Rabu, 15 Jumadil Awwal 1446 H / 20 Januari 2010 08:20 wib
4.401 views
Perancis Desak PBB Selidiki Peranan AS Di Haiti
PARIS (SuaraMedia News) – Perancis menuntut PBB menyelidiki dan mengklarifikasi peran dominan AS di Haiti, setelah Washington mengirimkan lebih dari 10.000 tentara ke negara yang terkena gempa itu.
Tuntutan tersebut dilontarkan setelah pasukan AS mengusir pesawat bantuan Perancis yang membawa rumah sakit lapangan dari bandara utama di Port Au Prince, memicu komplain dari Menteri Kerjasama Perancis Alain Joyandet. Pesawat itu mendarat dengan selamat keesokan harinya.
Menteri Luar Negeri Bernard Kouchner memperingatkan pemerintah dan badan-badan pemberi bantuan untuk tidak bertengkar ketika mencoba mengirimkan bantuan mereka ke Haiti.
“Orang-orang selalu menginginkan pesawat mereka yang mendarat ke tanah yang itu,” ujar Kouchner. “Namun yang penting sekarang adalah nasib rakyat Haiti.”
Pentagon mengatakan telah mengirim tentara ke Haiti untuk membantu para korban gempa. Hal ini dikemukakan saat penerjun AS dari Divisi Angkatan Udara ke-82 mengambil alih kendali bandara utama di ibukota Port Au Prince pada hari Jumat, di mana hanya satu landasan pacu yang berfungsi dan telah mengoperasikan bantuan secara efektif. PBB-lah yang memimpin tugas penting mengkoordinasikan bantuan.
Langkah tersebut menimbulkan kemarahan di kalangan badan pemberi bantuan dengan pengalaman luas melakukan operasi di zona bencana.
“Ini tentang membantu Haiti, bukan tentang menduduki Haiti,” ujar Alain Joyandet, dalam sebuah rapat darurat Uni Eropa mengenai Haiti pada hari Senin.
Ia menambahkan bahwa ia mengharapkan sebuah keputusan PBB tentang bagaimana seharusnya para pemerintah dari berbagai negara bekerjasama di Haiti, sambil meminta klarifikasi tentang peran AS di negara Karibia itu.
Pernyataan Joyandet itu diamini oleh Venezuela dan Nikaragua yang mengekspresikan kekhawatiran mendalam tentang pengiriman pasukan AS ke Haiti.
Presiden Venezuela, Hugo Chavez, menuduh AS memanfaatkan gempa yang menyerang Haiti untuk menguasai negara tersebut.
Pada hari Minggu (17 Januari 2010), dalam sebuah acara TV mingguan, Chavez mengolok-olok pasukan militer AS yang dikirim ke Haiti sebagai “pasukan yang dipersenjatai seperti tentara mau perang”.
“Saya baca bahwa 3000 tentara berdatangan, para marinir dipersenjatai seperti tentara yang akan berperang. Disana, senjata tidak kurang-kurang. Ya ampun. Dokter, obat-obatan, bahan bakar, rumah sakit di tanah lapang, itulah yang seharusnya dikirim oleh AS,” kata Chavez.
“Yang paling penting, Anda tidak melihat mereka di jalanan. Apakah mereka mengangkati mayat-mayat? ... Apakah mereka mencari korban yang terluka? Anda tidak melihat semua itu. Saya belum melihat mereka. Dimana mereka?” lanjut Chavez.
“Mereka mengokupasi Haiti secara terselubung”, tandas Chavez.
Menteri Luar Negeri AS, Hillary Clinton, yang negaranya juga disalahkan karena kurang cepat mengirim bantuan ke Haiti, telah membantah tuduhan pendudukan itu, menekankan bahwa Gedung Putih tidak memiliki niat untuk mengambil alih kekuasaan dari pejabat-pejabat Haiti.
Dalam insiden akhir pekan lainnya, 250 tentara Amerika diterbangkan ke Pangkalan Angkatan Udara McGuire, New Jersey, menggunakan tiga pesawat militer dari Haiti.
AS telah dituduh ikut campur dalam urusan internal Haiti di masa lalu.
Militer AS memainkan peran dalam kepergian Presiden Jean-Bertrand Aristide sebelum periode kedua kepemimpinannya habis di awal 2004. Aristide menggambarkan kepergiannya sebagai sebuah penculikan.
Minggu lalu, gempa bumi berskala 7.0 skala richter yang mengguncang Haiti diperkirakan telah menewaskan sekitar 200.000 penduduk dan meninggalkan 1.5 juta lainnya tanpa tempat tinggal. Sejauh ini, baru 70.00 jenazah yang telah dikumpulkan dari reruntuhan.
“Jelas menjadi masalah jika tiap pemimpin di dunia ingin maju ke depan. Itu akan menimbulkan masalah yang tak terhindarkan terutama bagi kepemimpinan operasi ini, meskipun tidak bagi pekerja kemanusiaan di lapangan. (rin/pv/hp/sm) www.suaramedia.com
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!