Senin, 14 Jumadil Awwal 1446 H / 15 Februari 2010 11:41 wib
2.623 views
Dukung Sanksi Keras, Upaya Obama Rubah Rezim Iran
WASHINGTON (SuaraMedia News) – Dalam upaya menggalang dukungan untuk menghadapi Iran, pemerintahan Obama mendorong dijatuhkannya sanksi “sangat keras” terhadap Iran. Dengan sanksi tersebut, AS mengharapkan terjadinya perubahan rezim di Iran.
“Kami.. akan menghadap PBB bulan ini untuk mempresentasikan sanksi yang mungkin dijatuhkan,” kata James Jones, penasihat keamanan nasional Presiden Barack Obama, kepada Fox News Sunday pada tanggal 14 Februari kemarin.
Iran dan negara-negara Barat bersitegang sehubungan dengan kesepakatan yang disponsori PBB. Dalam kesepakatan tersebut, Iran diharuskan untuk mengirimkan 70 persen uranium kadar rendahnya ke Rusia dan Perancis untuk kemudian ditukarkan dengan bahan bakar yang sudah diperkaya dalam tingkat tinggi. Bahan bakar tersebut kemudian dapat dipergunakan untuk menggerakkan isotop medis Iran.
Barat menuntut Iran agar bersedia menerima kesepakatan tersebut, sementara Teheran bersikeras bahwa pertukaran uranium kadar rendah harus dilakukan secara bertahap.
Jones mengatakan bahwa sanksi baru yang dijatuhkan kepada Iran akan mampu menghadirkan perubahan rezim di negara tersebut.
“Kami tahu bahwa mereka dilanda permasalahan internal,” katanya, merujuk pada gejolak politik di Iran yang terus berlanjut pasca terpilihnya kembali Mahmoud Ahmadinejad sebagai presiden Iran tahun lalu.
“Kami ingin memanfaatkan kesulitan yang melanda rezim (Iran) dengan menjatuhkan sanksi yang amat keras. Sebuah hal yang kami dukung.”
“Bukan sanksi ringan. Sanksi ini adalah sanksi yang amat keras. Jika digabungkan dengan permasalahan internal Iran, maka hal itu bisa beujung pada perubahan rezim. Itu mungkin terjadi.”
Barat menuding Iran telah berupaya mengembangkan program senjata nuklir rahasia.
Sementara Iran bersikeras bahwa program nuklir mereka hanya bertujuan untuk menghasilkan energi listrik guna memenuhi kebutuhan energi warga Iran yang kian hari kian bertambah.
Sebuah pesan yang serupa digaungkan oleh Menteri Luar Negeri AS Hillary Clinton. Clinton memperingatkan bahwa akibat yan harus ditanggung Iran atas program nuklirnya menjadi lebih besar.
“Iran tidak memberikan pilihan lain kepada komunitas internasional, kecuali menjatuhkan sanksi yang lebih keras atas tindakan-tindakan provokatif yang terus mereka lakukan,” kata Clinton dalam sebuah pidato yang disampaikan di Forum AS-Islam Dunia yang diselenggarakan di Doha, Qatar.
“Bersama-sama, kami mendorong Iran untuk menyadari betapa bahayanya keputusan dan kebijakan mereka,” kata Clinton.
“Saat ini kami bekerja sama secara aktif dengan rekan-rekan regional dan internasional untuk mempersiapkan dan mengimplementasikan tindakan-tindakan baru guna meyakinkan Iran agar bersedia berubah haluan.”
AS berusaha menggalang dukungan dari Rusia dan China, yang selama ini dikenal sebagai negara sekutu Iran, agar bersedia mendukung penjatuhan sanksi terhadap Teheran.
“Kami mendapatkan dukungan dari semua orang, mulai Rusia hingga Eropa,” kata Wakil Presiden AS Joe Biden dalam program “Meet the Press” NBC dari Kanada.
“Dan saya yakin kami akan mendapatkan dukungan China untuk terus menjatuhkan sanksi kepada Iran, agar mereka merasa terisolasi, untuk memperjelas bahwa mereka tidak bisa melangkah maju.”
Clinton sedianya akan berbicara dengan Raja Abdullah dari Arab Saudi pada hari Senin.
Para pejabat AS mengisyaratkan bahwa ada satu cara yang dapat dilakukan Arab Saudi untuk memberikan bantuan diplomatis, yakni dengan cara memberikan jaminan kepada China bahwa pihaknya akan memenuhi persyaratan China dalam bidang perminyakan. Langkah tersebut dipandang akan mampu menyingkirkan keengganan Beijing dalam menjatuhkan sanksi lebih lanjut kepada Iran.
China, anggota Dewan Keamanan PBB yang memiliki hak veto, memiliki hubungan dagang yang menguntungkan dengan Iran dan, bersama dengan Rusia, berusaha melawan resolusi sanksi terhadap Iran.
“Kita harus meningkatkan kerjasama dengan China,” kata Jones, penasihat keamanan nasional.
“Namun China ingin dipandang sebagai negara dengan pengaruh global dalam hal ini. Hal itu tidak bisa mereka lakukan dalam hal ini, mereka tidak bisa diam dan tidak memberikan dukungan.”
Dalam konteks terkait, Laksamana Mike Mullen, kepala staf gabungan militer AS, pada hari Minggu mengatakan kepada para wartawan di Israel bahwa pemerintahan AS amat serius dalam rencana menjatuhkan sanksi keras kepada Iran.
Dalam sebuah konferensi pers yang dilaksanakan di kedutaan besar AS di Tel Aviv, Mullen mengisyaratkan bahwa AS bisa saja menyerang Iran jika negosiasi yang dilakukan keduanya menemui jalan buntu. Mullen menambahkan bahwa tindakan semacam itu dapat menimbulkan “konsekuensi yang tidak disengaja” di sepanjang kawasan Timur Tengah.
“Tentu saja, tetap ada batasannya, dan pilihan ini sudah diperbincangkan, namun hal itu masih belum akan dilakukan,” kata Mullen. Ia menambahkan bahwa opsi militer baru akan dilakukan setelah diplomasi dan tekanan internasional.
Petinggi militer AS yang menuding Iran telah merusak stabilitas Timur Tengah, mengatakan bahwa berdasarkan perkiraan tersebut, Iran akan memperoleh senjata nuklir dalam kurun waktu satu hingga tiga tahun. (dn/io/yn) www.suaramedia.com
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!