Rabu, 15 Jumadil Awwal 1446 H / 6 Januari 2010 09:01 wib
1.906 views
Clinton : Kekacauan Yaman Adalah Ancaman Bagi Dunia
WASHINGTON (SuaraMedia News) – Menteri Luar Negeri AS, Hillary Clinton, pada hari Senin waktu setempat mengatakan bahwa kekacauan di Yaman merupakan sebuah ancaman bagi stabilitas dunia, hal tersebut diungkapkan setelah negara-negara barat menutup kedutaan besar mereka di Sanaa dan AS merombak ulang daftar pengawasan teror dan larangan terbang mereka, demikian dilaporkan oleh AFP.
“Kekacauan yang terjadi di Yaman merupakan sebuah ancaman terhadap stabilitas regional dan bahkan stabilitas dunia,” kata Clinton kepada para wartawan usai berbicara dengan Perdana Menteri Qatar, Sheikh Hamad bin Jassem bin Jabr al-Thani.
“Kami sudah tahu bahwa ini merupakan tantangan yang amat sulit, namun hal ini tetap saja harus dikemukakan,” kata Clinton pada saat pemerintah AS berkutat dengan kasus upaya pengeboman pesawat yang dihubungkan dengan kelompok Al-Qaeda di Yaman.
Clinton mengatakan bahwa Washington bekerja sama dengan para sekutunya untuk merumuskan cara terbaik untuk menangani masalah keamanan.
Peringatan mengenai kemungkinan serangan Al-Qaeda membuat Washington menutup kedutaan besarnya di ibukota Yaman tersebut. Pemerintah Inggris dan Perancis mengikuti langkah tersebut, sementara Jepang menunda layanan konsulatnya di kedutaan besarnya.
“AS akan membuka kembali kedutaan besarnya di Yaman jika keadaan sudah memungkinkan,” kata Clinton, ia menambahkan bahwa keamanan kedutaan masih berada di bawah peninjauan ulang.
Kekhawatiran jangka panjang bahwa Yaman telah menjadi sebuah sarang bagi kelompok-kelompok semacam Al-Qaeda menjadi semakin memuncak ketika seorang pria kelahiran Nigeria yang diduga telah menjalani pelatihan di Yaman ditangkap dengan tuduhan upaya peledakan sebuah pesawat jet menuju ke Detroit pada tanggal 25 Desember lalu.
Umar Farouk Abdulmutallab, 23, menurut pemberitaan yang beredar, telah mengakui bahwa dirinya dilatih oleh Al-Qaeda di Yaman untuk melakukan misi pengeboman terhadap penerbangan Northwest Airlines dari Amsterdam menuju Detroit.
Upaya peledakan tersebut terungkap ketika bahan peledak yang dijahit di pakaian dalam pria tersebut gagal diledakkan, para penumpang langsung menghentikannya.
Presiden AS Barack Obama mengungkapkan bahwa Abdulmutallab menghabiskan waktu di Yaman pada musim panas, dimana saat itu ia diduga menjalin kontak dengan kelompok Al-Qaeda di jazirah Arab (AQAP). AQAP mengklaim bahwa pihaknya bertanggung jawab atas upaya peledakan tersebut.
Clinton mengatakan bahwa Departemen Luar Negeri AS tengah melakukan peninjauan ulang untuk merevisi prosedur keamanan yang memungkinkan Abdulmutallab naik ke atas pesawat tersebut.
Upaya pengeboman tersebut memaksa AS untuk merombak daftar orang-orang yang harus diawasi, menambahkan puluhan nama ke dalam daftar larangan terbang.
“Mungkin masih ada ribuan dan ribuan nama yang telah dihapus, dan mungkin ada puluhan orang yang dipindahkan ke daftar yang berbeda,” kata juru bicara Gedung Putih, Bill Burton, kepada para reporter pada hari Senin lalu. Ia mengatakan bahwa daftar tersebut menentukan apakah seseorang diperbolehkan menaiki pesawat yang dijadwalkan menuju ke AS.
Aturan baru bandara udara internasional juga mulai diterapkan pada hari Senin. Dengan hal tersebut, berarti seluruh penumpang yang menaiki pesawat yang terbang menuju AS harus menjalani penggeledahan badan dan barang bawaan.
AS juga semakin memperketat keamanan, semua orang yang datang melalui 14 negara “yang berhubungan dengan teror” harus menjalani pemindaian.
Afghanistan, Iran, Kuba, Libya, Nigeria, Pakistan, Somalia, Sudan, Syria dan Yaman ada di antara daftar 14 negara tersebut.
Sementara itu, pimpinan PBB, Ban Ki-moon, mengemukakan dukungannya terhadap proses pembicaraan internasional di Yaman, yang sebelumnya diajukan oleh Perdana Menteri Inggris, Gordon Brown.
Inggris menampik tudingan bahwa pihaknya tidak memberikan informasi mengenai Abdulmutallab, seorang lulusan University College London yang dimasukkan dalam daftar orang-orang yang diawasi dan dilarang memaasuki Inggris pada bulan Mei 2009.
Kantor Perdana Menteri Inggris mengatakan bahwa informasi yang dihimpun ketika pria Nigeria tersebut menuntut ilmu di London antara tahun 2005 dan 2008 telah diberikan kepada AS.
Ketika proses investigasi mengenai pengeboman tersebut terus berlanjut, Obama bersiap untuk bertemu dengan para pejabat keamanan da intelijen di Gedung Putih pada hari Selasa waktu setempat.
Para agen FBI juga tengah berada di Ghana untuk menyelidiki tempat tinggal Abdulmutallab ketika dia diduga membeli tiket penerbangan tersebut.
Sementara itu, para pejabat pemerintahan Nigeria mengecam aturan penerbangan baru tersebut. “Betul-betul tidak adil, mendiskriminasi lebih dari 150 juta orang hanya karena kelakuan satu orang,” kata Menteri Informasi Nigeria, Dora Akunyili, kepada para wartawan.
Surat kabar partai komunis Kuba, Granma, mengecam aturan baru AS tersebut. Mereka mengatakan bahwa aturan tersebut adalah sebuah “paranoid anti-teroris”. (dn/dn) www.suaramedia.com
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!