Kamis, 15 Jumadil Awwal 1446 H / 14 Januari 2010 15:59 wib
1.765 views
Duo AS - Israel Dalangi Ledakan Profesor Nuklir Iran
TEHERAN (SuaraMedia News) – Ilmuwan nuklir Iran dan seorang profesor di Universitas Teheran, Massoud Ali Mohammadi, terbunuh ketika bom yang dipasang di sebuah motor meledak di luar rumahnya kawasan Qeytariyeh, Teheran. Mohammadi mengajar fisika neutron dan merupakan penulis beberapa artikel tentang quantum dan fisika teoretis di jurnal-jurnal sains, meskipun keterlibatannya dalam program nuklir Iran masih belum jelas.
Pada bulan Februari 2007, sebuah kontroversi muncul ketika profesor hukum Universitas Tennessee Glenn Reynolds menyarankan, sebagai respon terhadap aktivitas nuklir Iran, agar AS membunuh para ulama radikal dan ilmuwan atom Iran.
Kebetulan atau tidak, pembunuhan Profesor Mohammadi jelas merupakan sebuah aksi terorisme. Membunuh ilmuwan dan pemimpin sipil, bahkan jika dilakukan dengan diam-diam, adalah sebuah aksi teror. Itu juga merupakan bagian dari modus operandi AS/Israel, bagian dari rekam jejak mereka. Jika mereka tidak menyukai seseorang, bunuh atau bom saja mereka.
Washington menyebut tuduhan Iran atas keterlibatan AS dalam pengeboman yang membunuh Profesor Mohammadi adalah hal yang absurd. Israel sendiri belum berkomentar atas insiden tersebut. Namun, penyelidikan awal mengindikasikan bahwa insiden itu adalah sebuah serangan teroris dengan peralatan dan sistem bom yang mirip dengan yang digunakan oleh sejumlah badan intelijen, terutama Mossad Israel.
Anggota parlemen Iran, Ali Larijani, mengatakan bahwa kelompok pro-monarki yang berbasis di AS telah mengklaim bertanggung jawab atas serangan tersebut, menambahkan bahwa mereka dikontrol oleh CIA. “Mungkin CIA dan rezim Zionis mengira mereka bisa menyesatkan kita dengan pernyataan absurd semacam itu.”
Sementara itu, Shahram Amiri, seorang peneliti universitas yang bekerja untuk Organisasi Energi Atom Iran, menghilang ketika berziarah ke Arab Saudi di bulan Juni. “Riyadh telah menyerahkan ilmuwan nuklir Iran, Amiri, ke Amerika,” ujar Mehr mengutip juru bicara Kementerian Luar Negeri Ramin Mehmanparast.
“Dia adalah salah satu dari 11 warga Iran yang dipenjara di Amerika.” Iran telah mengatakan bahwa AS terlibat dalam menghilangnya Amiri, yang juga dibantah oleh Washington. Amiri menghilang selama lebih dari tiga bulan sebelum Iran mengungkapkan keberadaan lokasi pengayaan uraniumnya yang kedua, di dekat kota Qom.
Dalam sebuah hal yang menandakan betapa sensitifnya masalah Amiri, para pejabat Iran tidak mengungkapkan kepada publik bahwa Amiri merupakan seorang ilmuwan nuklir, Amiri hanya dinyatakan sebagai warga negara Iran. Istri Amiri mengatakan bahwa suaminya tengah meneliti penggunaan medis dari teknologi nuklir di sebuah universitas dan sama sekali tidak terlibat dalam program nuklir yang lebih luas.
Menteri Luar Negeri Iran mengambil langkah yang diluar kebiasaan dan melayangkan keluhan kepada pemimpin PBB mengenai menghilangnya Amiri, hal tersebut membangkitkan kembali kasus dari seorang mantan menteri pertahanan yang menghilang di Turki pada tahun 2007, yang juga diyakini telah membelot.
Tuduhan Barat terhadap program nuklir Iran diulangi ketika Iran bulan lalu mengatakan akan membangun 10 lokasi pengayaan uranium baru seperti yang ada di Natanz.
Iran mengatakan bahwa mereka setidaknya membutuhkan 20 lokasi pengayaan uranium untuk menghasilkan bahan bakar bagi pembangkit tenaga listiknya. Iran telah memiliki satu pembangkit listrik yang dibangun oleh Rusia. Sesuai dengan perjanjian yang ditandatangani, Iran berhak menjalankan program nuklir damai dan negara tersebut juga tidak berencana menggunakan programnya untuk mengembangkan senjata nuklir.
Untuk beberapa alasan yang aneh, hanya Israel yang dibolehkan menolak inspeksi, pengawasan, dan penandatanganan perjanjian non-proliferasi, berbohong dan membantah serta melakukan sejumlah aksi genosida, selain juga terus mengancam kita dengan senjata penghancur massa dengan sistem kekebalan.
November 2009 silam, diketahui pula mengenai penculikan seorang komandan Iran oleh agen Mossad.
Ali-Reza Asgari, yang pernah menjabat sebagai komandan Pengawal Revolusi Iran, hilang di Turki pada tahun 2006.
Para pejabat Iran dan keluarga Asgari menyatakan bahwa ia diculik. Situs Alef Iran melaporkan bahwa Jerman, Inggris dan badan-badan intelijen Israel bertanggung jawab atas hilangnya Asgari.
"Atas dasar dua tahun investigasi yang dilakukan oleh badan-badan yang bersangkutan, Asgari diculik oleh intelijen asing dan ditahan di penjara Zionis," situs tersebut melaporkan, rupanya mengacu pada penyelidikan intelijen Iran ke dalam masalah tersebut.
Laporan mengklaim bahwa Asgari diculik dalam usaha untuk mendapatkan informasi tentang program nuklir Iran dan tentang hilangnya navigator Angkatan Udara Israel, Ron Arad.
Laporan ini menambahkan bahwa setelah diinterogasi, Asgari diam-diam dipindahkan ke sebuah fasilitas penjara di Israel, di mana ia saat ini saat ini ditahan. (rin/pd/sm) www.suaramedia.com
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!