terletak hanya 700 meter dari Masjid Al-Aqsa di kota tua Yerusalem, dengan dalih sebagai bagian dari “warisan” Israel.
“Kami mengizinkan orang-orang dari berbagai keyakinan untuk melestarikan situs peribadatan mereka. Kami dengan bangga melindungi “warisan” kami, dan pada saat bersamaan mempersilakan orang-orang lain untuk menjalanka ajaran agama mereka dengan bebas,” kata Netanyahu dalam sebuah pesan video.
Namun warga Palestina, baik yang berada di Tepi Barat maupun Jalur Gaza, bergabung untuk mengecam langkah tersebut, yang dilakukan di tengah peningkatan pengamanan dan penerjunan ribuan orang prajurit Zionis Israel di kota suci Al-Quds.
Kepala institut internasional Al-Quds, Dr. Ahmed Abu Halabiya, memperingatkan bahwa pembukaan kembali sinagog Hurva di Al-Quds merupakan bagian dari rencana busuk Israel untuk membangun sebuah kuil Yahudi di atas puing-puing Masjid Al-Aqsa.
Dalam sebuah wawancara dengan Al Alam pada hari Senin, Dr. Ahmed Abu Halabiya menyebut pemugaran Hurva merupakan bagian dari proyek penghancuran Al-Aqsa, dan menggantikan Masjid suci tersebut dengan Kuil Solomon.
Abu Halabiya mendesak para pejabat pemerintahan Palestina untuk mengambil tindakan hukum melalui bebagai lembaga internasional, seperti PBB dan pengadilan kriminal internasional di The Hague, dan menekan agar para pejabat Israel diadili atas pelanggaran yang mereka lakukan di Al-Quds.
Anggota Parlemen Hamas yang tergabung dalam badan legislatif Palestina mengatakan bahwa melindungi identitas keIslaman Al-Quds bukan hanya tanggung jawab penduduk Palestina, namun seluruh Muslim di muka bumi.
Kepala biro politik Hamas, Khalid Meshaal, mengecam pemalsuan sejarah yang dilakukan Israel, ia mengatakan, “Israel bermain api dan sengaja menyentuhkan percikan api pertama untuk meledakkan kawasan ini.”
Hatem Abdul Qader, pejabat pemerintah Palestina yang diberi tugas untuk menangani urusan Al-Quds, mengkhawatirkan langkah Israel tersebut. Ia mengatakan bahwa bangunan itu “bukan sinagog biasa”.
“Sinagog ini akan menjadi tonggak awal kekerasan, ekstremisme, dan fanatisme religius, dan itu bukan hanya terbatas pada para Yahudi ekstremis, namun juga termasuk anggota pemerintahan Israel,” katanya memperingatkan.
“Kami memperingatkan mengenai tindakan musuh Zionis untuk membangun kembali dan membuka sinagog Hurva. Hal itu menandakan (awal) penghancuran Masjid Al-Aqsa dan pembangunan kuil Yahudi.”
Akan tetapi, Departemen Luar Negeri AS justru mengkritik komentar-komentar Palestina. “Mereka telah salah mempersepsikan peristiwa yang bersangkutan, hal itu hanya akan memperpanas ketegangan yang ada saat ini.”
Upacara pembukaan sinagog pada hari Senin lalu, yang disebut Netanyahu sebagai “simbol kerukunan beragama”, dilakukan pada saat pria-pria Palestina berusia di bawah 50 tahun dan juga kalangan non-Muslim dilarang memasuki kompleks Masjid Al-Aqsa untuk hari yang keempat, menyusul bentrokan yang terjadi antara polisi dan warga Palestina.
Dukungan AS untuk pembukaan sinagog yang kontroversial tersebut memicu lahirnya tanda tanya besar mengenai udang di balik batu terkait “perselisihan” antara Tel Aviv dan Washington dalam pembangunan pemukiman Israel yang terus berlanjut.
Sejumlah analis mengatakan bahwa kejadian yang seolah-olah terlihat sebagai perseteruan tersebut sengaja dilakukan AS dan Israel untuk mengalihkan perhatian dan menutupi pelanggaran batas yang dilakukan Israel terhadap Palestina dan identitas Islam di Al-Quds, yang sejak lama dituntut Palestina sebagai ibu kota negara Palestina merdeka.
Pada hari Senin, sejumlah kelompok Palestina mengadakan pertemuan di kota Gaza untuk membahas Al-Quds, mereka menyerukan kepada umat Muslim dan dunia Arab untuk bangkit dan menghadapi provokasi Zionis di kota tua Yerusalem.
Mereka memperingatkan rezim Israel agar tidak melakukan pelanggaran terhadap Masjid Al-Aqsa dan bersumpah untuk mempertahankan agama Islam dan kesakralannya jika Israel tetap bersikeras memulai perang agama di kawasan Timur Tengah.
Pertemuan yang dihelat pada hari Senin tersebut dihadiri oleh sejumlah perwakilan faksi Palestina, termasuk Hamas, Jihad Islam, dan Front Populer Pembebasan Palestina. Akan tetapi, ada satu pihak yang menolak untuk hadir, yakni pemerintah Palestina yang dipimpin faksi Fatah. (dn/pv) www.suaramedia.com
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!