Selasa, 14 Jumadil Awwal 1446 H / 16 Maret 2010 08:44 wib
3.171 views
Kelompok Garis Keras Iran Serbu Kediaman ''Agen Mossad''
TEHERAN (SuaraMedia News) – Sekelompok pendukung garis keras Iran mengepung kediaman tokoh oposisi Iran Mehdi Karroubi di Teheran. Mereka meneriakkan berbagai slogan kematian dan mendesak agar Karroubi diadili.
Kantor berita Fars menyebutkan bahwa kelompok yang tidak terlalu besar namun vokal tersebut berkumpul di kediaman Karroubi. Mereka menyebut diri sebagai “murid dan keluarga para martir perang Iran - Irak.”
Foto-foto yang dipajang kantor berita pro-pemerintahan, Borna, menunjukkan bahwa bangunan tersebut dicoreng dengan warna merah, dan ada berbagai slogan yang berbunyi “matilah Karroubi” ditulis di dinding-dinding rumah.
Dinding kediaman Karoubi juga dipergunakan untuk menulis slogan kematian bagi pemimpin utama gerakan oposisi, Mir Hossein Mousavi dan mantan presiden Iran, Mohammed Khatami.
“Kami ingin pengadilan memproses pimpinan penghasut sesegera mungkin,” kata para protester sebagaimana dikutip oleh kantor berita Fars. Mereka juga mengecam Karroubi serta menyebut tokoh oposisi tersebut sebagai seorang munafik, sebuah istilah yang sering dipakai para pejabat Iran untuk menyebut musuh negara.
Beberapa orang mengusung plakat yang berbunyi, “Karroubi adalah agen Mossad”, menghubungkan mantan juru bicara parlemen Iran selama dua periode tersebut dengan bada intelijen Israel.
Seorang kerabat Karroubi membenarkan adanya kejadian tersebut kepada AFP, ia mengatakan bahwa Karroubi akan segera mengeluarkan pernyataan terkait insiden tersebut.
Karroubi dan Mousavi memimpin unjuk rasa besar-besaran menentang Presiden Mahmoud Ahmadinejad setelah terpilih kembali pada bulan Juni tahun lalu. Unjuk rasa tersebut dilakukan karena terpilihnya kembali Ahmadinejad banyak dipandang sebagai kecurangan.
Karroubi diserang oleh kaum garis keras dalam arak-arakan revolusi tahunan Irak tanggal 11 Februari lalu. Mobil Karoubi ditembaki pada awal bulan Januari di kota Qazvin, sebelah barat Teheran.
Pada pekan pertama bulan Maret, otoritas Iran menghentikan upaya putra Karroubi yang hendak pergi ke London dengan menyita paspor putra Karroubi tersebut. Hal itu disebutkan di situs internet milik Karroubi.
“Hari ini, paspor Mohammad Taghi Karroubi disita oleh aparat keamanan di bandara internasional Imam Khomeini,” demikian disebutkan oleh situs Sahamnews.org.
“Dia hendak bertolak ke London untuk melakukan hal-hal yang berhubungan dengan universitas, termasuk penerbitan ulang bukunya, “Just or Unjust War?” dan merampungkan satu buah buku lagi yang menyinggung masalah hukum internasional.”
Mohammad Taghi Karoubi adalah putra kedua dari tiga orang anak. Ia adalah seorang profesor. Buku tulisan sebelumnya diterbitkan oleh sebuah perusahaan Inggris yang “ternama”, tulis situs internet tersebut. Ditambahkan pula bahwa pihak berwajib Iran tidak memberikan penjelasan atas larangan bepergian tersebut.
Mohammad Taghi Karoubi juga membantu mengatur kampanye politik ayahnya, yang berujung kegagalan, dalam pemilihan presiden Iran yang rusuh tahun lalu.
Hubungan diplomatik antara Iran dan Inggris menurun sejak Presiden Mahmoud Ahmadinejad kembali terpilih. Teheran menuding London turut ambil bagian dalam kerusuhan pasca pemilihan presiden. Iran juga menahan sembilan orang staf kedutaan Inggris, meski kemudian mereka dibebaskan.
Larangan bepergian tersebut menjadi pukulan kedua bagi keluarga Karroubi dalam kurun waktu satu minggu.
Pada tanggal 1 Maret, lembaga pengawas Iran menolak lisensi Irandokht (putrid Iran), sebuah majalah mingguan yang dioperasikan oleh istri Karroubi, Fatemeh, dan putra tertuanya, Hossein.
Lembaga tersebut mengatakan bahwa Irandokht dilarang karena tidak memenuhi syarat hukum pers mengenai praktik komitmen terhadap konstitusi.
Irandokht awalnya diluncurkan sebagai majalah gaya hidup wanita, namun tim editorial baru kemudian mengubah liputannya menjadi isu politik dan budaya.
Hossein mengatakan bahwa keputusan pencabutan lisensi Irandokht merupakan langkah balas dendam Ahmadinejad terhadap Karroubi karena mencoba mendapatkan kembali hak-hak rakyat Iran yang hilang setelah pemilihan presiden. (dn/f24/bya) www.suaramedia.com
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!