Selasa, 15 Jumadil Awwal 1446 H / 19 Januari 2010 11:09 wib
2.145 views
Hujatan Gempur Kejahatan Obomba - CIA Di Pakistan
WASHINGTON (SuaraMedia News) – Sejumlah aktivis Amerika yang menentang perang menggelar unjuk rasa untuk menentang semakin meningkatnya penggunaan pesawat tanpa awak oleh CIA di seluruh dunia, khususnya di Pakistan.
Para aktivis perdamaian dan pengacara anti peperangan menggelar unjuk rasa pada hari Minggu waktu setempat di dekat markas Central Intelligence Agency (CIA) di Langley, Virginia.
“Tentu saja kami menentang keras hal itu (penggunaan drone), orang-orang tidak bersalah kehilangan nyawa karena hal itu,” kata seorang pengunjuk rasa kepada Press TV.
Penggunaan serangan pesawat tanpa awak Predator dalam perang terselubung CIA di Pakistan menewaskan ratusan orang penduduk sipil.
“Dan kami memahami rasa takut yang tercipta di kalangan masyarakat sipil Afghanistan dan Pakistan. Kini serangan semacam itu dipergunakan juga di Yaman, Somalia dan Syiria. Lalu, kapan hal ini akan berhenti? Hal ini harus dihentikan saat ini juga,” kata Debra Sweet, seorang aktivis dari World Can’t Wait.
Alexis Miller dari Washington Peace Center mengatakan bahwa Presiden Barack Obama dan pemerintahannya telah mengembangbiakkan penggunaan pesawat tanpa awak.
“Orang-orang tidak menyadari bahwa serangan drone telah mengakibatkan ratusan nyawa warga sipil melayang setiap kali diluncurkan. Dan Obama, dengan kebijakannya, telah melakukan tiga ratus (serangan drone) dalam enam bulan terakhir, atau enam bulan pertama masa pemerintahannya, lebih banyak dibandingkan dengan yang dilakukan George Bush dalam tiga tahun,” kata Miller.
Aktivis perdamaian, Cindy Sheehan, yang akun Facebooknya ditutup karena mempromosikan kegiatan unjuk rasa tersebut, juga mengatakan bahwa mantan presiden George W. Bush dan wakil presidennya, Dick Cheney, juga merupakan pihak-pihak yang bertanggung jawab atas serangan drone.
“Dick Cheney dan George Bush telah mengawali sebagian besar program-program ini dalam rezim mereka, dan bukan hanya memulai, mereka juga meningkatkan penggunaannya dengan gencar, menggunakan 9/11 sebagai dalih.”
“Kami yakin bahwa Dick Cheney, George Bush, dan seluruh orang dalam pemerintahan harus bertanggung jawab atas hal itu,” kata Sheehan.
Para aktivis veteran mengatakan bahwa penggunaan serangan pesawat tanpa awak secara terus menerus merupakan bentuk baru dari intervensi CIA dan militer. Karena operasi tersebut dilakukan secara terselubung, maka akan lebih mudah untuk menyembunyikannya dan membuatnya sulit terlacak, meski pada faktanya angka kematian penduduk sipil meningkat drastis.
Para pengunjuk rasa juga membentangkan spanduk berwarna kuning menyala dengan lukisan wajah Presiden Obama, tulisan besar berwarna hitam di sebelah “Obama” bertuliskan pelesetan nama dan bukunya. Buku Obama yang berjudul Obama: The Audacity of Hope dipelesetkan menjadi oBomBa, The Audacity of War Crimes (oBomBa, keberanian melakukan kejahatan perang).
Bulan Desember lalu, di tanah kelahiran Obama sendiri, Hawaii, sekelompok orang menggelar unjuk rasa untuk menentang perang Irak dan Afghanistan, mereka mendesak diakhirinya konflik di luar negeri.
Selain itu, para pengunjuk rasa anti aborsi juga memprotes disertakannya pendanaan aborsi dalam rancangan undang-undang tunjangan kesehatan.
Unjuk rasa tersebut digelar kala Presiden Obama dan keluarganya tengah menghabiskan waktu liburan Natal di Hawaii.
“Kami rasa, bukan hanya dengan liputan internasional, namun internasional, amat penting agar orang dapat melihat bahwa ada pihak-pihak di Hawaii yang menginginkan dihentikannya perang, meski ia tengah berlibur di sini,” kata Liz Rees, 39, seorang anggota World Can’t Wait dari Honolulu. (dn/pv/wc) www.suaramedia.com
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!